Adakah Hubungan Sapi Merah Sempurna Israel dengan Surat Al-Baqarah?
Jum'at, 30 September 2022 - 08:17 WIB
Belum lama ini kaum Yahudi Israel mendatangkan 5 ekor sapi betina merah sempurna dari sebuah peternakan di Texas, Amerika Serikat (AS). Kelima sapi ini dianggap sebagai hewan yang mirip dalam kisah di dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah dan Taurat . Benarkah?
Tafsir Kementerian Agama mencatat, Surat Al Baqarah terdiri 286 ayat. Surat ini turun di Madinah yang sebagian besar diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Haji wada' atau haji Nabi Muhammad SAW yang terakhir.
Surat ini dinamai al-Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah SWT kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74). Di situ dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya.
Ibnu Katsir saat menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 67 mengangkat kisah dari berbagai riwayat yang menggambarkan watak tersebut.
Di tengah-tengah kaum Bani Israil ada lelaki yang kaya raya. Dia tidak punya anak. Orang yang mewarisinya hanyalah anak lelaki dari saudara laki-lakinya.
Pada suatu malam sang keponakan itu membunuh lelaki tersebut. Selanjutnya ia meletakkan mayat si tajir itu di depan pintu rumah salah seorang tetangganya. Keesokan harinya sang keponakan itu menuduh tetangganya itu sebagai pembunuh.
Terjadilah kerusuhan. Mereka ribut dan di antara mereka saling berkelahi. Pada kondisi yang runyam itu, orang-orang yang bijak dan berkuasa di antara mereka teringat Nabi Musa as. "Mengapa kalian saling membunuh di antara sesama kalian, sedangkan utusan Allah berada di antara kalian?"
Akhirnya mereka datang menghadap Nabi Musa as. Mereka menceritakan peristiwa tersebut. Maka Nabi Musa as berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyembelih seekor sapi betina."
Mereka berkata, "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?"
Musa menjawab, "Aku berlindung kepada Allah akan termasuk golongan orang-orang yang jahil." (QS Al-Baqarah: 67)
Satu riwayat lagi menyebut, mereka heran dengan jawaban tersebut, lalu berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?"
Musa menjawab, "Aku berlindung kepada Allah akan termasuk golongan orang-orang yang jahil."
Mereka menjawab, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?"
Musa menjawab, "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan di antara itu." (Al-Baqarah: 67-68)
Artinya sapi betina tersebut tidak terlalu tua, tidak pula terlalu muda, melainkan pertengahan di antara keduanya.
Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami warna sapi itu."
Musa menjawab, "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya." (QS Al-Baqarah: 69)
Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu? Karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami, dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk."
Musa menjawab, "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." (QS Al-Baqarah: 70-71)
Mereka berkata, "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. (Q Al-Baqarah: 71)
Perawi mengatakan, seandainya kaum itu di saat menerima perintah untuk menyembelih sapi betina, mereka langsung mendatangkan seekor sapi betina yang mana pun, hal itu sudah cukup. Tetapi mereka memperberat dirinya sendiri, maka Allah benar-benar memperberat mereka.
Seandainya saja kaum itu tidak mengucapkan kata istisna seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: "Dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk." (QS Al-Baqarah: 70) niscaya mereka tidak akan beroleh petunjuk untuk mendapatkan sapi betina tersebut untuk selama-lamanya."
Akhirnya, mereka tidak menemukan sapi betina yang spesifikasinya disebutkan kepada mereka kecuali hanya pada seorang wanita tua yang memelihara banyak anak yatim; si nenek itulah yang mengurus mereka.
Tatkala si nenek mengetahui bahwa tiada yang dapat membersihkan mereka kecuali hanya sapi miliknya, maka ia melipatgandakan harganya kepada mereka.
Lalu mereka menghadap Nabi Musa as dan menceritakan kepadanya bahwa mereka tidak menemukan sapi berciri khas seperti itu kecuali pada seorang wanita dan wanita itu meminta harga pembelian yang berlipat ganda dari biasanya.
Nabi Musa as berkata, "Sesungguhnya Allah telah memberikan keringanan kepada kalian, tetapi kalian memperberat diri kalian sendiri. Maka berikanlah kepada si nenek itu apa yang disukainya dan apa yang telah ditetapkannya."
Lalu mereka melakukannya, membeli sapi betina itu dan menyembelihnya. Kemudian Nabi Musa as memerintahkan mereka agar memotong salah satu dari tulang sapi betina untuk dipukulkan kepada jenazah tersebut.
Mereka melakukan apa yang diperintahkan oleh Nabi Musa as, dan temyata jenazah tersebut dapat hidup kembali, lalu menyebutkan kepada mereka nama orang yang telah membunuhnya.
Sesudah itu ia mati kembali seperti semula. Maka Nabi Musa as menangkap si pembunuh.
Tafsir Kementerian Agama mencatat, Surat Al Baqarah terdiri 286 ayat. Surat ini turun di Madinah yang sebagian besar diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Haji wada' atau haji Nabi Muhammad SAW yang terakhir.
Surat ini dinamai al-Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah SWT kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74). Di situ dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya.
Ibnu Katsir saat menafsirkan Surat Al-Baqarah ayat 67 mengangkat kisah dari berbagai riwayat yang menggambarkan watak tersebut.
Di tengah-tengah kaum Bani Israil ada lelaki yang kaya raya. Dia tidak punya anak. Orang yang mewarisinya hanyalah anak lelaki dari saudara laki-lakinya.
Pada suatu malam sang keponakan itu membunuh lelaki tersebut. Selanjutnya ia meletakkan mayat si tajir itu di depan pintu rumah salah seorang tetangganya. Keesokan harinya sang keponakan itu menuduh tetangganya itu sebagai pembunuh.
Terjadilah kerusuhan. Mereka ribut dan di antara mereka saling berkelahi. Pada kondisi yang runyam itu, orang-orang yang bijak dan berkuasa di antara mereka teringat Nabi Musa as. "Mengapa kalian saling membunuh di antara sesama kalian, sedangkan utusan Allah berada di antara kalian?"
Akhirnya mereka datang menghadap Nabi Musa as. Mereka menceritakan peristiwa tersebut. Maka Nabi Musa as berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyembelih seekor sapi betina."
Mereka berkata, "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?"
Musa menjawab, "Aku berlindung kepada Allah akan termasuk golongan orang-orang yang jahil." (QS Al-Baqarah: 67)
Satu riwayat lagi menyebut, mereka heran dengan jawaban tersebut, lalu berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?"
Musa menjawab, "Aku berlindung kepada Allah akan termasuk golongan orang-orang yang jahil."
Mereka menjawab, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?"
Musa menjawab, "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan di antara itu." (Al-Baqarah: 67-68)
Artinya sapi betina tersebut tidak terlalu tua, tidak pula terlalu muda, melainkan pertengahan di antara keduanya.
Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami warna sapi itu."
Musa menjawab, "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya." (QS Al-Baqarah: 69)
Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu? Karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami, dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk."
Musa menjawab, "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." (QS Al-Baqarah: 70-71)
Mereka berkata, "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. (Q Al-Baqarah: 71)
Perawi mengatakan, seandainya kaum itu di saat menerima perintah untuk menyembelih sapi betina, mereka langsung mendatangkan seekor sapi betina yang mana pun, hal itu sudah cukup. Tetapi mereka memperberat dirinya sendiri, maka Allah benar-benar memperberat mereka.
Seandainya saja kaum itu tidak mengucapkan kata istisna seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: "Dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk." (QS Al-Baqarah: 70) niscaya mereka tidak akan beroleh petunjuk untuk mendapatkan sapi betina tersebut untuk selama-lamanya."
Akhirnya, mereka tidak menemukan sapi betina yang spesifikasinya disebutkan kepada mereka kecuali hanya pada seorang wanita tua yang memelihara banyak anak yatim; si nenek itulah yang mengurus mereka.
Tatkala si nenek mengetahui bahwa tiada yang dapat membersihkan mereka kecuali hanya sapi miliknya, maka ia melipatgandakan harganya kepada mereka.
Lalu mereka menghadap Nabi Musa as dan menceritakan kepadanya bahwa mereka tidak menemukan sapi berciri khas seperti itu kecuali pada seorang wanita dan wanita itu meminta harga pembelian yang berlipat ganda dari biasanya.
Nabi Musa as berkata, "Sesungguhnya Allah telah memberikan keringanan kepada kalian, tetapi kalian memperberat diri kalian sendiri. Maka berikanlah kepada si nenek itu apa yang disukainya dan apa yang telah ditetapkannya."
Lalu mereka melakukannya, membeli sapi betina itu dan menyembelihnya. Kemudian Nabi Musa as memerintahkan mereka agar memotong salah satu dari tulang sapi betina untuk dipukulkan kepada jenazah tersebut.
Mereka melakukan apa yang diperintahkan oleh Nabi Musa as, dan temyata jenazah tersebut dapat hidup kembali, lalu menyebutkan kepada mereka nama orang yang telah membunuhnya.
Sesudah itu ia mati kembali seperti semula. Maka Nabi Musa as menangkap si pembunuh.
(mhy)