Samiri: Pencetus Spirit Doll dalam Sejarah Penyimpangan Akidah Manusia

Selasa, 11 Januari 2022 - 14:57 WIB
Dai yang juga pakar ilmu linguistik Arab asal Kalimantan Selatan, Ustaz Miftah el-Banjary menceritakan sejarah penyimpangan akhidah manusia. Foto/Ist
Tg DR Miftah el-Banjary MA

Pakar Ilmu Linguistik Arab,

Pimpinan Majelis Dalail Khairat Komunitas Indonesia-Malaysia

"Inilah Tuhan Musa, Tuhan kita semua, wahai kaumku Bani Israel!" Seru Samiri pada kaummya. "Dialah Tuhan yang akan memberikan keselamatan, perlindungan, kebahagiaan, ketentraman, bahkan kekayaan dan keberlimpahan pada kalian semua!"

Begitulah kira-kira seruan Samiri sembari menunjukkan dan memperlihatkan boneka ajaib berbentuk patung anak sapi yang bisa mengeluarkan suara mendengus dan bergerak-gerak terhadap kaumnya Bani Israel yang ketika itu mereka baru saja diselematkan oleh Nabi Musa dari cengkraman kekuasaan Fir'aun Ramses II yang sadis dan kejam.



Belum genap 40 hari, mereka ditinggalkan oleh Nabi Musa pergi sementara untuk bermunajat memenuhi panggilan Allah Ta'ala di Jabal (Bukit) Thursina, sebagian kecil umatnya sudah ada yang melakukan penyimpangan melakukan penyembahan terhadap boneka magis/patung anak sapi hasil cipta karya Samiri.

Di tengah-tengah kekosongan kaum Bani Israel yang sedang ditinggalkan oleh Nabi Musa selama bermunajat 40 hari 40 malam di Thursina, Samiri yang mengetahui adanya rasa bersalah kaumnya yang membawa harta berharga berupa emas yang mereka bawa dari harta milik kekayaan orang-orang Egypt sewaktu di Mesir, dia mengusulkan agar menebusnya dengan menjadikan emas-emas tersebut sebagai Tuhan sesembahan.

Samiri yang masih memiliki kekerabatan dekat dengan Nabi Musa dan Nabi Harun, pada awalnya merupakan penyembah dewa Sapi sewaktu masih berada di Mesir. Dia sangat kagum dan terinspirasi dengan sesembahan penduduk Egypt di Mesir yang memiliki banyak dewa-dewi.

Kerinduan Samiri terhadap patung sesembahan dewa-dewi inilah yang membuat Samiri masih ingin menghadirkan patung sesembahan dalam bentuk nyata. Akhirnya, Samiri mengusulkan agar emas-emas milik kaum Bani Israel dikumpulkan, selanjutnya dilebur menjadi cetakan patung anak sapi yang telah ia siapkan lebih dahulu.

Samiri yang merupakan salah satu dari 600 ribu kaum Bani Israel yang ikut menyaksikan kemukjizatan Nabi Musa pun secara langsung dapat menyaksikan bantuan malaikat Jibril yang turun dengan kuda putihnya.

Samiri yang mengetahui kedatangan Jibril yang memacu agar kereta perang bala tentara pasukan Ramses II mengejar hingga ke laut merah pun sempat mengambil bekas tanah pijakan kuda Jibril. Tanah tersebut lah yang disimpannya.

Pada proses pembuatan patung anak sapi itulah, Samiri tidak lupa menaburkan tanah bekas pijakan kuda malaikat Jibril pada cairan emas yang dilebur, sehingga manakala tercipta patung anak sapi tersebut patung itu pun dapat hidup bergerak-gerak.

Konon, patung anak sapi itu dapat bergerak-gerak dan mengeluarkan suara dengusan dan ringkikan anak sapi, sebagaimana juga yang diriwayatkan oleh Imam Ibn Katsir.



Samiri berusaha meyakinkan bahwa boneka ajaib atau patung anak sapi tersebut adalah Tuhan yang selama ini disembah oleh Nabi Musa. Bahkan Samiri mengatakan, "Musa jauh-jauh harus berjumpa Tuhannya di Thursina, sedangkan Tuhannya Musa ada terdapat dalam roh patung anak sapi ini!"

Tak ayal, orang-orang bodoh yang dangkal keimanannya pun dengan mudahnya segera mempercayai serta meyakini apa yang dikatakan oleh Samiri.

Akhirnya, mereka pun menerima boneka roh ala Samiri yang berbentuk patung anak sapi tersebut sebagai sesembahan, pengabul hajat dan memiliki ketergantungan yang kuat terhadap boneka tersebut.

Mereka memperlakukan boneka roh tersebut layaknya sebagai anak kesayangan mereka sendiri, menjaga, merawat, memperhatikan sepenuh hati mereka, hingga penyembahan pun dilakukan dengan segala penyerahan hati dan jiwa mereka.

Inilah sejarah kebodohan dan kekelaman manusia masa lampau yang kembali diangkat dan diingatkan oleh Al-Qur'an. Bahkan, kisah ini pula lah yang kemudian menjadi awal kisah penyembelihan anak sapi yang menjadi "Asbabun Nuzul" turunnya surah Al-Baqarah; Kisah Penyembelihan Anak Sapi.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abdullah, ia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalain akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya.  Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.

(HR. Bukhari No. 4789)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More