8 Alasan Malam Lailatul Qadar Dirahasiakan Allah

Selasa, 26 April 2022 - 22:52 WIB
Malam Lailatul Qadar dirahasiakan Allah agar seluruh manusia beribadah pada seluruh malam bulan Ramadhan. Foto/Ist
Malam Lailatur Qadar selalu menjadi perbincangan di pengujung Ramadhan mengingat keutamaannya yang sangat agung. Berikut 8 alasan malam Lailatul Qadar dirahasiakan Allah 'Azza wa Jalla.

Dalam buku "Mengisi Ramadhan Seperti Mereka" karya Qasim Abdullah Yasir Abdurrahman (penerjemah Muhtadi kadi dan Kusrin Karyadi) diterangkan bahwa Lailatul Qadar terdiri dari dua kata, yaitu Lail atau Lailah dan Qadar. Lailah artinya malam, yaitu mulai terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar shadiq. Sedangkan Al-Qadar merupakan masdar dari lafaz qadartu aqdiru qadaron, yang dikehendaki dengan Qadar (ketentuan) yang ditetapkan oleh Allah.



Alasan dan hikmah disembunyikannya waktu turunnya Lailatul Qadar supaya kita berusaha mencarinya, meningkatkan ibadah di setiap malam, sebagaimana yang dilakukan oleh para ulama salaf terdahulu.

Berikut 8 alasan dan hikmah malam Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah:

1. Allah sengaja merahasiakan datangnya Lailatul Qadar dari sekian banyak malam bulan Ramadhan, agar manusia beribadah pada seluruh malam bulan Ramadhan.

2. Allah sengaja merahasiakan sholat Al-Wustha dari sholat lima waktu, agar semua sholat dikerjakan.

3. Allah sengaja merahasiakan waktu dikabulkannya doa pada hari Jumat agar orang-orang berdoa di seluruh waktu yang ada.

4. Allah sengaja merahasiakan Asma-Nya yang paling mulia agar orang-orang menggunakan seluruh Asma-Nya untuk berdoa.

5. Allah sengaja tidak menampakkan kemarahan-Nya pada perbuatan maksiat tertentu, agar orang-orang menjauhi semua maksiat.

6. Allah sengaja merahasiakan wali (kekasih-Nya) di antara kaum muslimin agar mereka senantiasa siap menjemput kematian dengan melakukan amal kebaikan.

7. Allah sengaja merahasiakan kapan datangnya hari kiamat, agar semua orang takut kepadanya.

8. Allah sengaja merahasiakan anugerah-Nya yang diturunkan di antara hari-hari yang ada, seperti Asyura, Arafah dan yang lainnya agar manusia beribadah dan berdoa setiap saat.

Menurut Fakhrur Razi dalam Tafsir Mafatihul Ghaib, Allah menyembunyikan Lailatul Qadar dari pengetahuan kita sebagaimana Allah menyembunyikan segala sesuatu yang lain. Dia menyembunyikan keridhaan-Nya pada setiap ketaatan sehingga timbulkeinginan untuk melakukan semua ketaatan atau ibadah itu.

Begitu juga, Dia menyembunyikan kemurkaan-Nya pada setiap perkara maksiat, agar kita berhatihati dan menjauhi segala maksiat dan tidak memilih antara dosa besar dan kecil untuk melakukannya, karena dosa kecil yang dilakukan secara terus-menerus akan menjadi dosa besar jika kita tidak bertobat dan berusaha meninggalkannya.

Dia menyembunyikan wali-wali-Nya agar manusia tidak bergantung pada mereka dalam berdoa. Sebaliknya, berusaha sendiri dengan penuh keikhlasan dalam berdoa untuk mendapatkan sesuatu dari-Nya. Karena Allah menerima segala dosa orang yang bersungguh-sungguh dan tidak mudah putus asa.

Dia menyembunyikan masa mustajab doa pada hari Jumat supaya kita berusaha sepanjang harinya. Begitu juga, Allah menyembunyikan penerimaan tobat dan amalan yang telah dilakukan supaya kita senantiasa segera untuk bertaubat.

Demikian juga dengan penyembunyian malam Lailatul Qadar, agar kita membesarkan dan menghidupkan keseluruhan malam Ramadhan dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Bukan sekadar menunggu malam Lailatul Qadar untuk beribadah dan berdoa.

Inilah yang menyebabkan peyakit besar yang menimpa umat Islam sehingga menyebabkan malam-malam Ramadhan sepi, karena mereka hanya menanti malam yang dianggap malam lailatul qadar saja untuk beribadah.

Mengejar kelebihan Lailatul Qadar yang tidak mengetahui masanya menyebabkan kita terlepas dengan kelebihan Ramadhan itu sendiri yang hanya datang satu tahun sekali.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' secara berjamaah, itu seperti beribadah setengah malam. Dan barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya' dan Subuh secara berjamaah, maka ia seperti beribadah semalam penuh.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 468)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More