Kunjungi Daker Makkah, Malaysia Keluhkan Pelayanan Mashariq di Armuzna
loading...
A
A
A
MEKKAH - Direktur Eksekutif Tabung Haji Malaysia Dato Sri Syed Saleh mengunjungi Kantor Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Makkah. Dalam kunjungannya, perwakilan Malaysia ini mengeluhkan pelayanan Mashariq di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Didampingi 20 anggota delegasinya, Syed Saleh bertukar pengalaman, utamanya terkait sejumlah persoalan yang dihadapi selama fase Armina. Syed Saleh menjelaskan jemaah haji Malaysia juga mengalami sejumlah layanan yang tidak memuaskan selama di Armuzna. Mereka mendapati tenda jemaah sangat padat dan terjadi keterlambatan dalam distribusi katering.
Termasuk kualitas pendingin udara di Mina yang sudah tidak memadai. "Selama Armuzna ada sejumlah masalah. Kita lihat dari segi ruang untuk jemaah haji di dalam kemah (tenda), terutama di Mina. Kedua, dari segi aturan makan minum agar lebih mengikut jadwal tidak terlambat," katanya, Jumat (8/7/2023).
Dalam pertemuan ini terungkap persoalan yang dialami sejumlah jemaah haji dari dua negara Indonesia dan Malaysia sama, khususnya saat di Armuzna. Hal itu tidak lain akibat kinerja Mashariq yang tidak profesional. Padahal, Mashariq adalah perusahaan swasta yang ditunjuk otoritas Arab Saudi untuk melayani jemaah haji dari beberapa negara di Asia Tenggara.
"Fasilitas dalam kemah di antaranya pendingin agar lebih diperbaiki lagi. Itu yang harus diberi perhatian," ucapnya.
Disinggung soal kemacetan di Muzdalifah, Syed Saleh mengatakan kondisi itu juga menjadi bagian yang perlu diperbaiki lagi di masa yang akan datang.
Syed Saleh bersyukur seluruh jemaah haji Malaysia bisa menjalani rangkaian ibadah haji di Armuzna dan tidak ada korban jiwa. Meski demikian, dia melihat ada sejumlah kekurangan dari segi layanan dan fasilitas yang disediakan Mashariq.
"Jadi kita harus mencari satu penyelesaian jangka panjang dalam usaha kita untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut, terutama sekali dari segi ruangan yang tidak cukup untuk jemaah haji kita. Apalagi bila kita melihat pada masa yang akan datang, Kerajaan Arab Saudi juga ingin menambah lagi jemaah haji menjelang visi 2030," paparnya.
Syed Saleh mengaku, bersama Indonesia akan terus berdialog dengan stakeholders terkait pelayanan haji. "Kita lihat juga dari segi fasilitas layanan dasar masih harus diperbaiki lagi. InsyaAllah kita bersama Indonesia senantiasa berdialog dengan pihak berwajib, termasuk Kementerian Haji, Mashariq, dan lainnya untuk memastikan apa yang terjadi tahun ini tidak akan terulang pada tahun-tahun mendatang," harapnya.
Senada, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief mengatakan, pertemuan dengan Tabung Haji Malaysia menjadi kesempatan bersama untuk berbagi pengalaman, pandangan, dan pendapat tentang penyelenggaraan haji tahun ini.
"Kita berdiskusi tentang berbagai hal, terutama terkait layanan jemaah haji. Nampaknya, pengalaman dan catatan kita sama, ada layanan yang perlu ditingkatkan di masa yang akan datang, terutama dalam kerja sama kita dengan mitra kita di Saudi, khususnya dengan syarikah Masyariq ataupun lainnya," ujarnya.
Hal itu agar jemaah dari Indonesia ataupun negara lain seperti Malaysia bisa mendapatkan layanan yang memang sudah seharusnya. Dari segi tenda, kapasitasnya bisa lebih sesuai ke depan, boleh padat, tapi tidak melebihi kapasitas.
"Kemudian juga sanitasi kita ingin diperbaiki ke depan, air bersih, makanan, suplainya, ketepatan wakutnya. Apalagi, Malaysia sama, jumlah lansianya cukup tinggi, kita di Indonesia juga cukup tinggi sehingga urusan makan itu sangat penting dan sensitif untuk jemaah yang sudah sepuh," katanya.
Hilman berharap, ke depan akan dapat dibuat satu pola pembahasan dan model penyelenggaraan haji yang lebih proporsional dan profesional di antara negara-negara di Asia Tenggara.
Pembahasan ini juga akan melibatkan Pemerintah Arab Saudi. Sebab, perubahan juga terus terjadi di Saudi, termasuk perubahan dari muassasah menjadi Syarikah, sehingga ke depan harus lebih profesional.
"Mudah-mudahan ke depan tidak terulang, kesulitan-kesulitan yang dialami jemaah, seperti kasus di Muzdalifah, penjemputan sampai terlalu siang dan juga keterlambatan. Atau kesiapan infrastruktur tadi juga menjadi sorotan, baik di Arafah maupun Mina. Termasuk sanitasi air bersih itukan vital, tetap harus kita jaga sama-sama. Kita komunikasikan dengan baik pada Pemerintah Saudi secara formal," katanya.
Didampingi 20 anggota delegasinya, Syed Saleh bertukar pengalaman, utamanya terkait sejumlah persoalan yang dihadapi selama fase Armina. Syed Saleh menjelaskan jemaah haji Malaysia juga mengalami sejumlah layanan yang tidak memuaskan selama di Armuzna. Mereka mendapati tenda jemaah sangat padat dan terjadi keterlambatan dalam distribusi katering.
Termasuk kualitas pendingin udara di Mina yang sudah tidak memadai. "Selama Armuzna ada sejumlah masalah. Kita lihat dari segi ruang untuk jemaah haji di dalam kemah (tenda), terutama di Mina. Kedua, dari segi aturan makan minum agar lebih mengikut jadwal tidak terlambat," katanya, Jumat (8/7/2023).
Dalam pertemuan ini terungkap persoalan yang dialami sejumlah jemaah haji dari dua negara Indonesia dan Malaysia sama, khususnya saat di Armuzna. Hal itu tidak lain akibat kinerja Mashariq yang tidak profesional. Padahal, Mashariq adalah perusahaan swasta yang ditunjuk otoritas Arab Saudi untuk melayani jemaah haji dari beberapa negara di Asia Tenggara.
"Fasilitas dalam kemah di antaranya pendingin agar lebih diperbaiki lagi. Itu yang harus diberi perhatian," ucapnya.
Disinggung soal kemacetan di Muzdalifah, Syed Saleh mengatakan kondisi itu juga menjadi bagian yang perlu diperbaiki lagi di masa yang akan datang.
Syed Saleh bersyukur seluruh jemaah haji Malaysia bisa menjalani rangkaian ibadah haji di Armuzna dan tidak ada korban jiwa. Meski demikian, dia melihat ada sejumlah kekurangan dari segi layanan dan fasilitas yang disediakan Mashariq.
"Jadi kita harus mencari satu penyelesaian jangka panjang dalam usaha kita untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut, terutama sekali dari segi ruangan yang tidak cukup untuk jemaah haji kita. Apalagi bila kita melihat pada masa yang akan datang, Kerajaan Arab Saudi juga ingin menambah lagi jemaah haji menjelang visi 2030," paparnya.
Syed Saleh mengaku, bersama Indonesia akan terus berdialog dengan stakeholders terkait pelayanan haji. "Kita lihat juga dari segi fasilitas layanan dasar masih harus diperbaiki lagi. InsyaAllah kita bersama Indonesia senantiasa berdialog dengan pihak berwajib, termasuk Kementerian Haji, Mashariq, dan lainnya untuk memastikan apa yang terjadi tahun ini tidak akan terulang pada tahun-tahun mendatang," harapnya.
Senada, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief mengatakan, pertemuan dengan Tabung Haji Malaysia menjadi kesempatan bersama untuk berbagi pengalaman, pandangan, dan pendapat tentang penyelenggaraan haji tahun ini.
"Kita berdiskusi tentang berbagai hal, terutama terkait layanan jemaah haji. Nampaknya, pengalaman dan catatan kita sama, ada layanan yang perlu ditingkatkan di masa yang akan datang, terutama dalam kerja sama kita dengan mitra kita di Saudi, khususnya dengan syarikah Masyariq ataupun lainnya," ujarnya.
Hal itu agar jemaah dari Indonesia ataupun negara lain seperti Malaysia bisa mendapatkan layanan yang memang sudah seharusnya. Dari segi tenda, kapasitasnya bisa lebih sesuai ke depan, boleh padat, tapi tidak melebihi kapasitas.
"Kemudian juga sanitasi kita ingin diperbaiki ke depan, air bersih, makanan, suplainya, ketepatan wakutnya. Apalagi, Malaysia sama, jumlah lansianya cukup tinggi, kita di Indonesia juga cukup tinggi sehingga urusan makan itu sangat penting dan sensitif untuk jemaah yang sudah sepuh," katanya.
Hilman berharap, ke depan akan dapat dibuat satu pola pembahasan dan model penyelenggaraan haji yang lebih proporsional dan profesional di antara negara-negara di Asia Tenggara.
Pembahasan ini juga akan melibatkan Pemerintah Arab Saudi. Sebab, perubahan juga terus terjadi di Saudi, termasuk perubahan dari muassasah menjadi Syarikah, sehingga ke depan harus lebih profesional.
"Mudah-mudahan ke depan tidak terulang, kesulitan-kesulitan yang dialami jemaah, seperti kasus di Muzdalifah, penjemputan sampai terlalu siang dan juga keterlambatan. Atau kesiapan infrastruktur tadi juga menjadi sorotan, baik di Arafah maupun Mina. Termasuk sanitasi air bersih itukan vital, tetap harus kita jaga sama-sama. Kita komunikasikan dengan baik pada Pemerintah Saudi secara formal," katanya.
(abd)