Abdullah bin Jahsy, Orang Pertama Bergelar Amirul Mukminin yang Ditegur Rasulullah SAW
Jum'at, 15 April 2022 - 15:26 WIB
Abdullah bin Jahsy Al-Asady bukan orang lain bagi Rasulullah SAW . Beliau adalah saudara sepupu, putra Arwa binti Abdul Muthalib. Dia juga ipar Rasulullah. Zainab binti Jahsy , isteri Nabi, adalah adiknya.
Abdullah masuk barisan orang pertama yang memeluk Islam (As Sabiqunal Awwalun). Beliau masuk Islam sebelum Rasulullah masuk ke rumah Al-Arqam. Rumah itu menjadi terkenal, karena menjadi tempat berkumpul kaum muslimin yang kala itu masih sedikit jumlahnya.
Tatkala Rasulullah mengizinkan para sahabat hijrah ke Madinah, Abdullah bin Jahsy tercatat sebagai orang kedua yang hijrah, yaitu sesudah Abu Salamah.
Mereka hijrah menyelamatkan agama dan diri mereka dari tekanan dan penganiayaan kaum, kafir Quraisy. Mereka hijrah ke pada Allah dan kerana Allah. Untuk itu ditinggalkannya famili, karib kerabat, harta kekayaan dan kampung halaman yang dicintainya, kerana mereka lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Bagi ‘Abdullah bin Jahsy, hijrah ke Madinah bukanlah merupakan pengalaman baru. Kerana sebelum itu dia telah pernah hijrah ke Habsyah beserta sebagian keluarganya Kali ini dia hijrah lebih lengkap dan menyeluruh. Dia hijrah ke Madinah beserta isteri, anak-anak, saudara saudaranya sebapak, laki-laki dan perempuan, tua muda, dan anak-anak.
Rumah tangganya adalah rumah tangga Islam dan kabilahnya kabilah Islam.
Setelah mereka keluar dan Mekkah, kampung halaman mereka yang ditinggal kelihatan sedih dan memilukan. Sunyi dan hampa bagaikan tak pernah didiami. Tidak terdengar lagi di sana suara anak-anak dan orang bercakap -cakap.
Belum begitu jauh mereka meninggalkan Mekkah, para pembesar Quraisy patroli keliling kota memeriksa keadaan dan siapa di antara kaum muslimin yang hijrah. Para pembesar yang turut memeriksa itu antara lain Abu Jahal dan ‘Utbah bin Rabi’ah.
‘Utbah menengok perkampungan Banu Jahsy. Dia melihat pintu-pintu rumah bagaikan meratap menghempas-hempaskan diri ditiup angin. Angin pun turut menangis menyanyikan lagu sunyi ditinggalkan penduduk yang biasa ceria dalam kedamaian.
“Perkampungan Bani Jahsy meratap sunyi ditinggalkan penduduknya,” kata ‘Utbah kepada Abu Jahal.
“Mari kita periksa!” kata Abu Jahal masuk ke rumah Abdullah bin Jahsy.
Rumahnya terhitung paling bagus dan dia terbilang penduduk terkaya. Melihat harta yang banyak ditinggal begitu saja oleh ‘Abdullah bin Jahsy, timbul tamak Abu Jahal. Diambilnya harta itu semua, dirampasnya menjadi miliknya. Tak ketinggalan pula harta keluarga yang lain-lain, saudara-saudara ‘Abdullah bin Jahsy.
Ketika Abdullah mendengar kabar tentang kelakuan Abu Jahal yang terkutuk itu, dia mengadu kepada Rasulullah.
“Tidak relakah engkau, hai ‘Abdullah? Allah menggantinya dengan rumah yang lebih baik di surga?” jawab Rasulullah begitu mendengar pengaduan Abdullah.
“Tentu saja rela, ya Rasulullah!” kata Abdullah.
“Nah.. itulah untukmu!” kata Rasulullah meyakinkan.
Maka sejuklah hati ‘Abdullah. Ya, Abdullah bin Jahsy merasa tenteram tinggal di Madinah, setelah ditempa dengan berbagai penderitaan selama hijrah ke Habsyah. Dia merasa damai bersama saudara-saudara seagama, kaum Anshar, setelah mengalami tekanan dan penganiayaan di tengah-tengah bangsanya sendiri, kaum Quraisy.
Walaupun harus bekerja keras untuk mempertahankan hidup beserta keluarga besarnya, namun dia selalu gembira dan bersemangat. Tetapi sayang hal itu tidak lama dinikmatinya.
Abdullah masuk barisan orang pertama yang memeluk Islam (As Sabiqunal Awwalun). Beliau masuk Islam sebelum Rasulullah masuk ke rumah Al-Arqam. Rumah itu menjadi terkenal, karena menjadi tempat berkumpul kaum muslimin yang kala itu masih sedikit jumlahnya.
Tatkala Rasulullah mengizinkan para sahabat hijrah ke Madinah, Abdullah bin Jahsy tercatat sebagai orang kedua yang hijrah, yaitu sesudah Abu Salamah.
Mereka hijrah menyelamatkan agama dan diri mereka dari tekanan dan penganiayaan kaum, kafir Quraisy. Mereka hijrah ke pada Allah dan kerana Allah. Untuk itu ditinggalkannya famili, karib kerabat, harta kekayaan dan kampung halaman yang dicintainya, kerana mereka lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Bagi ‘Abdullah bin Jahsy, hijrah ke Madinah bukanlah merupakan pengalaman baru. Kerana sebelum itu dia telah pernah hijrah ke Habsyah beserta sebagian keluarganya Kali ini dia hijrah lebih lengkap dan menyeluruh. Dia hijrah ke Madinah beserta isteri, anak-anak, saudara saudaranya sebapak, laki-laki dan perempuan, tua muda, dan anak-anak.
Rumah tangganya adalah rumah tangga Islam dan kabilahnya kabilah Islam.
Setelah mereka keluar dan Mekkah, kampung halaman mereka yang ditinggal kelihatan sedih dan memilukan. Sunyi dan hampa bagaikan tak pernah didiami. Tidak terdengar lagi di sana suara anak-anak dan orang bercakap -cakap.
Belum begitu jauh mereka meninggalkan Mekkah, para pembesar Quraisy patroli keliling kota memeriksa keadaan dan siapa di antara kaum muslimin yang hijrah. Para pembesar yang turut memeriksa itu antara lain Abu Jahal dan ‘Utbah bin Rabi’ah.
‘Utbah menengok perkampungan Banu Jahsy. Dia melihat pintu-pintu rumah bagaikan meratap menghempas-hempaskan diri ditiup angin. Angin pun turut menangis menyanyikan lagu sunyi ditinggalkan penduduk yang biasa ceria dalam kedamaian.
“Perkampungan Bani Jahsy meratap sunyi ditinggalkan penduduknya,” kata ‘Utbah kepada Abu Jahal.
“Mari kita periksa!” kata Abu Jahal masuk ke rumah Abdullah bin Jahsy.
Rumahnya terhitung paling bagus dan dia terbilang penduduk terkaya. Melihat harta yang banyak ditinggal begitu saja oleh ‘Abdullah bin Jahsy, timbul tamak Abu Jahal. Diambilnya harta itu semua, dirampasnya menjadi miliknya. Tak ketinggalan pula harta keluarga yang lain-lain, saudara-saudara ‘Abdullah bin Jahsy.
Ketika Abdullah mendengar kabar tentang kelakuan Abu Jahal yang terkutuk itu, dia mengadu kepada Rasulullah.
“Tidak relakah engkau, hai ‘Abdullah? Allah menggantinya dengan rumah yang lebih baik di surga?” jawab Rasulullah begitu mendengar pengaduan Abdullah.
“Tentu saja rela, ya Rasulullah!” kata Abdullah.
“Nah.. itulah untukmu!” kata Rasulullah meyakinkan.
Maka sejuklah hati ‘Abdullah. Ya, Abdullah bin Jahsy merasa tenteram tinggal di Madinah, setelah ditempa dengan berbagai penderitaan selama hijrah ke Habsyah. Dia merasa damai bersama saudara-saudara seagama, kaum Anshar, setelah mengalami tekanan dan penganiayaan di tengah-tengah bangsanya sendiri, kaum Quraisy.
Walaupun harus bekerja keras untuk mempertahankan hidup beserta keluarga besarnya, namun dia selalu gembira dan bersemangat. Tetapi sayang hal itu tidak lama dinikmatinya.