Mabuk Cinta, Perbuatan yang Paling Keras Azab dan Sedikit Pahalanya?
Rabu, 24 November 2021 - 07:08 WIB
Mabuk cinta atau dalam bahasa Arabnya al 'isyq digambarkan sebagai suatu jalan yang berbahaya, licin, tidak akan ada yang bisa menyelamatkan diri dari bahayanya kecuali Allah Ta'ala. Sudah banyak korban yang berjatuhan dengan dampak negatif yang tak terhitung. Sampai-sampai orang yang sedang dimabuk cinta digambarkan sebagai orang yang paling celaka, paling hina, paling sibuk dan paling jauh dari Rabb mereka di antara seluruh manusia.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
“Orang-orang yang sedang dimabuk cinta termasuk orang yang paling keras azabnya dan paling sedikit pahalanya. Apabila orang yang dimabuk asmara itu masih tertambat hatinya pada orang yang dicintai, masih tunduk kepadanya, amak akan terkumpul pada dirinya berbagai kerusakan yang tidak bisa terhitung jumlahnya oleh siapapun kecuali oleh Allah Ta'ala, walaupun ia selamat dari perangkap dosa besar. Terus-menerusnya hati pada keadaan seperti itu, lebih berbahaya daripada seseorang yang melakukan sebuah dosa kemudian bertaubat, maka dengannya pengaruh dosa tersebut hilang dari hatinya,".
Mereka diibaratkan dengan orang yang sedang mabuk dan orang yang hilang akalnya, sebagaimana dikatakan oleh beberapa penyair berikut ini:
Dalam sya'irnya, Abu Husnainah menjelaskan bahaya mabuk cinta dan memberikan kabar gembira terhadap mereka yang tidak terperangkap di dalamnya, ia berkata:
"Mabuk cinta dapat menyeret diri ke dalam kehinaan,
tentu aku iri dengan mereka yang tidak dimabuk cinta".
Abdul Muhsin ash-Shuri berkata:
Cinta hanyalah jalan berbahaya
jauh dari keselamatan dan tempat yang licin
Mereka juga mengatakan, "Karena perasaan cinta, seorang raja bisa menjadi menjadi hamba sahaya, seorang sultan bisa menjadi budak",
Kemudian penyair, Al Kharaiti berkata, “Abu Ja’far Al Abdi pernah membacakan (beberapa bait syair) padaku:
“Seandainya Allah menyelamatkanku dari rasa cinta,
Niscaya aku tidak akan kembali kepadanya,
Dan aku tidak akan menggubris perkataan yang mencelaku,
Siapakah lagi yang akan menyelamatkanku dari rasa cinta setelah aku terkena jerat-jeratnya…”
Ketika menjelaskan bahaya yang diakibatkan mabuk cinta, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata ;" Mencintai idola-idola yang diharamkan dan merindukannya merupakan salah satu penyebab kesyirikan. Setiap kali seorang hamba lebih dekat kepada kesyirikan dan jauh dari keikhlasan, maka setiap kali itu juga kegilaannya terhadap idola-idola itu bertambah. Demikian juga sebaliknya, setiap kali ia memperbanyak keikhlasan dan memperkuat ketauhidan, maka dia akan semakin jauh dengan kegilaan terhadap orang yang diidolakan.
Bahaya mabuk cinta begitu besar, begitu pula dengan dosa yang melakukannya. Mereka yang telah telah terjerumus ke dalam perangkap maksiat ini, baik pelakunya, orang yang dicintai, maupun orang yang membantu, wajib hukumnya untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dinukil dari kitab "At-Taubah Wadziifatul 'Umur" yang ditulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd menjelaskan,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
“Orang-orang yang sedang dimabuk cinta termasuk orang yang paling keras azabnya dan paling sedikit pahalanya. Apabila orang yang dimabuk asmara itu masih tertambat hatinya pada orang yang dicintai, masih tunduk kepadanya, amak akan terkumpul pada dirinya berbagai kerusakan yang tidak bisa terhitung jumlahnya oleh siapapun kecuali oleh Allah Ta'ala, walaupun ia selamat dari perangkap dosa besar. Terus-menerusnya hati pada keadaan seperti itu, lebih berbahaya daripada seseorang yang melakukan sebuah dosa kemudian bertaubat, maka dengannya pengaruh dosa tersebut hilang dari hatinya,".
Mereka diibaratkan dengan orang yang sedang mabuk dan orang yang hilang akalnya, sebagaimana dikatakan oleh beberapa penyair berikut ini:
Dalam sya'irnya, Abu Husnainah menjelaskan bahaya mabuk cinta dan memberikan kabar gembira terhadap mereka yang tidak terperangkap di dalamnya, ia berkata:
"Mabuk cinta dapat menyeret diri ke dalam kehinaan,
tentu aku iri dengan mereka yang tidak dimabuk cinta".
Abdul Muhsin ash-Shuri berkata:
Cinta hanyalah jalan berbahaya
jauh dari keselamatan dan tempat yang licin
Mereka juga mengatakan, "Karena perasaan cinta, seorang raja bisa menjadi menjadi hamba sahaya, seorang sultan bisa menjadi budak",
Kemudian penyair, Al Kharaiti berkata, “Abu Ja’far Al Abdi pernah membacakan (beberapa bait syair) padaku:
“Seandainya Allah menyelamatkanku dari rasa cinta,
Niscaya aku tidak akan kembali kepadanya,
Dan aku tidak akan menggubris perkataan yang mencelaku,
Siapakah lagi yang akan menyelamatkanku dari rasa cinta setelah aku terkena jerat-jeratnya…”
Ketika menjelaskan bahaya yang diakibatkan mabuk cinta, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata ;" Mencintai idola-idola yang diharamkan dan merindukannya merupakan salah satu penyebab kesyirikan. Setiap kali seorang hamba lebih dekat kepada kesyirikan dan jauh dari keikhlasan, maka setiap kali itu juga kegilaannya terhadap idola-idola itu bertambah. Demikian juga sebaliknya, setiap kali ia memperbanyak keikhlasan dan memperkuat ketauhidan, maka dia akan semakin jauh dengan kegilaan terhadap orang yang diidolakan.
Bahaya mabuk cinta begitu besar, begitu pula dengan dosa yang melakukannya. Mereka yang telah telah terjerumus ke dalam perangkap maksiat ini, baik pelakunya, orang yang dicintai, maupun orang yang membantu, wajib hukumnya untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dinukil dari kitab "At-Taubah Wadziifatul 'Umur" yang ditulis Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd menjelaskan,