6 Hikmah Puasa Ramadhan, Nomor Terakhir Positif Bagi Kesehatan Tubuh

Senin, 21 Maret 2022 - 08:05 WIB
Ibadah puasa Ramadhan selain merupakan bagian dari rukun dan pilar yang membangun Islam, juga terkandung banyak hikmah yang sangat agung. Foto ilustrasi/ist
Bulan Ramadhan akan segera kita sambut dengan gembira. Ibadah puasa di bulan suci ini, selain merupakan bagian dari rukun dan pilar yang membangun Islam, juga terkandung banyak hikmah yang sangat agung. Sebagai muslim, tentu kita wajib mengetahui hikmah puasa Ramadhan ini.

Seperti diketahui, bulan Ramadhan adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah bagi kaum yang beriman, tanpa adanya kemurahan yang Allah berikan pada bulan ini, tentunya akan sangat berat bagi manusia untuk dapat masuk ke dalam surga melalui amalnya. Sebagaimana Allah firmankan:

يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَۙ


" Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS.Al-Baqarah : 183)



Allah wajibkan kepada mereka yang beriman untuk melaksanakan ibadah puasa. Puasa, adalah rangkaian amal terbaik setelah syahadat dan shalat. Banyak sekali manfaat, hikmah ketika seseorang melaksanakan ibadah puasa. Kebaikannya meliputi seluruh aspek yang berhubungan dengan jasmani maupun rohani, baik secara individu maupun secara sosial.

Dalam kitab 'Mukhtashar Ahadits ash-Shiyam', Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan menjelaskan tentang hikmah puasa Ramadhan. Menurutnya, ada 6 hikmah puasa Ramadhan yang penting diketahui oleh umat muslim. Berikut uraiannya;

1. Bentuk peribadatan kepada Allah Ta'ala

Puasa Ramadhan adalah sebentuk peribadatan kepada Allah ‘azza wa jalla. Para hamba mendekat kepada-Nya dengan meninggalkan berbagai hal yang ia sukai pada hari-hari biasanya. Ini sebagai bentuk ketaatan kepada-Nya. Juga kepatuhan terhadap perintah-Nya.

Dari sini tampaklah keimanan dirinya. Kesempurnaan penghambaan kepada-Nya. Kekuatan cinta untuk-Nya. Tingkat pengharapan terhadap apa yang ada di sisi-Nya. Sebab, melalui pengorbanan ini, ia sadar bahwa ridha Allah ‘azza wa jalla terletak pada langkah dia dalam meninggalkan syahwat. Ia memprioritaskan ridha Rabbnya daripada menuruti hawa nafsunya.

2. Sebab tumbuhnya ketakwaan

hikmah puasa Ramadhan kedua adalah sebab tumbuhnya ketakwaan. Ia juga berfungsi sebagai tazkiyyatun nafsi (pembersihan jiwa) dengan menaati segala perintah Allah ‘azza wa jalla dan menjauhi segala larangan-Nya.

Allah Ta'ala berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ


“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Takwa adalah himpunan segala kebaikan dunia-akhirat. Setiap buah kebaikan dari puasa Ramadhan tumbuh dari pohon takwa.

3. Cara untuk mengekang jiwa dari syahwat

Puasa Ramadhan adalah cara untuk mengekang jiwa dari berbagai bentuk syahwat. Kemudian membanjirinya dengan sifat kepatuhan. Puasa Ramadhan itu upaya untuk menyempitkan lorong jalur masuknya setan ke dalam tubuh manusia. Dilakukan dengan menyempitkan pintu masuknya makanan dan minuman. Sehingga pengaruh setan melemah dan kemaksiatan terminimalisir.

4. Upaya menjernihkan Hati

Puasa Ramadhan adalah upaya untuk menjernihkan hati. Menyibukkannya dengan tafakur dan zikir. Setelah sekian waktu hati manusia menyantap berbagai bentuk syahwat yang mengeraskan hati. Juga membutakannya dari kebenaran. Puasa Ramadhan yang akan menjaga dan mengukuhkan hati dan panca indera pelakunya.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang mengucapkan: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwasanya Engkau adalah Allah Yang Maha Esa, yang bergantung pada-Nya segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, yang apabila diminta dengan menyebut-Nya, pasti akan diberi dan apabila berdoa dengan menyebut-Nya pasti akan dikabulkan.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 3847)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More