Arab Pra-Islam: Misionaris Nasrani dan Sepak Terjang Abrahah

Selasa, 04 Januari 2022 - 14:59 WIB
Agama Nasrani menyebar di Yaman pada era Abrahah. Dalam tradisi Islam, nama Abrahah dikenal sebagai raja dari Arab Selatan yang gagal merebut Kakbah di Mekkah pada sekitar tahun 570 Masehi. (Foto/Ilustrasi: Ist)
Jauh sebelum Islam datang di jazirah Arab, sebagian orang-orang di wilayah ini sudah memeluk agama, antara lain agama Nasrani . Agama ini bersemi di kalangan mereka melalui tangan para misionaris yang bekerja dan melebur diri di tengah masyarakat Badui.



Dr Abdul Aziz MA dalam bukunya berjudul "Chiefdom Madinah: Kerucut Kekuasaan pada Zaman Awal Islam" menyebutkan bahwa Mathran Bashri, seorang misionaris dari Damaskus, menjadi penasihat bagi sekitar 20 uskup yang tersebar di antara orang Arab Hauran dan Ghassan.

"Untuk maksud misi itu, mereka mendirikan banyak biara, termasuk biara persinggahan para saudagar untuk melepas lelah sambil minum mabidz (sejenis wine) yang dibuat sendiri oleh para pendeta," katanya.

Kegiatan seperti ini didukung Kekaisaran Romawi yang berupaya menanamkan pengaruh politiknya di wilayah hunian Arab.



Selain dipeluk oleh penguasa Kerajaan Ghassan (Ghasasinah) di wilayah Syria, agama Nasrani juga dipeluk oleh penduduk Hirah dan kabilah Taqhlib, Iyad dan Bakar di wilayah Irak. Sebagian penduduk Taima, Daumat al-Jandal, Aylah dan Yamamah juga memeluk agama ini.

Menjelang kedatangan Islam, orang Nasrani yang ada di Yatsrib, Mekkah, dan Thaif sangatlah sedikit. Tetapi di selatan, kaum Nasrani mendapat pijakan kuat di kota Najran, Ma'rib, San'a, Aden, dan sebagian Himyar. Hal ini menyediakan legitimasi bagi kehadiran Uskup Yaman sebagai peserta Konsili Nicea pada 325 M.



Habasyah dan Romawi

Syeikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dalam "Sirah Nabawiyah" menjelaskan Agama Nasrani masuk ke jazirah Arab melalui pendudukan orang-orang Habasyah dan Romawi. Pendudukan orang-orang Habasyah pertama kali terjadi di Yaman pada tahun 340 M dan berlangsung hingga tahun 378 M. Pada masa itu, gerakan Kristenisasi mulai merambah permukiman di Yaman.

Tak berapa jauh dari masa ini, seorang yang dikenal sebagai orang zuhud, doanya mustajab dan dianggap mempunyai kekeramatan. Orang ini dikenal dengan sebutan Fimiyun; dia datang ke Najran. Dia mengajak penduduk Najran untuk memeluk agama Nasrani. Mereka melihat tanda-tanda kejujuran pada dirinya dan kebenaran agamanya. Karena itu mereka menerima dakwahnya dan bersedia memeluk agama Nasrani.

Tatkala orang-orang Habasyah menduduki Yaman untuk kedua kalinya pada tahun 525 M penanut Nasrani makin banyak. Maklum saja, rakyat Yaman amat berterima kasih atas bantuan Romawi pasca peristiwa Ashabul Ukhdud, yaitu pembantaian yang dilakukan Dzu Nuwas.

Kala itu, Abrahah memimpin Yaman. Dia menyebarkan agama Nasrani dengan gencar dan target sasaran mencapai puncaknya ketika dia membangun sebuah gereja di Yaman, yang diberi nama "Ka'bah Yaman". Dia menginginkan agar haji yang dilakukan oleh Bangsa Arab dialihkan ke gereja ini.



Kudeta Abrahah

Sekadar mengingatkan, pada saat peristiwa Ashabul Ukhdud yang memaksa kaum nasrani untuk berpindah agama menjadi Yahudi, mereka yang lolos meminta bantuan Romawi.

Muhammad Husain Haekal dalam "Sejarah Hidup Muhammad" menjelaskan oleh karena letak Kerajaan Romawi jauh dari Yaman, Kaisar itu menulis surat kepada Najasyi (Negus) supaya mengadakan pembalasan terhadap raja Yaman.

Pada waktu itu [abad ke-6] Abisinia yang dipimpin oleh Najasyi sedang berada dalam puncak kemegahannya. Perdagangan yang luas melalui laut disertai oleh armada yang kuat dapat menancapkan pengaruhnya sampai sejauh-jauhnya.

Pada waktu itu ia menjadi sekutu Imperium Romawi Timur dan yang memegang panji Kristen di Laut Merah, sedang Kerajaan Romawi Timur sendiri menguasainya di bagian Laut Tengah.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:  Itu adalah shalatnya orang-orang munafik, itu adalah shalatnya orang-orang munafik, itu adalah shalatnya orang-orang munafik.  Salah seorang dari mereka duduk hingga sinar matahari telah menguning, tatkala itu ia sedang berada di antara dua tanduk setan atau pada dua tanduk setan.  Maka dia bengkit untuk shalat, dia shalat empat rakaat dengan sangat cepat (seperti burung mematuk makanan),  dia tidak mengingat Allah padanya kecuali sangat sedikit.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 350)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More