Makna Ummatan Wasatha Menurut Quraish Shihab

Senin, 13 Maret 2023 - 10:24 WIB
loading...
Makna Ummatan Wasatha Menurut Quraish Shihab
Prof Dr Quraish Shihab/Foto Ist
A A A
Cendekiawan Iran termasyhur abad ke-20 Ali Syariati dalam bukunya Al-Ummah wa Al-Imamah menyebutkan keistimewaan kata umat dibandingkan kata semacam nation atau qabilah (suku). Sosiolog revolusioner Iran ini mendefinisikan kata umat --dalam konteks sosiologis-- sebagai "himpunan manusiawi yang seluruh anggotanya bersama-sama menuju satu arah, bahu membahu, dan bergerak secara dinamis di bawah kepemimpinan bersama."

Sementara itu, Prof Dr Muhammad Quraish Shihab, MA menjelaskan umat Islam disebut oleh Al-Quran surat Al-Baqarah {2) : 143 sebagai ummat(an) wasatha.

"Demikianlah itu Kami menjadikan kamu ummatan wasatha agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia, dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu."



Menurut Quraish Shihab, mulanya, kata wasath berarti segala yang baik sesuai dengan obyeknya. Sesuatu yang baik berada pada posisi di antara dua ekstrem.

Keberanian adalah pertengahan sifat ceroboh dan takut. Kedermawanan merupakan pertengahan antara sikap boros dan kikir. Kesucian merupakan pertengahan antara kedurhakaan karena dorongan nafsu yang menggebu dan impotensi. Dari sini, kata wasath berkembang maknanya menjadi tengah.

"Yang menghadapi dua pihak berseteru dituntut untuk menjadi wasath (wasit) dan berada pada posisi tengah agar berlaku adil. Dari sini, lahirlah makna ketiga wasath, yaitu adil," ujar Quraish Shihab dalam bukunya berjudul " Wawasan Al-Quran , Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat".

Ummatan wasatha adalah umat moderat, yang posisinya berada di tengah, agar dilihat oleh semua pihak, dan dari segenap penjuru.

Mereka dijadikan demikian --menurut lanjutan ayat di atas--agar mereka menjadi syuhada (saksi), sekaligus menjadi teladan dan patron bagi yang lain, dan pada saat yang sama mereka menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai patron teladan dan saksi pembenaran bagi semua aktivitasnya.

Keberadaan umat Islam dalam posisi tengah menyebabkan mereka tidak seperti umat yang hanyut oleh materialisme, tidak pula mengantarnya membumbung tinggi ke alam rohani, sehingga tidak lagi berpijak di bumi.



Posisi tengah menjadikan mereka mampu memadukan aspek rohani dan jasmani, material, dan spiritual dalam segala sikap dan aktivitas.

Wasathiyat (moderasi atau posisi tengah) mengundang umat Islam untuk berinteraksi, berdialog, dan terbuka dengan semua pihak (agama, budaya, dan peradaban), karena mereka tidak dapat menjadi saksi maupun berlaku adil jika mereka tertutup atau menutup diri dari lingkungan dan perkembangan global.

Para Penganut

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "umat" diartikan sebagai: (1) para penganut atau pengikut suatu agama. (2) makhluk manusia.

Dalam beberapa ensiklopedi, kata tersebut diartikan dengan berbagai arti. Ada yang memahaminya sebagai bangsa seperti keterangan Ensiklopedi Filsafat yang ditulis oleh sejumlah Akademisi Rusia, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Samir Karam, Beirut 1974 M; ada juga yang mengartikannya negara seperti dalam Al-Mu'jam Al-Falsafi, yang disusun oleh Majma' Al-Lughah Al-'Arabiyah (Pusat Bahasa Arab), Kairo 1979.

Menurut Quraish Shihab, pengertian-pengertian seperti yang telah diungkapkan di atas dapat mengakibatkan kerancuan pemahaman terhadap konsep umat yang ada dalam Al-Quran. Bahkan, bisa jadi, akan menimbulkan kesalahpahaman di kalangan umat Islam sendiri.



Quraish menjelaskan kata ummat terambil dari kata amma-yaummu Yang berarti menuju, menumpu, dan meneladani. Dari akar yang sama, lahir antara lain kata um yang berarti "ibu" dan imam yang maknanya "pemimpin"; karena keduanya menjadi teladan, tumpuan pandangan, dan harapan anggota masyarakat.

Pakar-pakar bahasa berbeda pendapat tentang jumlah anggota satu umat. Ada yang merujuk ke riwayat yang dinisbahkan kepada Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3445 seconds (0.1#10.140)