Masjid Arrahman Blitar Miniatur Masjid Nabawi Madinah, Jemaah: MasyaAllah Eloknya!
loading...
A
A
A
BLITAR - Masjid Arrahman yang berada di sisi utara jalan Ciliwung, Kepanjen Kidul Kota Blitar, Jawa Timur banyak disebut sebagai replika atau miniatur Masjid Nabawi Madinah. Sebuah masjid bergaya arsitektur era dinasti Utsmaniyah-Mamluk yang tidak hanya indah, tapi juga gagah.
Utamanya pada malam hari, di mana langit cerah bertabur bintang dan lampu-lampu masjid mulai dinyalakan. Dari seberang jalan, ornamen kuning emas semu merah tembaga bercampur putih perak pada dinding pilar masjid, terlihat berkilau-kilau.
Suasana malam ditambah pantulan cahaya lampu membuat seluruh ornamen masjid seolah memiliki nyawa. “Seperti dalam dongeng 1001 malam,” celetuk salah seorang rombongan pengunjung.
Rasa takjub sudah terlihat sejak kaki mereka memasuki pelataran Masjid Arrahman. Belum ke mana-mana, baru di area depan. Pandangan mata terpaku pada pilar gapura. Dua bangunan yang menjulur tinggi.
Formasinya menyilang dengan ujung teratas membentuk pola mirip rekal atau rehal, yakni perkakas untuk mendaras Al-Qur’an maupun kitab.
“MasyaAllah.. masyaAllah.. eloknya,” gumam seorang ibu-ibu yang datang dari Kediri.
Masjid Arrahman memiliki pelataran yang jembar. Hamparan luas lantai marmer yang bersih dan sekaligus suci. Sebuah tulisan “suci” dipasang pada batas terluar lantai. Oleh para marbot (pengurus masjid), lantai selalu dijaga kebersihannya.
“Jumlah marbot di Masjid Arrahman sebanyak 30 orang. Setiap hari dibagi dalam dua shif,” tutur Trisno salah seorang marbot yang kebetulan sedang mendapat shif malam.
Trisno menyarankan alas kaki pengunjung masjid Arrahman untuk disimpan di dalam loker. Ibu jarinya menunjuk sisi barat masjid. Arahannya tertuju kepada deretan loker bersusun panjang.
“Loker barat untuk pengunjung laki-laki dan sebelah timur untuk perempuan. Silakan alas kakinya disimpan di sana, kunci loker bisa dibawa sendiri,” terangnya.
Masjid Arrahman berdiri di atas lahan kurang lebih seluas 5.000 meter persegi. Pada 24 Desember 2018, awal pembangunan masjid dengan dua menara itu ditandai dengan peletakkan batu pertama. Pada 25 Desember 2019, proyek besar itu selesai.
Di pelataran masjid Arrahman, pandangan pengunjung juga berhenti pada pilar penyangga yang berarsitektur serupa payung, seperti yang ada di masjid Nabawi. Jumlah payung itu ada 10.
Selain tinggi menjulang, payung-payung itu juga gagah. Pada bagian teratas terpahat ornamen kuning emas bercampur merah tembaga. Untaian lampu-lampu yang menyala setiap hari mulai gelap, membuatnya semakin indah.
Dari pelataran masjid, Trisno mengajak pengunjung memasuki koridor atau lorong panjang. Terlihat ruangan-ruangan dan teras dengan deretan kursi serta loker yang bersandar pada dinding sebelah utara.
Tergantung plakat logam bertuliskan Koridor Hasan dan Husin. Hasan dan Husin merupakan nama cucu kanjeng Nabi Muhammad SAW atau putra kembar Ali Bin Abi Thalib dengan Fatimah Az-zahra.
“Di sini, pengunjung masjid bisa duduk santai sambil menikmati kopi atau teh. Setiap hari Insyaallah tersedia,” tuturnya ramah.
Sejak berdiri Masjid Arrahman, tidak pernah lepas dari aktivitas sosial kemasyarakatan. Setiap hari Jumat selalu tersedia makanan dan minuman gratis yang jumlahnya mencapai ribuan porsi.
Begitu juga pada bulan ramadan. Setiap hari tersedia takjil, hidangan berbuka dan sahur gratis dengan jumlah 1.000 porsi. Tak heran, usai salat tarawih, terlihat sejumlah jamaah masih bertahan di koridor Hasan dan Husin.
Koridor panjang itu menyambung dengan ruangan wudlu dan toilet khusus laki-laki. Setelah melewati lantai air, tampak sebuah tempat wudlu berbentuk kolam bulat berdinding marmer mengkilap.
Utamanya pada malam hari, di mana langit cerah bertabur bintang dan lampu-lampu masjid mulai dinyalakan. Dari seberang jalan, ornamen kuning emas semu merah tembaga bercampur putih perak pada dinding pilar masjid, terlihat berkilau-kilau.
Baca Juga
Suasana malam ditambah pantulan cahaya lampu membuat seluruh ornamen masjid seolah memiliki nyawa. “Seperti dalam dongeng 1001 malam,” celetuk salah seorang rombongan pengunjung.
Rasa takjub sudah terlihat sejak kaki mereka memasuki pelataran Masjid Arrahman. Belum ke mana-mana, baru di area depan. Pandangan mata terpaku pada pilar gapura. Dua bangunan yang menjulur tinggi.
Formasinya menyilang dengan ujung teratas membentuk pola mirip rekal atau rehal, yakni perkakas untuk mendaras Al-Qur’an maupun kitab.
“MasyaAllah.. masyaAllah.. eloknya,” gumam seorang ibu-ibu yang datang dari Kediri.
Masjid Arrahman memiliki pelataran yang jembar. Hamparan luas lantai marmer yang bersih dan sekaligus suci. Sebuah tulisan “suci” dipasang pada batas terluar lantai. Oleh para marbot (pengurus masjid), lantai selalu dijaga kebersihannya.
“Jumlah marbot di Masjid Arrahman sebanyak 30 orang. Setiap hari dibagi dalam dua shif,” tutur Trisno salah seorang marbot yang kebetulan sedang mendapat shif malam.
Trisno menyarankan alas kaki pengunjung masjid Arrahman untuk disimpan di dalam loker. Ibu jarinya menunjuk sisi barat masjid. Arahannya tertuju kepada deretan loker bersusun panjang.
“Loker barat untuk pengunjung laki-laki dan sebelah timur untuk perempuan. Silakan alas kakinya disimpan di sana, kunci loker bisa dibawa sendiri,” terangnya.
Masjid Arrahman berdiri di atas lahan kurang lebih seluas 5.000 meter persegi. Pada 24 Desember 2018, awal pembangunan masjid dengan dua menara itu ditandai dengan peletakkan batu pertama. Pada 25 Desember 2019, proyek besar itu selesai.
Di pelataran masjid Arrahman, pandangan pengunjung juga berhenti pada pilar penyangga yang berarsitektur serupa payung, seperti yang ada di masjid Nabawi. Jumlah payung itu ada 10.
Selain tinggi menjulang, payung-payung itu juga gagah. Pada bagian teratas terpahat ornamen kuning emas bercampur merah tembaga. Untaian lampu-lampu yang menyala setiap hari mulai gelap, membuatnya semakin indah.
Dari pelataran masjid, Trisno mengajak pengunjung memasuki koridor atau lorong panjang. Terlihat ruangan-ruangan dan teras dengan deretan kursi serta loker yang bersandar pada dinding sebelah utara.
Tergantung plakat logam bertuliskan Koridor Hasan dan Husin. Hasan dan Husin merupakan nama cucu kanjeng Nabi Muhammad SAW atau putra kembar Ali Bin Abi Thalib dengan Fatimah Az-zahra.
“Di sini, pengunjung masjid bisa duduk santai sambil menikmati kopi atau teh. Setiap hari Insyaallah tersedia,” tuturnya ramah.
Sejak berdiri Masjid Arrahman, tidak pernah lepas dari aktivitas sosial kemasyarakatan. Setiap hari Jumat selalu tersedia makanan dan minuman gratis yang jumlahnya mencapai ribuan porsi.
Begitu juga pada bulan ramadan. Setiap hari tersedia takjil, hidangan berbuka dan sahur gratis dengan jumlah 1.000 porsi. Tak heran, usai salat tarawih, terlihat sejumlah jamaah masih bertahan di koridor Hasan dan Husin.
Koridor panjang itu menyambung dengan ruangan wudlu dan toilet khusus laki-laki. Setelah melewati lantai air, tampak sebuah tempat wudlu berbentuk kolam bulat berdinding marmer mengkilap.