Abu Yazid dan Seorang Muridnya

Rabu, 22 April 2020 - 15:45 WIB
Abu Yazid menganjurkan muridnya berlatih menjadi orang hina agar ego dan keinginan untuk menonjol dan dihormati segera hilang, yang tersisa adalah perasaan tawadhu dan kerendah-hatian. Ilustrasi Ist
Abu Yazid Al-Bustami adalah sufi abad III Hijriyah berkebangsaan Persia, lahir tahun 804 M/188H. Nama kecilnya Tayfur, sedang lengkapnya Abu Yazid Tayfur ibn Isa ibn Surusyan al-Busthami. Dalam literatur-literatur tasawuf, namanya sering ditulis dengan Bayazid Bastam.

Kisah berikut ditulis Abu Thalib Al-Makki. Ia adalah sufi besar, pengarang kitab Qutubul Qulub fi Mu’ammalatil Mahbub, yang menjadi panduan bertarekat para sufi.

Sufi dari Baghdad, Irak, ini dikenal sebagai jenius dalam hal pemikiran yang tertuang dalam beberapa kitab yang cukup populer di kalangan para sufi maupun pengamat Tasawuf karena sering dirujuk dalam berbagai perbincangan. Abu Thalib Al-Makki wafat pada tahun 368 H / 966 M di Bahgdad.

Berikut kisah Abu Yazid dan seorang muridnya itu.

Di samping seorang sufi, Abu Yazid juga adalah pengajar tasawuf. Di antara jamaahnya, ada seorang murid yang rajin mengikuti pengajiannya. Dengan tekun ia mendengarkan ceramah-ceramah Abu Yazid dan duduk bersama sahabat-sahabat beliau.

“Guru, aku sudah beribadah tiga puluh tahun lamanya. Aku salat setiap malam dan puasa setiap hari, dan aku tinggalkan syahwatku, tapi anehnya, aku belum menemukan pengalaman ruhani yang Guru ceritakan. Aku belum pernah saksikan apa pun yang Guru gambarkan. Pengetahuan yang engkau sampaikan ini belum pemah menyentuh hatiku. Walau demikian aku percaya kepada pengetahuan itu dan senang mendengarkan ceramah-ceramahmu".

"Walaupun engkau berpuasa siang malam selama tiga ratus tahun, sedikitpun dari ceramah-ceramahku ini tidak akan dapat engkau hayati".

"Mengapa demikian?" tanya sang murid.

"Karena matamu tertutup oleh dirimu sendiri," jawab Abu Yazid.

"Apakah yang harus kulakukan?" tanya murid itu lagi.

"Jika kukatakan, pasti engkau tidak mau menerimanya," jawab Abu Yazid kemudian.

"Akan kuterima! Katakanlah kepadaku agar kulakukan seperti yang engkau petuahkan".

"Baiklah!" jawab Abu Yazid. "Sekarang ini juga, cukurlah janggut dan rambutmu. Tanggalkan pakaian yang sedang engkau kenakan ini dan gantilah dengan cawat yang terbuat dari bulu domba. Gantungkan sebungkus kacang di lehermu, kemudian pergilah ke tempat ramai. Kumpulkan anak-anak sebanyak mungkin dan katakan pada mereka, ‘Akan kuberikan sebutir kacang kepada setiap orang yang menampar kepalaku’. Dengan cara yang sama pergilah berkeliling kota, terutama sekali ke tempat orang-orang sudah mengenalmu. Itulah yang harus engkau lakukan," lanjut Abu Yazid.

"Maha besar Allah! Tiada Tuhan kecuali Allah," cetus si murid setelah mendengar kata-kata Abu Yazid itu.

"Jika seorang kafir mengucapkan kata-kata itu niscaya ia menjadi seorang Muslim," kata Abu Yazid. “Tetapi dengan mengucapkan kata-kata yang sama engkau telah mempersekutukan Allah".

"Mengapa begitu?" tanya si murid.

"Karena engkau merasa bahwa dirimu terlalu mulia untuk berbuat seperti yang telah kukatakan tadi. Kemudian engkau mencetuskan kata-kata tadi untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang penting, dan bukan untuk memuliakan Allah. Dengan demikian bukankah engkau telah mempersekutukan Allah?".

"Saran-saranmu tadi tidak dapat kulaksanakan. Berikanlah saran-saran yang lain," si murid berkeberatan.

"Hanya itu yang dapat kusarankan," Abu Yazid menegaskan.

"Aku tak sanggup melaksanakannya," si murid mengulangi kata-katanya.

"Bukankah telah aku katakan bahwa engkau tidak akan sanggup untuk melaksanakannya dan engkau tidak akan menuruti kata-kataku," kata Abu Yazid mengingatkan.

Kisah tersebut mengajarkan bahwa orang yang sering beribadah mudah terkena penyakit ujub dan takabur. Maka Abu Yazid menganjurkan muridnya berlatih menjadi orang hina agar ego dan keinginan untuk menonjol dan dihormati segera hilang, yang tersisa adalah perasaan tawadhu dan kerendah-hatian.
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَّمَا هُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ‌ؕ قَلِيۡلًا مَّا تُؤۡمِنُوۡنَۙ
dan ia (Al-Qur'an) bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.

(QS. Al-Haqqah Ayat 41)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More