Mendidik Anak Tanpa Amarah, Begini Panduannya Berdasarkan Syariat
Kamis, 05 Januari 2023 - 09:37 WIB
Saat ini, banyak orang tua mengeluh ketika melihat kenakalan anak nya, apalagi menjelang usia remaja. Banyak kasus anak yang bandel, susah diatur, memberontak, suka membantah dan perilaku yang tidak menyenangkan kedua orang tuanya. Bagaimana seharusnya sikap orang tua? Tak bisa dipungkiri, banyak orang tua harus mendidik mereka dengan keras bahkan dengan emosi atau memarahinya?
Ustadz Abu Ihsan Al Atsary, dai yang berkhidmat di kajian dakwah sunnah tersebut menjelaskan, dalam Islam mendidik anak harus dengan cinta . Yaitu, mengedepankan rasa cinta dan kasih sayang di dalam mendidik dan membimbing amanah dari Allah Subhanahu wa ta'ala itu.
Dan inilah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala serukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dalam firmanNya:
“Dan dengan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu kamu berlaku lemah lembut kepada mereka.” (QS. Ali ‘Imran: 159)
"Sebagai orang tua, Kita perlu mengedepankan kasih sayang, kelembutan dan cinta di dalam mendidik anak-anak . Tidak perlu mencari kambing hitam. Jika inilah kenyataan yang harus dihadapi, maka orang tua harus berupaya dan berpikir keras untuk bisa mengambil sikap yang tepat, tidak mendahulukan amarah dan emosi,"ungkap Ustadz Abu Ihsan, dalam salah satu kajiannya, baru-baru ini di Jakarta.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
“Sesungguhnya harta kamu dan anak-anak kamu adalah fitnah (ujian).” (QS. Al-Anfal: 28)
Ini ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana juga kata Nabi Shallallahu alaihi wa sallam: “Fitnah yang Allah berikan kepada seseorang bisa melalui hartanya, keluarganya, anak istrinya atau tetangganya.” (HR. Bukhari)
Begitulah kita menjalani ujian demi ujian di dunia ini. Maka kita sebagai orang tua harus berupaya mencari penyelesaian jalan keluarnya. Bagaimana kita bisa melewati ujian yang Allah berikan kepada kita. "Sebab jika orang tua salah mengambil sikap atau salah melakukan tindakan, maka keadaannya bisa menjadi keruh. Bahkan lebih mengerikan dari yang dibayangkan,"ujar dai yang sering memberi tausyiah parentung Islami ini.
Menurutnya, dalam menghadapi kenakalan anak, orangtua harus mengedepankan sikap sabar atas ujian yang Allah berikan. Demikianlah dunia ini memang darul bala’ (penuh dengan ujian-ujian). Tidak mungkin Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan surga tanpa ujian. Siapapun pasti akan menjalani ujian itu untuk meraih surga Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Apakah manusia mengira mereka dibiarkan begitu saja sementara mereka belum lagi diuji?” (QS. Al-‘Ankabut: 2)
"Artinya kita akan diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, salah satunya juga melalui anak-anak,"tandasnya.
Ada beberapa contoh seperti dalam sirah para Nabi dan Rasul, ada Nabi yang diuji dengan anaknya. Seperti Nabi Nuh dan Nabi Ya’kub ‘Alaihimus Salam. Ini satu contoh bahwa para Nabi juga mendapatkan ujian melalui orang-orang dekatnya. Ada yang diuji melalui istrinya seperti Nabi Nuh dan Nabi Luth.
Begitulah ujian-ujian yang Allah berikan melalui orang-orang dekat yang notabene mereka adalah orang-orang yang kita cintai. Dalam masalah ini adalah bagaimana kita bisa melewati ujian-ujian yang berat itu?
Maka dari itu di sini orang tua harus betul-betul memperhatikan bagaimana dia bisa mengatasi ujian-ujian itu dengan baik. Yaitu dengan mengambil sikap yang benar dan tindakan yang tepat. Sehingga itu bisa menjadi jawaban bagi masalahnya. "Sikap yang tepat dari orang tua dan orang-orang yang ada di sekitar anak tersebut diharapkan bisa menjadi obat bagi masalah anak,"urainya.
Wallahu A'lam
Ustadz Abu Ihsan Al Atsary, dai yang berkhidmat di kajian dakwah sunnah tersebut menjelaskan, dalam Islam mendidik anak harus dengan cinta . Yaitu, mengedepankan rasa cinta dan kasih sayang di dalam mendidik dan membimbing amanah dari Allah Subhanahu wa ta'ala itu.
Dan inilah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala serukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dalam firmanNya:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ…
“Dan dengan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu kamu berlaku lemah lembut kepada mereka.” (QS. Ali ‘Imran: 159)
"Sebagai orang tua, Kita perlu mengedepankan kasih sayang, kelembutan dan cinta di dalam mendidik anak-anak . Tidak perlu mencari kambing hitam. Jika inilah kenyataan yang harus dihadapi, maka orang tua harus berupaya dan berpikir keras untuk bisa mengambil sikap yang tepat, tidak mendahulukan amarah dan emosi,"ungkap Ustadz Abu Ihsan, dalam salah satu kajiannya, baru-baru ini di Jakarta.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
… أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ …
“Sesungguhnya harta kamu dan anak-anak kamu adalah fitnah (ujian).” (QS. Al-Anfal: 28)
Ini ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana juga kata Nabi Shallallahu alaihi wa sallam: “Fitnah yang Allah berikan kepada seseorang bisa melalui hartanya, keluarganya, anak istrinya atau tetangganya.” (HR. Bukhari)
Begitulah kita menjalani ujian demi ujian di dunia ini. Maka kita sebagai orang tua harus berupaya mencari penyelesaian jalan keluarnya. Bagaimana kita bisa melewati ujian yang Allah berikan kepada kita. "Sebab jika orang tua salah mengambil sikap atau salah melakukan tindakan, maka keadaannya bisa menjadi keruh. Bahkan lebih mengerikan dari yang dibayangkan,"ujar dai yang sering memberi tausyiah parentung Islami ini.
Menurutnya, dalam menghadapi kenakalan anak, orangtua harus mengedepankan sikap sabar atas ujian yang Allah berikan. Demikianlah dunia ini memang darul bala’ (penuh dengan ujian-ujian). Tidak mungkin Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan surga tanpa ujian. Siapapun pasti akan menjalani ujian itu untuk meraih surga Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
“Apakah manusia mengira mereka dibiarkan begitu saja sementara mereka belum lagi diuji?” (QS. Al-‘Ankabut: 2)
"Artinya kita akan diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, salah satunya juga melalui anak-anak,"tandasnya.
Ada beberapa contoh seperti dalam sirah para Nabi dan Rasul, ada Nabi yang diuji dengan anaknya. Seperti Nabi Nuh dan Nabi Ya’kub ‘Alaihimus Salam. Ini satu contoh bahwa para Nabi juga mendapatkan ujian melalui orang-orang dekatnya. Ada yang diuji melalui istrinya seperti Nabi Nuh dan Nabi Luth.
Begitulah ujian-ujian yang Allah berikan melalui orang-orang dekat yang notabene mereka adalah orang-orang yang kita cintai. Dalam masalah ini adalah bagaimana kita bisa melewati ujian-ujian yang berat itu?
Maka dari itu di sini orang tua harus betul-betul memperhatikan bagaimana dia bisa mengatasi ujian-ujian itu dengan baik. Yaitu dengan mengambil sikap yang benar dan tindakan yang tepat. Sehingga itu bisa menjadi jawaban bagi masalahnya. "Sikap yang tepat dari orang tua dan orang-orang yang ada di sekitar anak tersebut diharapkan bisa menjadi obat bagi masalah anak,"urainya.
Wallahu A'lam
(wid)