Hikmah Mengapa Al-Qur'an Tidak Menyebut secara Jelas tentang Dajjal
Rabu, 24 Agustus 2022 - 10:56 WIB
Mengapa Al-Qura'n tidak menyebut secara jelas tentang Dajjal , padahal fitnahnya sangat besar? Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil mengatakan ada hikmah di balik itu.
Dalam kitab "Asyraathus Saa’ah" yang diterjemahkan Beni Sarbeni menjadi " Kiamat Sudah Dekat ", Yusuf bin Abdillah memberi contoh pendapat para ulama dalam menjawab perihal tersebut.
Salah satunya, bahwa sesungguhnya ini adalah sebagai pelecehen terhadap Dajjal karena dia telah mengaku sebagai tuhan padahal dia adalah manusia.
Pengakuan sebagai tuhan itu sangat bertentangan dengan kondisi dirinya atas kemuliaan Rabb, keagungan, kesempurnaan, dan kesuciaan-Nya dari segala kekurangan. Dajjal sangat hina di sisi Allah dan sangat kecil sehingga tidak pantas untuk disebutkan di dalam Al-Qur'an.
Walaupun demikian, para Nabi memberikan peringatan akan kedatangan Dajjal. Menjelaskan bahaya fitnahnya. Itu tercantum di dalam Al-Qur'an.
Yusuf bin Abdillah mengatakan jika ada bantahan terhadap ungkapan tersebut dengan pernyataan bahwa Al-Qur'an pun telah menyebutkan Fir’aun padahal dia telah mengaku sebagai tuhan yang disembah, maka jawabannya bahwa masalah Fir’aun telah berlalu dan selesai, hal ini disebutkan sebagai pelajaran bagi manusia.
Adapun masalah Dajjal, maka sesungguhnya ia akan terjadi pada akhir zaman. Tidak disebutkannya hal ini dalam Al-Qur'an sebagai cobaan bagi manusia, padahal pengakuannya sebagai tuhan lebih jelas, sehingga tidak perlu diberikan perhatian atas kebatilannya karena Dajjal sangat tampak kekurangannya, jelas keburukannya, dan kerendahannya lebih jelas daripada pengakuan yang diserukannya.
Allah SWT tidak mengungkapkan Dajjal di dalam Al-Qur'an, karena Allah mengetahui dari para hamba-Nya yang beriman bahwa hal seperti ini tidak samar bagi mereka, dan tidak menambah mereka kecuali keimanan dan rasa berserah diri kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana yang dikata-kan oleh si pemuda yang dibunuh oleh Dajjal, “Demi Allah, sungguh aku lebih yakin kepadamu pada hari ini bahwa engkau adalah Dajjal.” (Shahiih al-Bukhari, kitab al-Fitan, bab La Yadkhulud Dajjal al-Madinah (XIII/101, al-Fat-h).
Menurut Yusuf bin Abdillah, terkadang sesuatu tidak disebutkan karena telah jelas, sebagaimana Nabi SAW ketika sakit menjelang wafatnya tidak menulis surat bahwa yang akan menggantikannya adalah Abu Bakar ra karena hal itu memang sudah jelas. Hal itu disebabkan kedudukan Abu Bakar yang agung di sisi para sahabat, karena itulah Nabi bersabda:
يَأْبَى اللهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ إِلاَّ أَبَا بَكْرٍ.
“Allah dan orang-orang yang beriman enggan, kecuali kepada Abu Bakar.” (HR Muslim)
Ibnu Hajar dalam "Fat-hul Baari" mengungkapkan bahwa pertanyaan mengenai tidak adanya penyebutan secara jelas tentang Dajjal di dalam Al-Qur'an senantiasa ada, karena sesungguhnya Allah Ta’ala menyebutkan Ya’juj dan Ma’juj di dalam Al-Qur'an, sedangkan fitnah mereka dekat dengan fitnah Dajjal.”
Tanda-Tanda
Sesungguhnya Dajjal diungkapkan dalam kandungan lafazh اَلآيَاتُ (tanda-tanda) yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala:
يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا
“… pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dengan imannya itu…” ( QS Al-An’aam : 158)
Tanda-tanda yang dimaksud adalah Dajjal, terbitnya matahari dari barat, dan binatang. Semuanya diungkapkan dalam penafsiran ayat ini.
Dalam kitab "Asyraathus Saa’ah" yang diterjemahkan Beni Sarbeni menjadi " Kiamat Sudah Dekat ", Yusuf bin Abdillah memberi contoh pendapat para ulama dalam menjawab perihal tersebut.
Salah satunya, bahwa sesungguhnya ini adalah sebagai pelecehen terhadap Dajjal karena dia telah mengaku sebagai tuhan padahal dia adalah manusia.
Pengakuan sebagai tuhan itu sangat bertentangan dengan kondisi dirinya atas kemuliaan Rabb, keagungan, kesempurnaan, dan kesuciaan-Nya dari segala kekurangan. Dajjal sangat hina di sisi Allah dan sangat kecil sehingga tidak pantas untuk disebutkan di dalam Al-Qur'an.
Walaupun demikian, para Nabi memberikan peringatan akan kedatangan Dajjal. Menjelaskan bahaya fitnahnya. Itu tercantum di dalam Al-Qur'an.
Yusuf bin Abdillah mengatakan jika ada bantahan terhadap ungkapan tersebut dengan pernyataan bahwa Al-Qur'an pun telah menyebutkan Fir’aun padahal dia telah mengaku sebagai tuhan yang disembah, maka jawabannya bahwa masalah Fir’aun telah berlalu dan selesai, hal ini disebutkan sebagai pelajaran bagi manusia.
Adapun masalah Dajjal, maka sesungguhnya ia akan terjadi pada akhir zaman. Tidak disebutkannya hal ini dalam Al-Qur'an sebagai cobaan bagi manusia, padahal pengakuannya sebagai tuhan lebih jelas, sehingga tidak perlu diberikan perhatian atas kebatilannya karena Dajjal sangat tampak kekurangannya, jelas keburukannya, dan kerendahannya lebih jelas daripada pengakuan yang diserukannya.
Allah SWT tidak mengungkapkan Dajjal di dalam Al-Qur'an, karena Allah mengetahui dari para hamba-Nya yang beriman bahwa hal seperti ini tidak samar bagi mereka, dan tidak menambah mereka kecuali keimanan dan rasa berserah diri kepada Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana yang dikata-kan oleh si pemuda yang dibunuh oleh Dajjal, “Demi Allah, sungguh aku lebih yakin kepadamu pada hari ini bahwa engkau adalah Dajjal.” (Shahiih al-Bukhari, kitab al-Fitan, bab La Yadkhulud Dajjal al-Madinah (XIII/101, al-Fat-h).
Menurut Yusuf bin Abdillah, terkadang sesuatu tidak disebutkan karena telah jelas, sebagaimana Nabi SAW ketika sakit menjelang wafatnya tidak menulis surat bahwa yang akan menggantikannya adalah Abu Bakar ra karena hal itu memang sudah jelas. Hal itu disebabkan kedudukan Abu Bakar yang agung di sisi para sahabat, karena itulah Nabi bersabda:
يَأْبَى اللهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ إِلاَّ أَبَا بَكْرٍ.
“Allah dan orang-orang yang beriman enggan, kecuali kepada Abu Bakar.” (HR Muslim)
Ibnu Hajar dalam "Fat-hul Baari" mengungkapkan bahwa pertanyaan mengenai tidak adanya penyebutan secara jelas tentang Dajjal di dalam Al-Qur'an senantiasa ada, karena sesungguhnya Allah Ta’ala menyebutkan Ya’juj dan Ma’juj di dalam Al-Qur'an, sedangkan fitnah mereka dekat dengan fitnah Dajjal.”
Tanda-Tanda
Sesungguhnya Dajjal diungkapkan dalam kandungan lafazh اَلآيَاتُ (tanda-tanda) yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala:
يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا
“… pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dengan imannya itu…” ( QS Al-An’aam : 158)
Tanda-tanda yang dimaksud adalah Dajjal, terbitnya matahari dari barat, dan binatang. Semuanya diungkapkan dalam penafsiran ayat ini.