Sejarah Jilbab dan Asal Usulnya Mengapa Harus Dikenakan Wanita Muslimah

Selasa, 08 November 2022 - 10:14 WIB
Hijab sebagai busana muslimah, memiliki sejarah yang cukup panjang. Bahkan sejarah mencatat, bahwa asal usul hijab atau jilbab ini sudah dikenal sejak zaman Nabi Ibrahim alaihissalam. Foto istimewa
Jilbab atau hijab sebagai busana muslimah, memiliki sejarah yang cukup panjang. Hijab dalam bahasa Arab hijb, bentuk plural-nya hujub, secara bahasa berarti 'mencegah jangan sampai terjadi," menutup dan menghalangi. Hijab adalah antonim dari kata sufur yang artinya terbuka.

Berdasarkan sejarahnya, sebenarnya bukan hanya Islam yang mensyariatkan hijab . Dilansir dari pendapat Syaik Abdul Wahhab Abdussalam Thawilah, dijelaskan bahwa hijab sebenarnya sudah dikenal sejak masa Nabi Ibrahim Alaihi sallam dan telah menjadi tradisi masyarakat Ibrani pada masa nabi-nabi mereka hingga pasca kenabian Al-Masih, nabi terakhir mereka. Pengaruhnya masih kita rasakan hingga sekarang ini. Ini tampak jelas pada pakaian resmi para pendeta dan kebiasaan perempuan Nasrani yang memakai penutup kepala dan sebagian wajah mereka setiap kali memasuki gereja, meskipun yang digunakan tipis.



Dalam Perjanjian Lama Kitab Penciptaan (24/64-65) disebutkan,"Dia menengadahkan kepalanya dengan pelan. Dia memandang Ishaq, lalu turun dari untanya dan berkata pada hamba sahaya,"Siapa laki-laki yang berjalan di ladang untuk berjumpa dengan kita?" hamba sahaya itu menjawab,"Dia tuanku". Dia pun langsung mengambil cadar dan menutu wajahnya.

Dalam kitab yang sama (38/14) disebutkan," Dia menanggalkan pakaian yang menghiasinya lalu menutup dirinya dengan cara dan berselimut kemudian duduk di bagian dalam 'ainam yang terdapat di jalan Timnah."



Keterangan di atas membuktikan bahwa cadar yang hanya memperlihatkan dua mata pada masa Nabi Ibrahim Alaihi sallam sudah dikenal luas.

Di masa jahiliyah , soal hijab ini terindikasikan dalam beberapa syair ,bahwa saat itu sebagian wanita merdeka dan wanita terhormat biasa menutup wajah mereka dan membukanya, kecuali ketika darurat.

Di antara buktinya adalah sebagai berikut : Suatu hari, istri Nu'man bin al Mundzir lewat di depan Nabighah. Tiba-tiba kerudung yang dikenakan terjatuh. Dia pun segera menutup wajahnya dengan tangan kiri, lalu membungkuk dan memungut kerudungnya dengan tangan kanan. Nu'man meminta Nabighah untuk melukiskan kejadian ini dalam bait syair.

Nabighah pun menggubah syair berikut :

"Kerudungnya terjatuh tanpa sengaja

Diraihnya kerudung itu sambil melindungi dirinya dengan tangan

Yang diwarnai merah lembut, jari-jarinya seperti

pohon 'anam yang dahannya selalu bergoyang

Dia menatapnya sebab hajat yang belum engkau penuhi

seperti tatapan orang sakit pada para penjenguk

Tulang dada anak rusa tampak berhimpun berwarna

kehitaman seperti hitamnya dua biji mata"

Maksud syair ini, mengandung arti bahwa perempuan berhijab dari pandangan para lelaki bukan muhrim . Dia harus melindungi dirinya dengan tangannya dari pandangan orang lain saat kerudungnya terjatuh.

Dikisahkan pula, sejak Zubair bin Salma (yang menceritakan keluarga Al- Husain) : “Aku tidak tahu dan aku mesti akan tahu, Apakah aku sedang berdiri di depan keluarga Husain atau di hadapan para wanita, Bila dikatakan para wanita yang bersembunyi, Maka benarlah bahwa wanita yang melindungi dirinya mendapat kehormatan”.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu, ia berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: Ajarkanlah aku suatu do'a yang bisa aku panjatkan saat shalat!. Maka Beliau pun berkata: Bacalah! ALLAHUMMA INNII ZHALAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN 'INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL GHAFUURUR RAHIIM (Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)

(HR. Bukhari No. 790)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More