Cara Melenyapkan Benih-benih Kesombongan, Begini Penjelasannya
loading...
A
A
A
Di antara hukuman yang mungkin tidak pernah disadari oleh seorang hamba yang sombong adalah Allah mengunci hati mereka.
Akibatnya, ia terhalang dari mendapatkan taufik dan hidayah-Nya. Lantas bagaimana caranya melenyapkan benih-benih kesombongan ini?
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.”(QS Al-Mumin :35)
Al-Qur'an mengabadikan nasib buruk bangsa Yahudi yang dikutuk menjadi kera akibat sifat sombong . Kesombongan mereka ditunjukkan dengan pelanggaran dan tidak menggubris larangan yang Allah tetapkan kepada mereka.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang. Kami katakan kepada mereka,‘Jadilah kamu kera
yang hina.’”(QS Al Ar'af : 166)
Berikut ini di antara benih-benih kesombongan yang ketika dibiarkan, semakin bertambah besar.
surat Fushshilat ayat 15, “Siapakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami?”
Berikut ini beberapa tips atau kiat melenyapkan benih-benih kesombongan.
“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong.”(QS An-Nahl : 23)
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam al-Quran surat Al-Mulk ayat 21,
“Atau siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran).”
Allah juga mengingatkan bahwa sekiranya Dia menahan sumber air, kemudian sumur-sumur mengering, tanaman layu, hewan-hewan ternak mati kehausan dan kelaparan, buah-buahan dan sayur mayur gagal panen, sementara hujan pun tak kunjung turun, apa yang bisa dibanggakan oleh manusia?
Maka sadarilah bahwa air sebagai sumber kehidupan, tidak bisa didatangkan kecuali atas izin Allah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Katakanlah (Muhammad),‘Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?’”(QS Al mulk : 30)
Suatu ketika, ia melintas di sebuah pasar sambil memikul seikat kayu bakar. Seseorang berkata kepadanya, “Bukankah Allah telah membuatmu kaya?”
“Ya.” jawab Abdullah bin Salam.
“Tetapi, aku ingin meluluhkan kesombongan.” lanjutnya.
Perhatikanlah jawaban yang diucapkan oleh Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu. Begitu ia merasa bahwa benih-benih kesombongan mulai tumbuh di hatinya, dengan segera, ia lenyapkan dengan melakukan sesuatu yang dianggap remeh oleh sebagian orang.
Teladan dari Abdullah bin Salam, diikuti oleh salah seorang ulama kontemporer, Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi. Beliau dikenal alim. Majelisnya dihadiri ribuan jamaah. Dielu-elukan oleh para fans pecintanya. Ketika dirasa bahwa benih kesombongan bermunculan di hati, Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi menghilang dari pandangan para pengikutnya. Setelah dicari-cari, ternyata ditemukan bahwa Syaikh Mutawalli sedang membersihkan kamar mandi.
Wallahu A'lam
Akibatnya, ia terhalang dari mendapatkan taufik dan hidayah-Nya. Lantas bagaimana caranya melenyapkan benih-benih kesombongan ini?
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
كَذَٰلِكَ يَطْبَعُ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ
“Demikianlah Allah mengunci hati setiap orang yang sombong dan berlaku sewenang-wenang.”(QS Al-Mumin :35)
Al-Qur'an mengabadikan nasib buruk bangsa Yahudi yang dikutuk menjadi kera akibat sifat sombong . Kesombongan mereka ditunjukkan dengan pelanggaran dan tidak menggubris larangan yang Allah tetapkan kepada mereka.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
فَلَمَّا عَتَوْا۟ عَن مَّا نُهُوا۟ عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا۟ قِرَدَةً خَٰسِـِٔينَ
“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang. Kami katakan kepada mereka,‘Jadilah kamu kera
yang hina.’”(QS Al Ar'af : 166)
Benih-benih Kesombongan
Menurut Ustadz Muhammad Faishal Fadhli, dai alumnus Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, ada banyak tanda dan indikasi dari sifat sombong . Jika gejala dari penyakit hati ini dibiarkan begitu saja, seiring berjalannya waktu, akan semakin parah dan sulit untuk ditangani. Ibarat sebuah pohon beracun, sifat sombong yang tumbuh menggerogoti hati, berawal dari benih-benih yang sangat kecil.Berikut ini di antara benih-benih kesombongan yang ketika dibiarkan, semakin bertambah besar.
1. Merasa luhur atau tinggi
Seperti perkataan Iblis, yang diabadikan Allah dalam firman-Nya al-Quran surat Al-A’raf ayat 12, “Aku lebih baik daripada dia.”2. Merasa besar (kuasa)
Seperti perkataan kaum ‘Ad yang terbuai kekayaan dan menantang azab, sebagaimana yang diabadikan Allah dalam Al-Qur'ansurat Fushshilat ayat 15, “Siapakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami?”
3. Merasa benar padahal zalim
Seperti perkataan Firaun, sebagaimana yang Allah abadikan dalam al-Quran surat Al-Mu’min ayat 29, “Aku hanya mengemukakan kepadamu, apa yang aku pandang baik; dan aku hanya menunjukkan kepadamu jalan yang benar.”4.Merasa pintar karena kaya
Seperti perkataan Qarun, sebagaimana yang diabadikan Allah dalam firman-Nya al-Quran surat Al-Qashash ayat 78, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.”5. Merasa hebat karena harta
Seperti perkataan pemilik kebun dalam Surat al-Kahfi, sebagaimana yang diabadikan Allah dalam al-Quran surat Al-Kahfi ayat 34, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu.”Cara Melenyapkan Benih-Benih Kesombongan
Semua sifat ‘merasa’ tersebut, sangat halus, kecil, dan tak kasat mata. Dan bahayanya, virus takabur ini bisa menyerang siapa saja. Lalu bagaimana cara membentengi diri dan mengobati hati dari penyakit merasa hebat, merasa pintar, merasa kaya, merasa tinggi, dan selalu merasa paling benar sendiri?Berikut ini beberapa tips atau kiat melenyapkan benih-benih kesombongan.
1. Menginsafi bahwa sombong adalah sifat tercela
Ada banyak dalil yang menunjukkan bahwa Allah membenci orang-orang sombong. Di antaranya, firman Allah Ta'ala:إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ
“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong.”(QS An-Nahl : 23)
2. Selalu mengingat bahwa manusia itu makhluk lemah yang sangat membutuhkan Allah
Manusia tidak layak sombong karena semua yang mereka miliki, sejatinya hanyalah rezeki, titipan dari Allah.Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam al-Quran surat Al-Mulk ayat 21,
أَمَّنْ هَٰذَا ٱلَّذِى يَرْزُقُكُمْ إِنْ أَمْسَكَ رِزْقَهُۥ ۚ بَل لَّجُّوا۟ فِى عُتُوٍّ وَنُفُورٍ
“Atau siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran).”
Allah juga mengingatkan bahwa sekiranya Dia menahan sumber air, kemudian sumur-sumur mengering, tanaman layu, hewan-hewan ternak mati kehausan dan kelaparan, buah-buahan dan sayur mayur gagal panen, sementara hujan pun tak kunjung turun, apa yang bisa dibanggakan oleh manusia?
Maka sadarilah bahwa air sebagai sumber kehidupan, tidak bisa didatangkan kecuali atas izin Allah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
قُلْ أَرَءَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَآؤُكُمْ غَوْرًا فَمَن يَأْتِيكُم بِمَآءٍ مَّعِينٍۭ
“Katakanlah (Muhammad),‘Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?’”(QS Al mulk : 30)
3. Mengerjakan kebaikan yang sering diremehkan orang
Dalam hal ini, seorang sahabat mulia bernama Abdullah bin Salam telah memberikan teladan kepada kita semua.Suatu ketika, ia melintas di sebuah pasar sambil memikul seikat kayu bakar. Seseorang berkata kepadanya, “Bukankah Allah telah membuatmu kaya?”
“Ya.” jawab Abdullah bin Salam.
“Tetapi, aku ingin meluluhkan kesombongan.” lanjutnya.
Perhatikanlah jawaban yang diucapkan oleh Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu. Begitu ia merasa bahwa benih-benih kesombongan mulai tumbuh di hatinya, dengan segera, ia lenyapkan dengan melakukan sesuatu yang dianggap remeh oleh sebagian orang.
Teladan dari Abdullah bin Salam, diikuti oleh salah seorang ulama kontemporer, Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi. Beliau dikenal alim. Majelisnya dihadiri ribuan jamaah. Dielu-elukan oleh para fans pecintanya. Ketika dirasa bahwa benih kesombongan bermunculan di hati, Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi menghilang dari pandangan para pengikutnya. Setelah dicari-cari, ternyata ditemukan bahwa Syaikh Mutawalli sedang membersihkan kamar mandi.
Wallahu A'lam
(wid)