Ilmu Memanggil Roh Orang yang Sudah Meninggal Menurut Islam
loading...
A
A
A
ADA sementara pihak mengaku menguasai ilmu memanggil roh orang mati. Konon mereka bisa mengajak arwah itu berkomunikasi. Lalu, bagaimana Islam memandang masalah ini?
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dalam bukunya berjudul "Mukhtarat Min Kitab Majmu’ Fatawa Wa Maqalat Mutanawwi’ah" menyebut ilmu tersebut merupakan permainan setan yang bertujuan merusak akidah dan akhlak .
Di sisi lain, ia mengutip hadis yang memberi informasi bahwa sejatinya manusia yang hidup bisa berkomunikasi dengan roh orang yang sudah meninggal dunia.
Ada riwayat yang shahih, bahwa pada perang Badar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengurus 24 orang bangkai pemuka Quraisy, mereka dilemparkan ke dalam sebuah sumur busuk yang ada di Badar.
Manakala beliau sudah mengalahkan kaum (Musyrikin Quraisy), beliau tinggal di tanah Badar yang menjadi lengang selama 3 malam.
Setelah beliau berada di sana pada hari yang ketiga, beliau memerintahkan untuk mempersiapkan binatang tunggangannya, lalu dipasang dan dikuatkanlah pelananya. Kemudian beliau berjalan diiringi oleh para sahabatnya.
Baca juga: Hari Kiamat: Ketika Roh-Roh Manusia Keluar dari Sangkakala Seperti Semut
Para sahabat berkata, “Kami tidak melihat beliau beranjak kecuali dengan maksud memenuhi sebagian kebutuhannya. Sampai akhirnya beliau berdiri di sisi bibir sumur, kemudian beliau memanggil bangkai-bangkai pembesar kafir Quraisy (yang terkubur di dalam sumur) tersebut dengan menyebutkan nama-nama mereka dan nama bapak-bapak mereka:
“Wahai Fulan bin fulan, Wahai Fulan bin fulan, Bukankah kalian akan senang jika kalian mentaati Allah dan rasulNya? Sesungguhnya kami benar-benar telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Rabb kami. Bukankah kalian juga telah benar-benar mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Rabb kalian.”
Umar bin Khattab berkata, “Wahai Rasulullah kenapa Anda berbicara dengan jasad-jasad yang tidak memiliki roh?"
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, kalian tidak lebih baik pendengarannya terhadap apa yang aku katakan dibanding mereka, hanya saja mereka tidak mampu menjawab” [HR Bukhari].
Juga terdapat riwayat yang shahih dari Rasulullah SAW bahwa mayit bisa mendengar suara sandal (sepatu) orang-orang yang mengantarnya ketika mereka meninggalkan (kuburan)nya.
Ibnul Qayyim berkata, “Kaum salaf telah bersepakat atas hal ini. Atsar dari mereka sudah mutawatir bahwa mayit mengetahui jika ada orang yang menziarahinya dan merasa bahagia dengan ziarah tersebut”.
Selanjutnya Ibnul Qayyim menukil perkataan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu dalam menafsirkan firman Allah.
“Allah memegang jiwa (roh seseorang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (seseorang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Ia tahan jiwa (roh orang) yang telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan lagi jiwa (roh) yang lain sampai waktu yang ditentukan“. [ QS Az-Zumar/39 : 42]
“Telah sampai kepadaku bahwasanya roh orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati bisa bertemu di dalam tidur (mimpi-red) kemudian mereka saling bertanya, lalu Allah menahan roh orang yang sudah mati dan mengembalikan roh orang yang masih hidup ke jasadnya.”
Kemudian Ibnul Qayyim berkata, “Sungguh pertemuan antara roh orang-orang yang masih hidup dengan roh orang-orang yang sudah meninggal menunjukkan bahwa orang yang masih hidup bisa melihat orang yang sudah meninggal dalam mimpinya dan menanyainya hingga orang yang sudah mati menceritakan apa yang tidak diketahui oleh yang masih hidup.
Atas dasar inilah terkadang berita orang yang hidup (tentang keadaan orang yang sudah mati) bisa pas sesuai dengan kenyataan.”
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dalam bukunya berjudul "Mukhtarat Min Kitab Majmu’ Fatawa Wa Maqalat Mutanawwi’ah" menyebut ilmu tersebut merupakan permainan setan yang bertujuan merusak akidah dan akhlak .
Di sisi lain, ia mengutip hadis yang memberi informasi bahwa sejatinya manusia yang hidup bisa berkomunikasi dengan roh orang yang sudah meninggal dunia.
Ada riwayat yang shahih, bahwa pada perang Badar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengurus 24 orang bangkai pemuka Quraisy, mereka dilemparkan ke dalam sebuah sumur busuk yang ada di Badar.
Manakala beliau sudah mengalahkan kaum (Musyrikin Quraisy), beliau tinggal di tanah Badar yang menjadi lengang selama 3 malam.
Setelah beliau berada di sana pada hari yang ketiga, beliau memerintahkan untuk mempersiapkan binatang tunggangannya, lalu dipasang dan dikuatkanlah pelananya. Kemudian beliau berjalan diiringi oleh para sahabatnya.
Baca juga: Hari Kiamat: Ketika Roh-Roh Manusia Keluar dari Sangkakala Seperti Semut
Para sahabat berkata, “Kami tidak melihat beliau beranjak kecuali dengan maksud memenuhi sebagian kebutuhannya. Sampai akhirnya beliau berdiri di sisi bibir sumur, kemudian beliau memanggil bangkai-bangkai pembesar kafir Quraisy (yang terkubur di dalam sumur) tersebut dengan menyebutkan nama-nama mereka dan nama bapak-bapak mereka:
“Wahai Fulan bin fulan, Wahai Fulan bin fulan, Bukankah kalian akan senang jika kalian mentaati Allah dan rasulNya? Sesungguhnya kami benar-benar telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Rabb kami. Bukankah kalian juga telah benar-benar mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Rabb kalian.”
Umar bin Khattab berkata, “Wahai Rasulullah kenapa Anda berbicara dengan jasad-jasad yang tidak memiliki roh?"
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, kalian tidak lebih baik pendengarannya terhadap apa yang aku katakan dibanding mereka, hanya saja mereka tidak mampu menjawab” [HR Bukhari].
Juga terdapat riwayat yang shahih dari Rasulullah SAW bahwa mayit bisa mendengar suara sandal (sepatu) orang-orang yang mengantarnya ketika mereka meninggalkan (kuburan)nya.
Ibnul Qayyim berkata, “Kaum salaf telah bersepakat atas hal ini. Atsar dari mereka sudah mutawatir bahwa mayit mengetahui jika ada orang yang menziarahinya dan merasa bahagia dengan ziarah tersebut”.
Baca Juga
Selanjutnya Ibnul Qayyim menukil perkataan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu dalam menafsirkan firman Allah.
اللهُ يَتَوَفَّى اْلأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ اْلأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى
“Allah memegang jiwa (roh seseorang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (seseorang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Ia tahan jiwa (roh orang) yang telah ia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan lagi jiwa (roh) yang lain sampai waktu yang ditentukan“. [ QS Az-Zumar/39 : 42]
“Telah sampai kepadaku bahwasanya roh orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati bisa bertemu di dalam tidur (mimpi-red) kemudian mereka saling bertanya, lalu Allah menahan roh orang yang sudah mati dan mengembalikan roh orang yang masih hidup ke jasadnya.”
Kemudian Ibnul Qayyim berkata, “Sungguh pertemuan antara roh orang-orang yang masih hidup dengan roh orang-orang yang sudah meninggal menunjukkan bahwa orang yang masih hidup bisa melihat orang yang sudah meninggal dalam mimpinya dan menanyainya hingga orang yang sudah mati menceritakan apa yang tidak diketahui oleh yang masih hidup.
Atas dasar inilah terkadang berita orang yang hidup (tentang keadaan orang yang sudah mati) bisa pas sesuai dengan kenyataan.”