Kisah Ulama yang Dijuluki Al-Ashom Alias si Tuli, Begini Ceritanya
loading...
A
A
A
Bagi kalangan santri atau penuntut ilmu, sosok ulama yang satu ini pasti sudah tidak asing. Kisahnya cukup populer dan satu-satunya tokoh ulama yang dijuluki Al-Ashom alias si tuli.
Beliau adalah Abu Abdurrahman Hatim ibn Alwan bin Yusuf rahimahullah, atau lebih dikenal dengan Imam Hatim Al-Ashom yang artinya Hatim si tuli. Mengapa beliau dilabeli dengan sebutan tuli? Tentu tidak sopan menyebut orang tuli meskipun ia benar-benar tulis apalagi seorang ulama.
Julukan itu tidak ada kaitannya dengan fungsi pendengaran beliau. Sang ulama generasi Tabi'ut Tabi'in ini memiliki pendengaran normal bahkan tajam. Adapun julukan Al-Ashom atau tuli tersebut memiliki kisah yang sarat hikmah.
Dai lulusan Al-Azhar Mesir Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq dalam satu kajiannya mengatakan, sosok Imam Hatim Al-Ashom dikenal sebagai ulama dengan nasehat-nasehat indah. Hampir dipastikan, jika membaca kumpulan nasihat dari para ulama, selalu ada "quote" terselip yang merupakan untaian nasihatnya. Beliau pun pernah digelari sebagai "لقمان هذه الأمة" atau Lukmanul Hakimnya umat ini. [Wafayatul A’yan (2/28)]
Lalu mengapa Imam Hatim dijuluki si tuli? Dikisahkan, pernah seorang wanita datang kepada beliau untuk bertanya tentang sebuah hukum. Namun, saat wanita itu tengah mengutarakan pertanyaan kepada Imam Hatim, entah karena sedang tidak enak perut, tiba-tiba ia kentut.
Bisa dibayangkan bagaimana rasa malu yang begitu hebat membebani wanita ini. Seketika ia terdiam tidak bisa meneruskan kata-katanya di hadapan sang imam. Sejenak suasana hening. Tiba-tiba Imam Hatim berkata: "Bicaralah aku tidak mendengar ucapanmu."
Wanita ini berbicara dengan nada gamang karena beban malu yang ia tanggung. Namun baru beberapa kalimat, Iimam Hatim kembali menyela, "Angkat suaramu aku tidak bisa mendengar ucapanmu."
Dan uniknya, ketika wanita ini mulai mengeraskan suara. Tak lama Imam Hatim menyela untuk menambah lagi volume suaranya. Ini terjadi berkali-kali, hingga wanita itu mengira bahwa Imam Hatim ini terganggu pendengarannya.
Perasaannya pun berangsur membaik dan ia bersyukur karena Imam Hatim ternyata tidak mendengar suara saat ia buang angin. Terbukti suara yang lebih keras saja, ia masih meminta untuk dikeraskan lagi.
Singkat cerita, setelah lewat cara berbicara yang setengah teriak-teriak itu, akhirnya wanita itu bisa keluar dari rumah Imam Hatim dengan membawa jawaban fatwa atas persoalannya. Wanita ini dengan pedenya pergi dan mengira bahwa bunyi kentutnya memang tidak didengar oleh Imam Hatim.
Padahal tentu saja Imam Hatim mendengarnya, bahkan bisa jadi juga mencium baunya. Tapi beliau memilih berlagak tuli demi untuk tidak membuat malu wanita tersebut.
Sebagian riwayat menyebutkan bahwa hampir 15 tahun lamanya beliau menyembunyikan peristiwa itu hingga wanita itu meninggal dunia. Demikianlah Imam Hatim berusaha menjaga perasaan orang lain. Akhlak yang luar biasa indahnya.
Bandingkan dengan perilaou kita yang kadang gemar mengendus-endus aib seorang muslim yang tersembunyi lalu menyebarkannya dengan perasaan bangga. Na'udzubillah...
Nasihat Indah Imam Hatim Al-Ashom
Disebutkan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal termasuk ulama yang sangat mengagumi Imam Hatim Al-Ashom. Suatu hari seseorang datang kepada sang Imam lalu bertanya: "Ajarkan kepadaku, bagaimana caranya anda terbebas dari manusia?"
Imam Hatim menjawab:
أن تعطيهم مالك، ولا تأخذ من مالهم، وتقضي حقوقهم، ولا تستقضي أحدا حقك، وتحتمل مكروههم، ولا تكرههم على شيء، وليتك تسلم
"Caranya berikanlah mereka harta milikmu, dan jangan sekali-kali mengharap harta mereka. Tunaikanlah hak-hak mereka, dan jangan engkau menuntut hakmu dari mereka. Hadapi gangguan mereka dengan sabar, sebaliknya jangan pernah menyakiti mereka. Setelahnya baru engkau dapat berharap bisa selamat dari manusia." [Tarikh al-Baghdadi (9/149)]
Di antara nasihat emas beliau yaitu:
1. Empat Hal yang Bernilai
أربعة لا يعرف قدرها إلا أربعة: قدر الشباب لا يعرفه إلا الشيوخ، وقدر العافية لا يعرفه إلا أهل البلاء، وقدر الصحة لا يعرفه إلا المرضى، وقدر الحياة لا يعرفه إلا الموتى
"Ada empat hal yang tidak diketahui hakikat besarnya nilainya kecuali oleh empat pihak : Masa muda, tidak diketahui nilainya kecuali oleh orang yang sudah tua. Keselamatan, tidak diketahui nilainya kecuali oleh orang yang tertimpa musibah. Kesehatan, tidak diketahui nilainya kecuali oleh orang yang sedang sakit. Kehidupan, tidak diketahui nilainya kecuali orang yang sudah mati." [Tanbighul Ghafilin hal 39]
2. Musibah Terbesar
مصيبة الدين أعظم من مصيبة الدنيا ولقد ماتت لي ابنة فعزاني أكثر من عشرة آلاف وفاتتني صلاة الجماعة فلم يعزني أحد
"Musibah yang menimpa agama itu lebih besar dari pada musibah yang menimpa dunia seseorang. Ketika aku kehilangan putriku, yang mentakziahiku lebih dari 10.000 orang. Namun anehnya ketika aku kehilangan jamaah sholat Shubuh tidak ada satupun yang mentakziahiku." [Mufid al Ulul hal 390]
3. Perhatikan Dirimu dalam Tiga Keadaan
تعاهد نفسك في ثلاث مواضع، إذا عملت فاذكر نظر الله تعالى عليك، وإذا تكلمت فانظر سمع الله منك، وإذا سكت فانظر علم الله فيك
"Komitmenlah kepada dirimu dalam tiga keadaan: Jika engkau berbuat sesuatu, ingatlah bahwa Allah melihatmu. Jika engkau berbicara Allah mendengarmu. Dan ketika engkau diam Allah mengetahui apa yang ada pada dirimu." [Hilyatul Auliya (8/75)]
4. Rezeki yang Halal Akan Dihisab
Beliau juga berkata: "Siapa yang mengambil rezeki yang halal dari dunia, maka Allah akan menghisabnya. Dan siapa yang mengambil rezeki yang haram maka Allah akan mengadzabnya. Dunia ini halalnya hisab (perhitungan), haramnya adzab (siksa)."
Wallahu A'lam
Beliau adalah Abu Abdurrahman Hatim ibn Alwan bin Yusuf rahimahullah, atau lebih dikenal dengan Imam Hatim Al-Ashom yang artinya Hatim si tuli. Mengapa beliau dilabeli dengan sebutan tuli? Tentu tidak sopan menyebut orang tuli meskipun ia benar-benar tulis apalagi seorang ulama.
Julukan itu tidak ada kaitannya dengan fungsi pendengaran beliau. Sang ulama generasi Tabi'ut Tabi'in ini memiliki pendengaran normal bahkan tajam. Adapun julukan Al-Ashom atau tuli tersebut memiliki kisah yang sarat hikmah.
Dai lulusan Al-Azhar Mesir Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq dalam satu kajiannya mengatakan, sosok Imam Hatim Al-Ashom dikenal sebagai ulama dengan nasehat-nasehat indah. Hampir dipastikan, jika membaca kumpulan nasihat dari para ulama, selalu ada "quote" terselip yang merupakan untaian nasihatnya. Beliau pun pernah digelari sebagai "لقمان هذه الأمة" atau Lukmanul Hakimnya umat ini. [Wafayatul A’yan (2/28)]
Lalu mengapa Imam Hatim dijuluki si tuli? Dikisahkan, pernah seorang wanita datang kepada beliau untuk bertanya tentang sebuah hukum. Namun, saat wanita itu tengah mengutarakan pertanyaan kepada Imam Hatim, entah karena sedang tidak enak perut, tiba-tiba ia kentut.
Bisa dibayangkan bagaimana rasa malu yang begitu hebat membebani wanita ini. Seketika ia terdiam tidak bisa meneruskan kata-katanya di hadapan sang imam. Sejenak suasana hening. Tiba-tiba Imam Hatim berkata: "Bicaralah aku tidak mendengar ucapanmu."
Wanita ini berbicara dengan nada gamang karena beban malu yang ia tanggung. Namun baru beberapa kalimat, Iimam Hatim kembali menyela, "Angkat suaramu aku tidak bisa mendengar ucapanmu."
Dan uniknya, ketika wanita ini mulai mengeraskan suara. Tak lama Imam Hatim menyela untuk menambah lagi volume suaranya. Ini terjadi berkali-kali, hingga wanita itu mengira bahwa Imam Hatim ini terganggu pendengarannya.
Perasaannya pun berangsur membaik dan ia bersyukur karena Imam Hatim ternyata tidak mendengar suara saat ia buang angin. Terbukti suara yang lebih keras saja, ia masih meminta untuk dikeraskan lagi.
Singkat cerita, setelah lewat cara berbicara yang setengah teriak-teriak itu, akhirnya wanita itu bisa keluar dari rumah Imam Hatim dengan membawa jawaban fatwa atas persoalannya. Wanita ini dengan pedenya pergi dan mengira bahwa bunyi kentutnya memang tidak didengar oleh Imam Hatim.
Padahal tentu saja Imam Hatim mendengarnya, bahkan bisa jadi juga mencium baunya. Tapi beliau memilih berlagak tuli demi untuk tidak membuat malu wanita tersebut.
Sebagian riwayat menyebutkan bahwa hampir 15 tahun lamanya beliau menyembunyikan peristiwa itu hingga wanita itu meninggal dunia. Demikianlah Imam Hatim berusaha menjaga perasaan orang lain. Akhlak yang luar biasa indahnya.
Bandingkan dengan perilaou kita yang kadang gemar mengendus-endus aib seorang muslim yang tersembunyi lalu menyebarkannya dengan perasaan bangga. Na'udzubillah...
Nasihat Indah Imam Hatim Al-Ashom
Disebutkan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal termasuk ulama yang sangat mengagumi Imam Hatim Al-Ashom. Suatu hari seseorang datang kepada sang Imam lalu bertanya: "Ajarkan kepadaku, bagaimana caranya anda terbebas dari manusia?"
Imam Hatim menjawab:
أن تعطيهم مالك، ولا تأخذ من مالهم، وتقضي حقوقهم، ولا تستقضي أحدا حقك، وتحتمل مكروههم، ولا تكرههم على شيء، وليتك تسلم
"Caranya berikanlah mereka harta milikmu, dan jangan sekali-kali mengharap harta mereka. Tunaikanlah hak-hak mereka, dan jangan engkau menuntut hakmu dari mereka. Hadapi gangguan mereka dengan sabar, sebaliknya jangan pernah menyakiti mereka. Setelahnya baru engkau dapat berharap bisa selamat dari manusia." [Tarikh al-Baghdadi (9/149)]
Di antara nasihat emas beliau yaitu:
1. Empat Hal yang Bernilai
أربعة لا يعرف قدرها إلا أربعة: قدر الشباب لا يعرفه إلا الشيوخ، وقدر العافية لا يعرفه إلا أهل البلاء، وقدر الصحة لا يعرفه إلا المرضى، وقدر الحياة لا يعرفه إلا الموتى
"Ada empat hal yang tidak diketahui hakikat besarnya nilainya kecuali oleh empat pihak : Masa muda, tidak diketahui nilainya kecuali oleh orang yang sudah tua. Keselamatan, tidak diketahui nilainya kecuali oleh orang yang tertimpa musibah. Kesehatan, tidak diketahui nilainya kecuali oleh orang yang sedang sakit. Kehidupan, tidak diketahui nilainya kecuali orang yang sudah mati." [Tanbighul Ghafilin hal 39]
2. Musibah Terbesar
مصيبة الدين أعظم من مصيبة الدنيا ولقد ماتت لي ابنة فعزاني أكثر من عشرة آلاف وفاتتني صلاة الجماعة فلم يعزني أحد
"Musibah yang menimpa agama itu lebih besar dari pada musibah yang menimpa dunia seseorang. Ketika aku kehilangan putriku, yang mentakziahiku lebih dari 10.000 orang. Namun anehnya ketika aku kehilangan jamaah sholat Shubuh tidak ada satupun yang mentakziahiku." [Mufid al Ulul hal 390]
3. Perhatikan Dirimu dalam Tiga Keadaan
تعاهد نفسك في ثلاث مواضع، إذا عملت فاذكر نظر الله تعالى عليك، وإذا تكلمت فانظر سمع الله منك، وإذا سكت فانظر علم الله فيك
"Komitmenlah kepada dirimu dalam tiga keadaan: Jika engkau berbuat sesuatu, ingatlah bahwa Allah melihatmu. Jika engkau berbicara Allah mendengarmu. Dan ketika engkau diam Allah mengetahui apa yang ada pada dirimu." [Hilyatul Auliya (8/75)]
4. Rezeki yang Halal Akan Dihisab
Beliau juga berkata: "Siapa yang mengambil rezeki yang halal dari dunia, maka Allah akan menghisabnya. Dan siapa yang mengambil rezeki yang haram maka Allah akan mengadzabnya. Dunia ini halalnya hisab (perhitungan), haramnya adzab (siksa)."
Wallahu A'lam
(rhs)