Kisah Imam Abu Hanifah Membungkam Kesombongan Ulama Sok Alim
loading...
A
A
A
Dalam satu kajian Gus Musa Muhammad menceritakan kisah Imam Abu Hanifah (80-150 Hijriyah) membungkam kesombongan seorang ulama yang sok alim. Simak ceritanya berikut ini.
Imam Abu Hanifah adalah ulama ahlul ra'yi (ahli logika) yang dikaruniai kemampuan berfikir yang cemerlang. Beliau dikenal sebagai ahli logika dan pakar Qiyas. Saat berusia 16 tahun, Abu Hanifah pergi dari Kufah menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Dalam perjalanan ini, beliau berguru kepada tokoh tabi'in, Atha bin Abi Rabah yang merupakan seorang alim terbaik di Kota Makkah.
Atha bin Abi Rabah merupakan seorang keturunan Habasyah (Etiopia). Pada awalnya ia adalah seorang mawla (budak), namun dibebaskan dan menjadi penuntut ilmu dari para sahabat Nabi, khususnya Ibnu Abbas, Abdullah bin Zubair.
Sebelum Imam Abu Hanifah menjadi murid Atha bin Rabbah, terlebih dahulu Amru bin Dinar, Az-Zuhri, Qatadah, Malik bin Dinar, Al-Auza'i menjadi murid Atha bin Rabbah. Imam Al-Bukhari meriwayatkan Hadits dari Atha dalam kitabnya sebanyak 109 kali.
Abu Hanifah adalah seorang Tabiin yang mulia. Beliau adalah generasi muslim awal setelah generasi sahabat Nabi. Beliau pernah bertemu langsung dengan Anas bin Malik dan meriwayatkan Hadis darinya. Selain itu, Abu Hanifah juga bertemu dengan beberapa sahabat Nabi yang lain, seperti Abdullah bin Abi Auqa, Sahal bin Sa'ad as-Sa'adi, dan Abu Thufail bin Wailah. Abu Hanifah tidak sekadar bertemu dengan para sahabat, melainkan juga memperoleh ilmu dari mereka.
Membungkam Ulama Sok Alim
Suatu ketika ada salah seorang ulama di Masjid Rushafah Irak hendak memamerkan kemampuan intelektualnya. Dengan sombongnya, ia berkoar di hadapan para hadirin, "Aku siap menjawab pertanyaan sesulit apa pun dari kalian!"
Tanpa ia sadari bahwa di antara hadirin yang ia tantang ada sosok Abu Hanifah. Sejurus kemudian, Imam Abu Hanifah mengangkat tangannya untuk mengajukan pertanyaan kepada ulama yang sombong itu. "Apa pertanyaanmu?" kata orang itu.
Imam Abu Hanifah kemudian mengutarakan pertanyaannya: "Semut yang berbicara dengan Nabi Sulaiman itu jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan?"
Mendengar pertanyaan tersebut, ulama sok alim tadi tidak bisa menjawabnya. Ia hanya dapat menundukkan kepala. Karena tidak mampu menjawabnya, Abu Hanifah menjawab pertanyaannya sendiri: "Sesungguhnya semut tersebut berjenis kelamin perempuan."
Laki-laki yang mengaku orang alim tersebut penasaran dengan jawaban Abu Hanifah, lantas ia menanyakan dalilnya kepada Abu Hanifah. Dengan sigap dan cekatan, Abu Hanifah menjelaskan bahwa dalam Surah an-Naml Ayat 18, Fi'il-nya kata "Namlah" berupa shighat muannats(qalat) yang menunjukkan bahwa semut yang berbincang dengan Nabi Sulaiman adalah perempuan.
Setelah memberi jawaban sekaligus penjelasan dalilnya, Imam Abu Hanifah memberi nasihat kepada orang tersebut. "Sebenarnya saya tidak ingin bertanya kepadamu. Aku lebih suka untuk mengatakan kepadamu janganlah engkau terbujuk dengan kelebihan yang kau miliki."
Mendengar itu, orang yang mengaku alim tersebut hanya bisa terdiam. Imam Abu Hanifah bernama asli an-Nu'man bin Tsabit rahimahullah lahir di Kufah, Irak pada 80 H dan wafat di Kota Baghdad Irak, 150 H. Pada tahun wafatnya Imam Abu Hanifah bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi'i rahimahullah.
Referensi:
Tarikh as-Shalafus Shalih
Imam Abu Hanifah adalah ulama ahlul ra'yi (ahli logika) yang dikaruniai kemampuan berfikir yang cemerlang. Beliau dikenal sebagai ahli logika dan pakar Qiyas. Saat berusia 16 tahun, Abu Hanifah pergi dari Kufah menuju Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Dalam perjalanan ini, beliau berguru kepada tokoh tabi'in, Atha bin Abi Rabah yang merupakan seorang alim terbaik di Kota Makkah.
Atha bin Abi Rabah merupakan seorang keturunan Habasyah (Etiopia). Pada awalnya ia adalah seorang mawla (budak), namun dibebaskan dan menjadi penuntut ilmu dari para sahabat Nabi, khususnya Ibnu Abbas, Abdullah bin Zubair.
Sebelum Imam Abu Hanifah menjadi murid Atha bin Rabbah, terlebih dahulu Amru bin Dinar, Az-Zuhri, Qatadah, Malik bin Dinar, Al-Auza'i menjadi murid Atha bin Rabbah. Imam Al-Bukhari meriwayatkan Hadits dari Atha dalam kitabnya sebanyak 109 kali.
Abu Hanifah adalah seorang Tabiin yang mulia. Beliau adalah generasi muslim awal setelah generasi sahabat Nabi. Beliau pernah bertemu langsung dengan Anas bin Malik dan meriwayatkan Hadis darinya. Selain itu, Abu Hanifah juga bertemu dengan beberapa sahabat Nabi yang lain, seperti Abdullah bin Abi Auqa, Sahal bin Sa'ad as-Sa'adi, dan Abu Thufail bin Wailah. Abu Hanifah tidak sekadar bertemu dengan para sahabat, melainkan juga memperoleh ilmu dari mereka.
Membungkam Ulama Sok Alim
Suatu ketika ada salah seorang ulama di Masjid Rushafah Irak hendak memamerkan kemampuan intelektualnya. Dengan sombongnya, ia berkoar di hadapan para hadirin, "Aku siap menjawab pertanyaan sesulit apa pun dari kalian!"
Tanpa ia sadari bahwa di antara hadirin yang ia tantang ada sosok Abu Hanifah. Sejurus kemudian, Imam Abu Hanifah mengangkat tangannya untuk mengajukan pertanyaan kepada ulama yang sombong itu. "Apa pertanyaanmu?" kata orang itu.
Imam Abu Hanifah kemudian mengutarakan pertanyaannya: "Semut yang berbicara dengan Nabi Sulaiman itu jenis kelaminnya laki-laki atau perempuan?"
Mendengar pertanyaan tersebut, ulama sok alim tadi tidak bisa menjawabnya. Ia hanya dapat menundukkan kepala. Karena tidak mampu menjawabnya, Abu Hanifah menjawab pertanyaannya sendiri: "Sesungguhnya semut tersebut berjenis kelamin perempuan."
Laki-laki yang mengaku orang alim tersebut penasaran dengan jawaban Abu Hanifah, lantas ia menanyakan dalilnya kepada Abu Hanifah. Dengan sigap dan cekatan, Abu Hanifah menjelaskan bahwa dalam Surah an-Naml Ayat 18, Fi'il-nya kata "Namlah" berupa shighat muannats(qalat) yang menunjukkan bahwa semut yang berbincang dengan Nabi Sulaiman adalah perempuan.
Setelah memberi jawaban sekaligus penjelasan dalilnya, Imam Abu Hanifah memberi nasihat kepada orang tersebut. "Sebenarnya saya tidak ingin bertanya kepadamu. Aku lebih suka untuk mengatakan kepadamu janganlah engkau terbujuk dengan kelebihan yang kau miliki."
Mendengar itu, orang yang mengaku alim tersebut hanya bisa terdiam. Imam Abu Hanifah bernama asli an-Nu'man bin Tsabit rahimahullah lahir di Kufah, Irak pada 80 H dan wafat di Kota Baghdad Irak, 150 H. Pada tahun wafatnya Imam Abu Hanifah bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi'i rahimahullah.
Referensi:
Tarikh as-Shalafus Shalih
(rhs)