5 Kesalahan dalam Proses Ta'aruf, Nomor 1 Paling Fatal karena Dianggap Biasa
Jum'at, 18 Februari 2022 - 10:38 WIB
Ta'aruf merupakan ikhtiar dalam mencari pasangan menuju proses pernikahan yang halal dalam Islam. Namun ternyata pada praktiknya, banyak kesalahan terjadi selama proses tersebut. Entah karena kurang pemahaman atau juga salah kaprah dalam melakukannya.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa kesalahan dalam ta'aruf yang sering kali ditemui dan dilakukan kaum muslimin, yakni:
1. Dianggap pacaran Islami.
Kesalahan pertama yang banyak terjadi ialah menganggap ta’aruf sebagai pacaran Islami. Inilah kesalahan paling fatal dalam proses taaruf. Tidak ada istilah pacaran dalam Islam. Sebaliknya, Islam justru melarang segala perbuatan yang biasa dilakukan orang berpacaran.
Yakni bertemu pria dan wanita non mahram, berduaan, pergi bersama, berkomunikasi tanpa perantara, hingga bermesraan, berpegangan tangan, berpelukan, dan lain sebagainya. Tak sedikit muslimin yang menganggap dibolehkannya pacaran Islami, yakni pacaran tanpa bersentuhan, tidak berduaan di tempat sepi, dan lain sebagainya. Namun mereka tetap bertemu, berkomunikasi, pergi bersama, saling memandang, memikirkan pasangan, jatuh hati, dan lain sebagainya.
Padahal telah jelas dalil larangan mendekati zina. Saking beratnya dosa zina, Allah pun melarang segala hal berkaitan zina, meski sekadar mendekatinya dan tidak melakukannya.
Allah Ta'ala berfirman,
“Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’: 32).
Dalil lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Mata bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan (yang diharamkan). Zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan). Lidah (lisan) bisa berzina, dan zinanya adalah perkataan (yang diharamkan). Tangan bisa berzina, dan zinanya adalah memegang (yang diharamkan). Kaki bisa berzina, dan zinanya adalah ayunan langkah (ke tempat yang haram). Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Ta'aruf sejatinya menggali informasi sedalam-dalamnya tentang calon pasangan. Inilah keunggulan taaruf yang tak bisa didapatkan dalam pacaran. Banyak orang yang baru mengetahui keburukan pacarnya setelah menikah. Hal itu semestinya tidak terjadi jika melalui proses taaruf. Karena itulah sangat penting mencari informasi secara detail. Jangan hanya berpegang dari data diri yang dikirimkan calon pasangan, melainkan bertanyalah pada saudaranya, sahabatnya, gurunya, tetangganya tentang tabiat calon suami. Jangan sampai menyesal di kemudian hari, lalu menyalahkan proses ta'aruf syar’i.
Lalu informasi apa saja yang harus dicari tentang pasangan? Maka ini telah dijelaskan oleh Rasulullah tentang poin penting mencari pasangan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat perkara, bisa jadi karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang memiliki agama. Bila tidak, engkau celaka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hadis tersebut juga berlaku untuk pria. Hal terpenting adalah melihat agamanya karena jika agama seorang baik, maka baik pula perangainya, akhlaknya, tata kramanya, semangatnya bekerja, hubungannya dengan keluarga, sifat tanggung jawabnya, dan lain sebagainya. Perhatikan pula bahwa seorang yang nampak secara lahir gemar bermajelis, belum tentu agamanya baik. Seorang yang nampak lahir berpakaian syar’i, belum tentu akhlaknya karim. Seorang yang gemar berdakwah di media sosial, belum tentu rajin ke masjid. Karena itu, carilah informasi secara detail dari orang sekitarnya tentang agamanya secara lahir dan batin.
3. Keliru dalam nadzhar (meliha calon pasangan)
Termasuk tahapan dalam ta’aruf yakni melakukan nadzhar atau melihat calon pasangan. Namun ternyata banyak kesalahan terjadi dalam proses tersebut. Dijelaskan oleh Syaikh Al Utsaimin dalam fatwanya, ada lima hal yang harus diperhatikan dalam melakukan nadzhar.
Pertama, yakni tidak berdua-duaan dan berkhalwat saat melakukan nadzhar. Cara syar’i yakni dengan ditemani mahram, atau bisa pula dengan melihatnya dari kejauhan di tempat yang biasa dikunjungi calon pasangan.
Kedua, yakni melihat tanpa syahwat. Nadzhar hanyalah melihat secara fisik secukupnya, tidak berlebihan dan tidak menikmati ketampanan atau kecantikannya.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut beberapa kesalahan dalam ta'aruf yang sering kali ditemui dan dilakukan kaum muslimin, yakni:
1. Dianggap pacaran Islami.
Kesalahan pertama yang banyak terjadi ialah menganggap ta’aruf sebagai pacaran Islami. Inilah kesalahan paling fatal dalam proses taaruf. Tidak ada istilah pacaran dalam Islam. Sebaliknya, Islam justru melarang segala perbuatan yang biasa dilakukan orang berpacaran.
Yakni bertemu pria dan wanita non mahram, berduaan, pergi bersama, berkomunikasi tanpa perantara, hingga bermesraan, berpegangan tangan, berpelukan, dan lain sebagainya. Tak sedikit muslimin yang menganggap dibolehkannya pacaran Islami, yakni pacaran tanpa bersentuhan, tidak berduaan di tempat sepi, dan lain sebagainya. Namun mereka tetap bertemu, berkomunikasi, pergi bersama, saling memandang, memikirkan pasangan, jatuh hati, dan lain sebagainya.
Padahal telah jelas dalil larangan mendekati zina. Saking beratnya dosa zina, Allah pun melarang segala hal berkaitan zina, meski sekadar mendekatinya dan tidak melakukannya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَا تَقۡرَبُوا الزِّنٰٓى اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ؕ وَسَآءَ سَبِيۡلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’: 32).
Dalil lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Mata bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan (yang diharamkan). Zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan). Lidah (lisan) bisa berzina, dan zinanya adalah perkataan (yang diharamkan). Tangan bisa berzina, dan zinanya adalah memegang (yang diharamkan). Kaki bisa berzina, dan zinanya adalah ayunan langkah (ke tempat yang haram). Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Ta'aruf sejatinya menggali informasi sedalam-dalamnya tentang calon pasangan. Inilah keunggulan taaruf yang tak bisa didapatkan dalam pacaran. Banyak orang yang baru mengetahui keburukan pacarnya setelah menikah. Hal itu semestinya tidak terjadi jika melalui proses taaruf. Karena itulah sangat penting mencari informasi secara detail. Jangan hanya berpegang dari data diri yang dikirimkan calon pasangan, melainkan bertanyalah pada saudaranya, sahabatnya, gurunya, tetangganya tentang tabiat calon suami. Jangan sampai menyesal di kemudian hari, lalu menyalahkan proses ta'aruf syar’i.
Lalu informasi apa saja yang harus dicari tentang pasangan? Maka ini telah dijelaskan oleh Rasulullah tentang poin penting mencari pasangan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wanita itu dinikahi karena empat perkara, bisa jadi karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang memiliki agama. Bila tidak, engkau celaka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hadis tersebut juga berlaku untuk pria. Hal terpenting adalah melihat agamanya karena jika agama seorang baik, maka baik pula perangainya, akhlaknya, tata kramanya, semangatnya bekerja, hubungannya dengan keluarga, sifat tanggung jawabnya, dan lain sebagainya. Perhatikan pula bahwa seorang yang nampak secara lahir gemar bermajelis, belum tentu agamanya baik. Seorang yang nampak lahir berpakaian syar’i, belum tentu akhlaknya karim. Seorang yang gemar berdakwah di media sosial, belum tentu rajin ke masjid. Karena itu, carilah informasi secara detail dari orang sekitarnya tentang agamanya secara lahir dan batin.
3. Keliru dalam nadzhar (meliha calon pasangan)
Termasuk tahapan dalam ta’aruf yakni melakukan nadzhar atau melihat calon pasangan. Namun ternyata banyak kesalahan terjadi dalam proses tersebut. Dijelaskan oleh Syaikh Al Utsaimin dalam fatwanya, ada lima hal yang harus diperhatikan dalam melakukan nadzhar.
Pertama, yakni tidak berdua-duaan dan berkhalwat saat melakukan nadzhar. Cara syar’i yakni dengan ditemani mahram, atau bisa pula dengan melihatnya dari kejauhan di tempat yang biasa dikunjungi calon pasangan.
Kedua, yakni melihat tanpa syahwat. Nadzhar hanyalah melihat secara fisik secukupnya, tidak berlebihan dan tidak menikmati ketampanan atau kecantikannya.