Uniknya Wanita, Muslimah Salehah atau Bidadari Surga?
Sabtu, 22 Januari 2022 - 05:15 WIB
Wanita muslimah menurut Islam adalah wanita yang menjalankan syariat Islam yang terkandung dalam agama Islam.Karena itu, jika muslimah ingin selalu dengan Allah, maka dia harus berada dalam ketaatan. Meski begitu, di sisi lain, jika tidak menjaga ketaatan kepada Allah, wanita bisa menjadi lumbung fitnah atau pintu masuk kemaksiatan.
Mengutip ceramah Ustadz Saed as-Saedy, Lc, di kanal muslim, dia mengatakan wanita memang unik. Kelembutan yang membalutnya ibarat pisau bermata dua, semuanya tajam. Banyak lelaki yang tumbang terhina karena terpedaya rayuan lembutnya. Tidak sedikit pula lelaki yang tegak mulia karena kasih sayang dan kesabaran yang selalu menemaninya.
Sekalipun balutan hijab menutupi keindahan tubuhnya, wanita muslimah tetap menggoda; yaitu lewat kelembutan suaranya, karena itu wanita dilarang berlemah lembut saat berbicara dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Lantas bagaimana ketika auratnya terumbar lepas?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wanita adalah aurat, sehingga ketika ia keluar (rumah), setan akan menjadikannya menarik sebagai objek perhatian.” (HR. at-Tirmidzi, hadits shahih)
Dai asal Bogor ini menyebutkan, jangan heran, ketika sebelum menikah, seorang laki-laki akan melihat seorang wanita yang hendak dinikahinya begitu sempurna, seolah tidak ada minusnya sedikitpun. Dialah yang paling cantik, paling menarik, paling baik, paling perhatian, dan lain sebagainya. Tapi, setelah menikah, hari berganti hari, bulan berlalu bulan, tahun menyapa tahun, karakter masing-masing semakin jelas terlihat.
Bagi yang tidak mengerti dan pemahaman agamanya lemah, konflik kerap tersulut api dan dianggapnya seolah benang kusut yang sulit terurai. Adapun bagi yang mengerti, ia adalah seni dan keindahan dari sebuah dinamika kehidupan rumah tangga. Seorang suami harus mengerti, bahwa seorang istri yang selalu mendampingi dirinya bukanlah bak bidadari surga , yang tidak memiliki cacat atau kurang sedikit pun, entah fisiknya maupun akhlaknya, yang harus terlihat sempurna dan sesuai keinginannya. Jika bidadari surga digambarkan sebagai profil yang super cantik dengan segala keindahan dan kesempurnaan dirinya, maka sebagai manusia, seorang istri atau muslimah tentu banyak kekurangan.
"Seorang istri adalah manusia biasa, yang menyimpan banyak kekurangan dan kelemahan, yang selayakanya ditutupi dan dilengkapi oleh kelebihan suaminya,"tutur Ustadz Saed.
Hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
“Janganlah seorang mukmin (suami) membenci mukminah (istri), apabila ia tidak suka dengan salah satu akhlaknya, ia tentu akan ridha dengan akhlak yang lainnya.” (HR. Muslim)
Sedari awal, suami harus sadar, karakter seorang istri tidaklah sama dengan karakternya. Memaksa karakter seorang istri harus searus dengan dirinya adalah awal prahara. Bukan kebaikan yang didapat, justru konfliklah yang akan kerap muncul dan menghiasai rumah tangganya. Ketika ada hal yang perlu diputuskan, bermusyawarahlah dengannya, timbanglah sisi baik dan buruknya, sampaikanlah argumentasi-argumentasi dengan baik dan tanggapilah saran-sarannya dengan bijak.
Allah Ta'ala berfirman:
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 159)
Benar, seorang suami adalah kepala rumah tangga, pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Tapi bukan berarti kediktatoran menjadi pilihannya. Pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang mengerti keadaan rakyatnya, mendengarkan keluhannya, memperhatikan kondisi mereka dan melindunginya dari segala keburukan yang mengancam.
Allah Ta'ala berfirman:
Mengutip ceramah Ustadz Saed as-Saedy, Lc, di kanal muslim, dia mengatakan wanita memang unik. Kelembutan yang membalutnya ibarat pisau bermata dua, semuanya tajam. Banyak lelaki yang tumbang terhina karena terpedaya rayuan lembutnya. Tidak sedikit pula lelaki yang tegak mulia karena kasih sayang dan kesabaran yang selalu menemaninya.
Sekalipun balutan hijab menutupi keindahan tubuhnya, wanita muslimah tetap menggoda; yaitu lewat kelembutan suaranya, karena itu wanita dilarang berlemah lembut saat berbicara dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Lantas bagaimana ketika auratnya terumbar lepas?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
“Wanita adalah aurat, sehingga ketika ia keluar (rumah), setan akan menjadikannya menarik sebagai objek perhatian.” (HR. at-Tirmidzi, hadits shahih)
Dai asal Bogor ini menyebutkan, jangan heran, ketika sebelum menikah, seorang laki-laki akan melihat seorang wanita yang hendak dinikahinya begitu sempurna, seolah tidak ada minusnya sedikitpun. Dialah yang paling cantik, paling menarik, paling baik, paling perhatian, dan lain sebagainya. Tapi, setelah menikah, hari berganti hari, bulan berlalu bulan, tahun menyapa tahun, karakter masing-masing semakin jelas terlihat.
Bagi yang tidak mengerti dan pemahaman agamanya lemah, konflik kerap tersulut api dan dianggapnya seolah benang kusut yang sulit terurai. Adapun bagi yang mengerti, ia adalah seni dan keindahan dari sebuah dinamika kehidupan rumah tangga. Seorang suami harus mengerti, bahwa seorang istri yang selalu mendampingi dirinya bukanlah bak bidadari surga , yang tidak memiliki cacat atau kurang sedikit pun, entah fisiknya maupun akhlaknya, yang harus terlihat sempurna dan sesuai keinginannya. Jika bidadari surga digambarkan sebagai profil yang super cantik dengan segala keindahan dan kesempurnaan dirinya, maka sebagai manusia, seorang istri atau muslimah tentu banyak kekurangan.
"Seorang istri adalah manusia biasa, yang menyimpan banyak kekurangan dan kelemahan, yang selayakanya ditutupi dan dilengkapi oleh kelebihan suaminya,"tutur Ustadz Saed.
Hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah seorang mukmin (suami) membenci mukminah (istri), apabila ia tidak suka dengan salah satu akhlaknya, ia tentu akan ridha dengan akhlak yang lainnya.” (HR. Muslim)
Sedari awal, suami harus sadar, karakter seorang istri tidaklah sama dengan karakternya. Memaksa karakter seorang istri harus searus dengan dirinya adalah awal prahara. Bukan kebaikan yang didapat, justru konfliklah yang akan kerap muncul dan menghiasai rumah tangganya. Ketika ada hal yang perlu diputuskan, bermusyawarahlah dengannya, timbanglah sisi baik dan buruknya, sampaikanlah argumentasi-argumentasi dengan baik dan tanggapilah saran-sarannya dengan bijak.
Allah Ta'ala berfirman:
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 159)
Benar, seorang suami adalah kepala rumah tangga, pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Tapi bukan berarti kediktatoran menjadi pilihannya. Pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang mengerti keadaan rakyatnya, mendengarkan keluhannya, memperhatikan kondisi mereka dan melindunginya dari segala keburukan yang mengancam.
Allah Ta'ala berfirman: