Kisah-Kisah Ketika Roh Bekerja Melalui Mimpi
Selasa, 26 Juli 2022 - 05:15 WIB
Ada seorang laki-laki yang mencaci maki Abu Bakar dan Umar bin Khattab . Suatu hari ketika dia terlalu banyak mencaci maki kedua sahabat ini, salah seorang sahabat Nabi menghadapinya.
Dia tetap mencaci dan tak mau kalah. Lalu sahabat Nabi itu kembali ke rumah dalam keadaan sedih dan gundah, hingga ia tertidur, padahal belum makan malam.
Dalam tidur itu ia bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Maka ia katakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, Fulan mencaci sahabat engkau.”
Beliau bertanya, “Siapa sahabatku itu?”
Ia menjawab, “Abu Bakar dan Umar.”
Beliau bersabda, “Ambillah pisau ini lalu sembelihlah orang itu dengan pisau ini.”
Maka ia mengambil pisau yang dimaksudkan. Ditelentangkan badan tetangganya itu, lalu ia menyembelihnya. Ia melihat seakan-akan tangannya terkena darah lelaki itu, sehingga segera ia lemparkan pisau itu dari tangannya.
Ia mengusap-usapkan tangan ke tanah untuk membersihkan cipratan darahnya. Lalu tiba-tiba ia terbangun dari tidur dan seketika itu pula ia mendengar suara raungan dari rumah tetangganya.
Ia bertanya, “Suara raungan apa itu?”
Orang-orang menjawab, “Fulan mati secara mendadak.”
Keesokan harinya ia mendatangi rumah lelaki tetangganya itu dan ia memeriksa keadaannya. Ternyata di lehernya ada guratan bekas disembelih.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengutip kisah tersebut dalam bukunya berjudul "Ar-Ruh li Ibnul Qayyim" yang telah diterjemahkan oleh Kathur Suhardi menjadi "Roh".
Muka Menghitam
Selanjutnya Ibnu Qayyim juga mengutip kisah dari Kitabul-Manamat karangan Ibnu Abid-Dunya. Dalam buku itu disebutkan dari seorang syaikh dari Quraisy yang berkisah sebagai berikut:
Di Syam aku pernah melihat seorang laki-laki yang separuh mukanya menghitam, dan dia selalu menu-tupinya. Aku menanyakan hal itu kepadanya.
Maka dia menjawab, “Aku sudah bersumpah kepada Allah, bahwa jika ada seseorang yang bertanya kepadaku tentang hal ini, maka aku akan mengabarkannya. Dulu aku adalah orang yang suka mencela dan mencaci Ali bin Abu Thalib."
"Suatu malam selagi tidur, aku bermimpi didatangi seseorang, yang bertanya kepadaku, 'Engkaukah orang yang sudah mencaci aku?' Lalu tiba-tiba orang itu menampar separuh mukaku, sehingga separuh mukaku menjadi hitam seperti ini.”
Dia tetap mencaci dan tak mau kalah. Lalu sahabat Nabi itu kembali ke rumah dalam keadaan sedih dan gundah, hingga ia tertidur, padahal belum makan malam.
Dalam tidur itu ia bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Maka ia katakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, Fulan mencaci sahabat engkau.”
Beliau bertanya, “Siapa sahabatku itu?”
Ia menjawab, “Abu Bakar dan Umar.”
Beliau bersabda, “Ambillah pisau ini lalu sembelihlah orang itu dengan pisau ini.”
Maka ia mengambil pisau yang dimaksudkan. Ditelentangkan badan tetangganya itu, lalu ia menyembelihnya. Ia melihat seakan-akan tangannya terkena darah lelaki itu, sehingga segera ia lemparkan pisau itu dari tangannya.
Ia mengusap-usapkan tangan ke tanah untuk membersihkan cipratan darahnya. Lalu tiba-tiba ia terbangun dari tidur dan seketika itu pula ia mendengar suara raungan dari rumah tetangganya.
Ia bertanya, “Suara raungan apa itu?”
Orang-orang menjawab, “Fulan mati secara mendadak.”
Keesokan harinya ia mendatangi rumah lelaki tetangganya itu dan ia memeriksa keadaannya. Ternyata di lehernya ada guratan bekas disembelih.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengutip kisah tersebut dalam bukunya berjudul "Ar-Ruh li Ibnul Qayyim" yang telah diterjemahkan oleh Kathur Suhardi menjadi "Roh".
Muka Menghitam
Selanjutnya Ibnu Qayyim juga mengutip kisah dari Kitabul-Manamat karangan Ibnu Abid-Dunya. Dalam buku itu disebutkan dari seorang syaikh dari Quraisy yang berkisah sebagai berikut:
Di Syam aku pernah melihat seorang laki-laki yang separuh mukanya menghitam, dan dia selalu menu-tupinya. Aku menanyakan hal itu kepadanya.
Maka dia menjawab, “Aku sudah bersumpah kepada Allah, bahwa jika ada seseorang yang bertanya kepadaku tentang hal ini, maka aku akan mengabarkannya. Dulu aku adalah orang yang suka mencela dan mencaci Ali bin Abu Thalib."
"Suatu malam selagi tidur, aku bermimpi didatangi seseorang, yang bertanya kepadaku, 'Engkaukah orang yang sudah mencaci aku?' Lalu tiba-tiba orang itu menampar separuh mukaku, sehingga separuh mukaku menjadi hitam seperti ini.”