Puasa dan Pendidikan Tauhid

Rabu, 13 April 2022 - 09:17 WIB
Dr. Cucu Surahman, S.Th.I., MAg, MA, dai yang berkhidmat di Dompet Dhuafa. Foto Dok Dompet Dhuafa
Tauhid adalah inti ajaran Islam. Ia juga adalah awal dan akhir, lahir dan batinnya misi dakwah para Rasul. Tauhid adalah mengesakan Allah Ta’ala, tiada sekutu bagi-Nya. Ajaran tauhid ini terkandung dalam lafadz syahadat laa ilaaha illallaah, rukun Islam yang pertama.

Lafadz syahadat adalah bentuk ikrar yang artinya aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah, tiada tuhan yang berhak disembah dan dituju kecuali Allah. Aku bersaksi sesungguhnya tiada yang wujud (ada) kecuali Allah subhanahu wa ta'ala.

Islam dibangun di atas 5 rukun; syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji (HR. Bukhari-Muslim). Dari 5 rukun Islam itu, syahadat (persaksian tiada tuhan kecuali Allah dan Muhammad utusan Allah) ini adalah rukun pertama dari rukun-rukun lainnya. Hal ini menunjukkan fungsi pentingnya syahadat bagi rukun-rukun Islam yang lain. Ia adalah asas bagi rukun-rukun (tiang) Islam lainnya. Bahkan sah dan diterimanya rukun Islam yang lain itu karena orang tersebut telah mengucapkan syahadat dan betul-betul berpegang teguh pada nili-nilai syahadat.



Syahadat adalah bukti keimanan kepada Allah SWT., Dzat Pencipta yang berhak disembah dan diibadahi. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dengan syahadat ini, maka setiap amal ibadah harus lillah (karena Allah SWT., bukan karena yang lain-Nya). Begitu juga dengan puasa, maka ia baru sah dan bisa diterima apabila diniatkan tulus ikhlas karena Allah Ta’ala.

Dalam ibadah puasa ini, sesungguhnya terdapat rahasia pelajaran yang tidak ditemukan dalam ibadah-ibadah yang lain. Puasa adalah ibadah rahasia (sirr), di mana tidak ada seorang pun yang tahu bahwa seseorang itu sedang berpuasa. Puasa adalah rahasia diriya dengan Allah Ta’ala. Bisa saja dia berbohong kepada orang lain dengan mengatakan ia sedang berpuasa padahal tidak berpuasa, begitu juga sebaliknya. Karena itu, dalam ibadah puasa ini terdapat pendidikan tauhid yang luar biasa.

Dengan puasa, seseorang dididik untuk menahan lapar dan dahaga serta nafsu syahwatnya, semata-mata karena Allah SWT. Bisa saja sebetulnya ia makan dan minum, sementara tidak ada seorang pun yang tahu bahwa ia tidak berpuasa tetapi ia yakin bahwa Allah mengetahuinya. Dengan puasa, kadar keimanannya dilatih dan diuji. Apakah ia benar-benar merasa dilihat dan diawasi oleh Allah (muraqabah) atau tidak. Ini adalah pendidikan tauhid yang sangat tinggi.

Ibadah puasa benar-benar mengajarkan nilai keikhlasan. Berbeda dengan ibadah lain yang sangat rentan terkena penyakit riya’ (pamer/ingin dilihat orang lain), maka puasa relatif bisa selamat dari al-syirk al-khafi (menyekutukan Allah secara samar) tersebut. Seseorang yang berpuasa, ia hanya mengharap ridha Allah SWT., dengan mengesakan Allah dalam ibadahnya. Maka pantaslah jika Allah sendiri menyatakan dalam sebuah hadits Qudsi, “puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” (HR. Muslim).

Puasa memang ibadah yang spasial. Dengan puasa, maka akan tercipta keintiman antara seorang hamba dengan Tuhannya, antara yang menyembah dengan yang disembah. Maka pantas pula apabila ibadah ini bisa mengantarkan seseorang menjadi muttaqin (orang-orang yang bertaqwa), derajat bagi orang-orang yang paling mulia di sisi Allah SWT.



Wallahu A’lam.
(wid)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Allah 'azza wajalla telah berfirman: Setiap amal anak Adam adalah teruntuk baginya kecuali puasa. Puasa itu adalah bagi-Ku, dan Akulah yang akan memberinya pahala.  Dan puasa itu adalah perisai. Apabila kamu puasa, maka janganlah kamu merusak puasamu dengan rafats, dan jangan pula menghina orang. Apabila kamu dihina orang atau pun diserang, maka katakanlah, 'Sesungguhnya saya sedang berpuasa.'  Demi Allah, yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat kelak daripada wanginya kesturi. Dan bagi mereka yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Ia merasa senang saat berbuka lantaran puasanya, dan senang pula saat berjumpa dengan Rabbnya juga karena puasanya.

(HR. Muslim No. 1944)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More