Sikap Nusyuz, Penyebab Terbanyak Kaum Wanita Menjadi Penghuni Neraka
Minggu, 28 Agustus 2022 - 05:15 WIB
Terkadang dalam kehidupan rumah tangga, seorang laki-laki atau suami diuji dengan kedurhakaan istri yang di dalam istilah agama disebut dengan nusyuz . Wanita nusyûz kepada suami artinya membangkang dan bersikap buruk. Para ulama bahkan memberikan definisi bahwa nusyûz adalah keluarnya istri dari ketaatan yang wajib kepada suami (istri tidak menjalankan kewajiban taat kepada suami).
Dalam kitab Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah, disebutkan perbuatan nusyûz (dalam artian bersikap tidak baik), sebenarnya bisa bersumber dari suami kepada istri atau sebaliknya, tetapi yang terkenal adalah sikap buruk yang bersumber dari istri kepada suami. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sikap istri yang tidak bersyukur kepada suami merupakan sebab banyaknya wanita masuk neraka.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu , dia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Neraka telah diperlihatkan kepadaku, ternyata mayoritas penghuninya adalah wanita, mereka kufur (mengingkari)”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Apakah mereka kufur (mengingkari) Allâh?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Mereka mengingkari suami dan mengingkari perbuatan kebaikan. Jika engkau telah berbuat kebaikan kepada seorang wanita (istri) dalam waktu lama, kemudian dia melihat sesuatu (yang menyakitkannya-red) darimu, dia berkata, “Aku sama sekali tidak melihat kebaikan darimu!”. (HR. Al-Bukhâri dan Muslim)
Dan neraka , seburuk-buruk tempat kembali di yaumil akhir, ironisnya kebanyakan penghuninya adalah wanita. Mengapa wanita yang paling banyak? Perhatikan bunyi hadis berikut:
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Wahai wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah beristighfar (mohon ampun kepada Allah) karena sungguh aku melihat kalian sebagai penghuni neraka yang paling banyak.” Berkatalah seorang wanita yang cerdas di antara mereka, ‘Mengapa kami sebagai penghuni neraka yang paling banyak, wahai Rasulullah?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Karena kalian sering melaknat dan sering mengingkari kebaikan suami. Aku belum pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang lebih mampu mengalahkan laki-laki yang berakal dibandingkan kalian.’Wanita tersebut berkata lagi, ‘Wahai Rasulullah, apa (yang dimaksud dengan) kurang akal dan agama?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Kurang akal karena persaksian dua orang wanita setara dengan persaksian satu orang laki-laki, inilah makna kekurangan akal. Dan seorang wanita berdiam diri selama beberapa malam dengan tidak shalat dan tidak berpuasa pada bulan Ramadhan (karena haid), inilah makna kekurangan dalam agama.’” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, at-Thahawy, dan al-Baihaqi)
Dari hadis tersebut, di antara penyebab wanita banyak menghuni neraka, yaitu :
1. Sering melaknat dan mencela.
2. Kufur terhadap suami, artinya tidak memenuhi kewajiban suami, tidak bersyukur terhadap pemberian suami, dan mengingkari kewajiban suami yang mana hal ini merupakan dosa besar .
3. Akal wanita kurang apabila dibandingkan laki-laki, termasuk dalam ketepatan dan daya hafal. Wanita memiliki kepekaan emosional yang sangat tinggi. Oleh karena itu, biasanya dia lebih banyak menggunakan perasaan daripada akalnya.
4. Amal wanita lebih sedikit dibandingkan laki-laki karena mengalami haid yang menyebabkan mereka tidak dapat salat dan berpuasa.
Wahai muslimah, meskipun sangat rentan bagi kita untuk jatuh ke dalam panasnya api neraka yang siksa paling ringannya dapat mendidihkan otak, namun seharusnya tidak lantas menjadikan kita berputus asa dari rahmat Allah. Adanya ancaman tersebut semestinya meningkatkan khauf terhadap Allah sehingga kita berusaha agar tidak menerjang syariat-Nya. Lalu, menambah raja’, yakni mengharap surga-Nya dengan melakukan amalan-amalan yang dapat menjauhkan diri dari neraka.
Kemudian, memperbesar mahabbah kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang memberikan nikmat dengan menciptakan diri kita sebagai wanita, makhluk yang mulia, dengan segala hikmah penciptaan oleh-Nya. Rahmat Allah Ta’ala begitu luas, maka untuk para muslimah, berusahalah melakukan amalan-amalan yang dapat menjauhkan diri kita dari neraka.
Amalan-amalan tersebut di antaranya adalah :
1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa ta’ala dan menjauhkan diri dari kesyirikan
Tauhid merupakan syarat diterimanya suatu amalan di samping amalan tersebut juga harus sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Muadz bin Jabal, beliau berkata, “Suatu saat saya dibonceng Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas keledai. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Wahai Muadz.’ Saya menjawab, ‘Aku selalu menyambutmu.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan hal itu tiga kali (dan saya jawab tiga kali juga). Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, ‘Tahukah engkau apa hak Allah Subhanahu wata’ala atas para hamba?’ Saya menjawab, ‘Tidak.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Hak Allah Subhanahu wa ta’ala atas para hamba adalah mereka mengibadahi-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’ Kemudian beliau berjalan beberapa saat, dan berkata, ‘Wahai Mu’adz.’ Dijawab, ‘Aku selalu menyambutmu.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Tahukah kamu, apa hak mereka atas Allah Subhanahu wata’ala apabila mereka melakukannya? Allah Subhanahu wata’ala tidak akan mengazab mereka’.” (HR. al-Bukhari)
Dalam kitab Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyah, disebutkan perbuatan nusyûz (dalam artian bersikap tidak baik), sebenarnya bisa bersumber dari suami kepada istri atau sebaliknya, tetapi yang terkenal adalah sikap buruk yang bersumber dari istri kepada suami. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sikap istri yang tidak bersyukur kepada suami merupakan sebab banyaknya wanita masuk neraka.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu , dia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Neraka telah diperlihatkan kepadaku, ternyata mayoritas penghuninya adalah wanita, mereka kufur (mengingkari)”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Apakah mereka kufur (mengingkari) Allâh?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Mereka mengingkari suami dan mengingkari perbuatan kebaikan. Jika engkau telah berbuat kebaikan kepada seorang wanita (istri) dalam waktu lama, kemudian dia melihat sesuatu (yang menyakitkannya-red) darimu, dia berkata, “Aku sama sekali tidak melihat kebaikan darimu!”. (HR. Al-Bukhâri dan Muslim)
Dan neraka , seburuk-buruk tempat kembali di yaumil akhir, ironisnya kebanyakan penghuninya adalah wanita. Mengapa wanita yang paling banyak? Perhatikan bunyi hadis berikut:
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Wahai wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah beristighfar (mohon ampun kepada Allah) karena sungguh aku melihat kalian sebagai penghuni neraka yang paling banyak.” Berkatalah seorang wanita yang cerdas di antara mereka, ‘Mengapa kami sebagai penghuni neraka yang paling banyak, wahai Rasulullah?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Karena kalian sering melaknat dan sering mengingkari kebaikan suami. Aku belum pernah melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang lebih mampu mengalahkan laki-laki yang berakal dibandingkan kalian.’Wanita tersebut berkata lagi, ‘Wahai Rasulullah, apa (yang dimaksud dengan) kurang akal dan agama?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Kurang akal karena persaksian dua orang wanita setara dengan persaksian satu orang laki-laki, inilah makna kekurangan akal. Dan seorang wanita berdiam diri selama beberapa malam dengan tidak shalat dan tidak berpuasa pada bulan Ramadhan (karena haid), inilah makna kekurangan dalam agama.’” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, at-Thahawy, dan al-Baihaqi)
Dari hadis tersebut, di antara penyebab wanita banyak menghuni neraka, yaitu :
1. Sering melaknat dan mencela.
2. Kufur terhadap suami, artinya tidak memenuhi kewajiban suami, tidak bersyukur terhadap pemberian suami, dan mengingkari kewajiban suami yang mana hal ini merupakan dosa besar .
3. Akal wanita kurang apabila dibandingkan laki-laki, termasuk dalam ketepatan dan daya hafal. Wanita memiliki kepekaan emosional yang sangat tinggi. Oleh karena itu, biasanya dia lebih banyak menggunakan perasaan daripada akalnya.
4. Amal wanita lebih sedikit dibandingkan laki-laki karena mengalami haid yang menyebabkan mereka tidak dapat salat dan berpuasa.
Wahai muslimah, meskipun sangat rentan bagi kita untuk jatuh ke dalam panasnya api neraka yang siksa paling ringannya dapat mendidihkan otak, namun seharusnya tidak lantas menjadikan kita berputus asa dari rahmat Allah. Adanya ancaman tersebut semestinya meningkatkan khauf terhadap Allah sehingga kita berusaha agar tidak menerjang syariat-Nya. Lalu, menambah raja’, yakni mengharap surga-Nya dengan melakukan amalan-amalan yang dapat menjauhkan diri dari neraka.
Kemudian, memperbesar mahabbah kepada Allah ‘Azza wa Jalla yang memberikan nikmat dengan menciptakan diri kita sebagai wanita, makhluk yang mulia, dengan segala hikmah penciptaan oleh-Nya. Rahmat Allah Ta’ala begitu luas, maka untuk para muslimah, berusahalah melakukan amalan-amalan yang dapat menjauhkan diri kita dari neraka.
Amalan-amalan tersebut di antaranya adalah :
1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa ta’ala dan menjauhkan diri dari kesyirikan
Tauhid merupakan syarat diterimanya suatu amalan di samping amalan tersebut juga harus sesuai dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Muadz bin Jabal, beliau berkata, “Suatu saat saya dibonceng Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas keledai. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Wahai Muadz.’ Saya menjawab, ‘Aku selalu menyambutmu.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan hal itu tiga kali (dan saya jawab tiga kali juga). Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, ‘Tahukah engkau apa hak Allah Subhanahu wata’ala atas para hamba?’ Saya menjawab, ‘Tidak.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Hak Allah Subhanahu wa ta’ala atas para hamba adalah mereka mengibadahi-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’ Kemudian beliau berjalan beberapa saat, dan berkata, ‘Wahai Mu’adz.’ Dijawab, ‘Aku selalu menyambutmu.’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Tahukah kamu, apa hak mereka atas Allah Subhanahu wata’ala apabila mereka melakukannya? Allah Subhanahu wata’ala tidak akan mengazab mereka’.” (HR. al-Bukhari)