Meniru Cara Menasehati Anak Berdasarkan Al-Qur'an Surat Luqman
Sabtu, 20 November 2021 - 09:16 WIB
Al-Qur'an surat Luqman merupakan salah satu surat yang berisi nilai-nilai pelajaran untuk orang tua maupun anak. Dalam surat ini, terpetik pelajaran berharga tentang wasiat yang disampaikan oleh Luqman kepada anaknya. Dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan dialog antara Luqman dan putranya.
Allah Ta'ala berfirman:
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata ketika ia memberikan pelajaran kepada anaknya…” (QS. Luqman: 13)
Menurut Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam kajian pembahasan 'Mencetak Generasi Rabbani' di kanal Rodja baru-baru ini, pesan dari ayat di atas adalah salah satu metode orang-orang shalih sebelum kita dan juga oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang memberikan nasihat secara khusus kepada anak-anak.
Dimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepada Ibnu Abbas:
“Aku akan mengajarkan beberapa pelajaran.”
Dai yang rutin mengisi kajian parenting islami tentang anak ini menjelaskan, ketika berdialog dengan anak-anak, kita memang mengkhususkan satu pembicaraan itu sebagai sebuah nasihat dari orang tua kepada anak. Diperlukan perhatian dari orang tua kepada anaknya. Dan kata-kata ataupun kalimat yang memancing perhatiannya.
Mengawali pembicaraan dengan sapaan atau seruan ini berfungsi untuk menarik perhatian ataupun meminta supaya memperhatikan apa yang dikatakan. Sehingga ayah berbicara dan anak mendengar/menyimak, tidak saling berbalas kata-kata.
Luqman berkata:
“Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah.” (QS. Luqman: 13)
Semua perkara dalam agama itu penting, tapi dari yang penting itu ada yang lebih penting. Sehingga kita harus bisa menentukan skala prioritas di dalam memberikan pelajaran kepada anak. Perkara yang terpenting di sini adalah perkara yang berkaitan dengan akidah tauhid. Karena ini merupakan sebab manusia itu diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan sebagaimana kita sebutkan sebelumnya bahwa tugas terpenting orang tua adalah mengawal tauhid anaknya. Karena dia lahir dengan segel tauhid yang melekat pada dirinya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Setiap bayi lahir dengan membawa fitrahnya (tauhid).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, di sini Luqman berpesan agar jangan melakukan syirik, baik itu syirik kecil apalagi syirik besar.
Luqman berkata:
Allah Ta'ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ…
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata ketika ia memberikan pelajaran kepada anaknya…” (QS. Luqman: 13)
Menurut Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam kajian pembahasan 'Mencetak Generasi Rabbani' di kanal Rodja baru-baru ini, pesan dari ayat di atas adalah salah satu metode orang-orang shalih sebelum kita dan juga oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang memberikan nasihat secara khusus kepada anak-anak.
Dimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepada Ibnu Abbas:
إِنّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ
“Aku akan mengajarkan beberapa pelajaran.”
Dai yang rutin mengisi kajian parenting islami tentang anak ini menjelaskan, ketika berdialog dengan anak-anak, kita memang mengkhususkan satu pembicaraan itu sebagai sebuah nasihat dari orang tua kepada anak. Diperlukan perhatian dari orang tua kepada anaknya. Dan kata-kata ataupun kalimat yang memancing perhatiannya.
Mengawali pembicaraan dengan sapaan atau seruan ini berfungsi untuk menarik perhatian ataupun meminta supaya memperhatikan apa yang dikatakan. Sehingga ayah berbicara dan anak mendengar/menyimak, tidak saling berbalas kata-kata.
Luqman berkata:
يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ
“Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah.” (QS. Luqman: 13)
Semua perkara dalam agama itu penting, tapi dari yang penting itu ada yang lebih penting. Sehingga kita harus bisa menentukan skala prioritas di dalam memberikan pelajaran kepada anak. Perkara yang terpenting di sini adalah perkara yang berkaitan dengan akidah tauhid. Karena ini merupakan sebab manusia itu diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan sebagaimana kita sebutkan sebelumnya bahwa tugas terpenting orang tua adalah mengawal tauhid anaknya. Karena dia lahir dengan segel tauhid yang melekat pada dirinya. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
“Setiap bayi lahir dengan membawa fitrahnya (tauhid).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, di sini Luqman berpesan agar jangan melakukan syirik, baik itu syirik kecil apalagi syirik besar.
Luqman berkata: