Ulama Indonesia yang Wafat dan Dimakamkan di Luar Negeri
Minggu, 13 Maret 2022 - 23:50 WIB
Banyak tokoh ulama Indonesia yang wafat dan dimakamkan di luar negeri. Sebagian besar dimakamkan di pekuburan Jannatul Ma'la, Makkah Arab Saudi.
Ulama Nusantara yang belum lama ini wafat dan dimakamkan di Ma'la Makkah ialah sesepuh NU Syaikhina KH Maimoen Zubair yang dimakamkan pada tanggal 7 Agustus 2019.
Ulama Indonesia yang dimakamkan di Jannatul Ma'la ini adalah sebagian besar pernah menjadi guru besar di Masjidil Haram Makkah pada abad ke-19.
1. Syekh Nawawi bin Umar Al-Bantani
Beliau bernama lengkap Abu Abd al-Mu'ti Muhammad bin Umar al-Tanara al-Jawi al-Bantani. Lahir di Tanara, Serang, Banten pada tahun 1813 dan wafat di Mekkah pada 1897. Syekh Nawawi Al-Bantani pernah menjadi Imam Masjidil Haram. beliau seorang ulama yang sangat produktif menulis kitab, jumlah karyanya sekitar 115 kitab meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis.
Karena keilmuannya, Syekh Nawawi al-Bantani dijuluki Sayyid Ulama al-Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz), al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang Mumpuni ilmunya), A'yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah (Tokoh Ulama Abad 14 Hijriyah), hingga Imam Ulama al-Haramain, (Imam 'Ulama Dua Kota Suci). Beliau dimakamkan di Ma'la Makkah pada 29 Maret 1897.
2. Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi
Beliau Lahir di Koto Tuo - Balai Gurah, IV Angkek, Agam, Sumatera Barat pada 1860 dan wafat di Mekkah 1916. Syekh Khatib bernama lengkap al Allamah asy Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah bin Abdul Lathif bin Abdurrahman.
Syekh Khatib dikenal sebagai ulama yan tawadhu. Beliau tercatat sebagai orang non-Arab pertama yang dipercaya menjadi imam besar di Masjidil Haram, Mekkah. Wafat pada tanggal 13 Maret 1916.
3. Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani
Beliau seorang ahli sanad hadist, ilmu falak, bahasa Arab, dan pendiri Madrasah Darul Ulum al-Diniyyah, Mekkah. Syekah Yasin Al-Fadani merupakan putra ulama terkenal, Syekh Muhammad Isa Al-Fadani asal Padang, Sumatera Barat.
Saat dewasa, beliau mendirikan madrasah Darul Ulum al-Diniyyah dan mengajar di Masjidil Haram. Syekh Yasin berhasil menulis 97 kitab. Yang paling dikenal berjudul Al-Fawaid al-Janiyyah. Beliau wafat 20 Juli 1990 dan dimakamkan di Ma'la Makkah.
4. Syekh Abdul Qadir Al-Mandili
Syekh Abdul Qadir Al-Mandili masyhur di Mekkah dan Malaysia. Beliau lahir pada 1329 Hijriyah atau Tahun 1910 di Desa Sigalapang, Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara (dulu masih Tapanuli Selatan). Beliau dijuluki Al-Mandaili karena berasal dari suku Mandailing. Ayahnya bernama Abdul Muthalib bin Hassan.
Syekh Abdul Qadir Al-Mandili pernah mendapat kepercayaan mengajar di Masjidil Haram, Makkah. Beliau juga dikenal sebagai penulis hebat. Di antara karya kitabnya adalah ilmu ushuluddin, tasawwuf, fiqh, politik, pendidikan dan perundangan. Ketika berada di Makkah, Syekh Abdul Qadir menghasilkan 24 kitab dalam bahasa Melayu dan Arab. Syekh Al-Mandili wafat pada 20 Rabi'ul Awwal 1385 H (Tahun 1965) dan dimakamkan di Kompleks Jannatul Ma'la, Makkah.
5. Syekh Yusuf Al-Makassari
Beliau bernama lengkap Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani. Beliau lahir pada 3 Juli 1626. Pada tahun 1644, Syekh Yusuf menunaikan ibadah haji dan tinggal di Mekkah. Syekh Yusuf juga sempat menuntut ilmu ke Yaman. Beliau mempelajari Islam sekitar 20 tahun di Timur Tengah.
Ketika pasukan Sultan Ageng dikalahkan Belanda tahun 1682, Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Srilanka pada bulan September 1684. Di Sri Lanka, Syekh Yusuf tetap aktif menyebarkan Islam.
Melalui jamaah haji yang singgah ke Sri Lanka, Syekh Yusuf masih dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya di Nusantara, sehingga akhirnya oleh Belanda, beliau diasingkan ke tempat lain yang lebih jauh dari Sri Lanka yaitu Afrika Selatan, pada 22 Desember 1694.
Di Afrika Selatan, Syekh Yusuf tetap berdakwah dan memiliki banyak pengikut. Ketika beliau wafat tanggal 23 Mei 1699, pengikutnya menjadikan hari wafatnya sebagai hari peringatan. Makamnya berada di Cape Town Afrika Selatan. Kemudian jenazah beliau dibawa ke Gowa atas permintaan Sultan Abdul Jalil (1677-1709) dan dimakamkan kembali di Lakiung, pada April 1705.
Ulama Nusantara yang belum lama ini wafat dan dimakamkan di Ma'la Makkah ialah sesepuh NU Syaikhina KH Maimoen Zubair yang dimakamkan pada tanggal 7 Agustus 2019.
Ulama Indonesia yang dimakamkan di Jannatul Ma'la ini adalah sebagian besar pernah menjadi guru besar di Masjidil Haram Makkah pada abad ke-19.
1. Syekh Nawawi bin Umar Al-Bantani
Beliau bernama lengkap Abu Abd al-Mu'ti Muhammad bin Umar al-Tanara al-Jawi al-Bantani. Lahir di Tanara, Serang, Banten pada tahun 1813 dan wafat di Mekkah pada 1897. Syekh Nawawi Al-Bantani pernah menjadi Imam Masjidil Haram. beliau seorang ulama yang sangat produktif menulis kitab, jumlah karyanya sekitar 115 kitab meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis.
Karena keilmuannya, Syekh Nawawi al-Bantani dijuluki Sayyid Ulama al-Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz), al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang Mumpuni ilmunya), A'yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah (Tokoh Ulama Abad 14 Hijriyah), hingga Imam Ulama al-Haramain, (Imam 'Ulama Dua Kota Suci). Beliau dimakamkan di Ma'la Makkah pada 29 Maret 1897.
2. Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi
Beliau Lahir di Koto Tuo - Balai Gurah, IV Angkek, Agam, Sumatera Barat pada 1860 dan wafat di Mekkah 1916. Syekh Khatib bernama lengkap al Allamah asy Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah bin Abdul Lathif bin Abdurrahman.
Syekh Khatib dikenal sebagai ulama yan tawadhu. Beliau tercatat sebagai orang non-Arab pertama yang dipercaya menjadi imam besar di Masjidil Haram, Mekkah. Wafat pada tanggal 13 Maret 1916.
3. Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani
Beliau seorang ahli sanad hadist, ilmu falak, bahasa Arab, dan pendiri Madrasah Darul Ulum al-Diniyyah, Mekkah. Syekah Yasin Al-Fadani merupakan putra ulama terkenal, Syekh Muhammad Isa Al-Fadani asal Padang, Sumatera Barat.
Saat dewasa, beliau mendirikan madrasah Darul Ulum al-Diniyyah dan mengajar di Masjidil Haram. Syekh Yasin berhasil menulis 97 kitab. Yang paling dikenal berjudul Al-Fawaid al-Janiyyah. Beliau wafat 20 Juli 1990 dan dimakamkan di Ma'la Makkah.
4. Syekh Abdul Qadir Al-Mandili
Syekh Abdul Qadir Al-Mandili masyhur di Mekkah dan Malaysia. Beliau lahir pada 1329 Hijriyah atau Tahun 1910 di Desa Sigalapang, Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara (dulu masih Tapanuli Selatan). Beliau dijuluki Al-Mandaili karena berasal dari suku Mandailing. Ayahnya bernama Abdul Muthalib bin Hassan.
Syekh Abdul Qadir Al-Mandili pernah mendapat kepercayaan mengajar di Masjidil Haram, Makkah. Beliau juga dikenal sebagai penulis hebat. Di antara karya kitabnya adalah ilmu ushuluddin, tasawwuf, fiqh, politik, pendidikan dan perundangan. Ketika berada di Makkah, Syekh Abdul Qadir menghasilkan 24 kitab dalam bahasa Melayu dan Arab. Syekh Al-Mandili wafat pada 20 Rabi'ul Awwal 1385 H (Tahun 1965) dan dimakamkan di Kompleks Jannatul Ma'la, Makkah.
5. Syekh Yusuf Al-Makassari
Beliau bernama lengkap Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani. Beliau lahir pada 3 Juli 1626. Pada tahun 1644, Syekh Yusuf menunaikan ibadah haji dan tinggal di Mekkah. Syekh Yusuf juga sempat menuntut ilmu ke Yaman. Beliau mempelajari Islam sekitar 20 tahun di Timur Tengah.
Ketika pasukan Sultan Ageng dikalahkan Belanda tahun 1682, Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Srilanka pada bulan September 1684. Di Sri Lanka, Syekh Yusuf tetap aktif menyebarkan Islam.
Melalui jamaah haji yang singgah ke Sri Lanka, Syekh Yusuf masih dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya di Nusantara, sehingga akhirnya oleh Belanda, beliau diasingkan ke tempat lain yang lebih jauh dari Sri Lanka yaitu Afrika Selatan, pada 22 Desember 1694.
Di Afrika Selatan, Syekh Yusuf tetap berdakwah dan memiliki banyak pengikut. Ketika beliau wafat tanggal 23 Mei 1699, pengikutnya menjadikan hari wafatnya sebagai hari peringatan. Makamnya berada di Cape Town Afrika Selatan. Kemudian jenazah beliau dibawa ke Gowa atas permintaan Sultan Abdul Jalil (1677-1709) dan dimakamkan kembali di Lakiung, pada April 1705.