Khotbah Jumat: Beratnya Amanah, Gunung Pun Enggan untuk Memikulnya

Jum'at, 08 September 2023 - 05:10 WIB
loading...
Khotbah Jumat: Beratnya Amanah, Gunung Pun Enggan untuk Memikulnya
Tema khotbah Jumat ini bisa dijadikan renungan dan nasihat bagi yang menduduki jabatan betapa beratnya mengemban amanah. Foto ilustrasi/dok Al-Ukhuwah
A A A
Khotbah Jumat kali ini mengulas tentang kewajiban menjaga amanah. Tema ini bisa dijadikan renungan dan nasihat bagi pemangku jabatan atau mereka yang ingin mencalonkan diri sebagai pejabat publik.

Hari ini kita memasuki 22 Shafar 1445 Hijriyah bertepatan Hari Jumat, 8 September. Khotbah Jumat ini disampaikan oleh KH A Muzaini Aziz, Sekretaris Komisi Fatwa MUI Kota Tangerang dilansir dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI). Berikut petikan khotbahnya:

KHOTBAH PERTAMA

أَلْحَمْدُ للهِ الْمَحْمُودِ عَلَى كُلِّ حَال، أَلْمَوْصُوفِ بِصِفَاتِ الْجَلَالِ وَالْكَمَال، أَلْمَعْرُوفِ بِمَزِيدِ الْإِنْعَامِ وَالْإِفْضَال. أَشْهَدُ أَن لَّا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلَال, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه, وَخَلِيلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَال.
أَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيرِ صَحْبٍ وَآلٍ, وَسَلِّمْ عَلَيْهِمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَاأَيُّهَا النَّاس، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاه، حَيْثُ قَالَ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللهُ الْعَظِيم


Zumratal Mu'minin rahimakumullah!

Allah Ta'ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْۤا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْـتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kalian khianati berbagai amanat (yang dipercayakan kepada kalian) sedang kalian mengetahui." (QS Al-Anfal Ayat 27)

Ayat di atas sangat jelas memberikan pemahaman kepada kita agar kita tidak mengkhianati amanat-amanat yang dipikulkan kepada kita. Apapun jenis amanat tersebut, seberapa pun kecil dan besarnya amanat itu.

Amanat memiliki spektrum yang sangat luas, antara lain: Amanat perintah dan larangan agama, amanat kehormatan dan rahasia manusia, amanat harta, amanat jasad dan jiwa atau nyawa, amanat penegakan hukum, amanat jabatan dan kekuasaan, amanat keilmuan, amanat pelestarian lingkungan, dan jenis amanat lainnya.

Dalam syariat Islam, itu semua masuk dalam kategori taklif atau beban hukum yang harus dipikul oleh seorang manusia, baik secara vertikal yaitu antara dirinya dan Allah SWT, maupun secara horizontal, yaitu antara seorang manusia dengan dirinya sendiri, juga antara seseorang dan manusia lainnya, bahkan antara manusia dengan makhluk Allah lainnya, termasuk dengan lingkungan dan alam semesta. Para ulama mengatakan:

سُمِّيَ التَكْلِيفُ أَمَانَةً لِأَنَّ مَنْ قَصَّرَ فِيهِ فَعَلَيْهِ الْغَرَامَةُ، وَمَنْ أَدَّاهُ فَلَهُ الْكَرَامَةُ (نضرة النعيم في مكارم أخلاق الرسول الكريم، ج: ٣، ص: ٥١٠)

"Semua beban hukum atau taklif dinamakan amanat, karena siapapun yang mengabaikannya maka hukuman baginya, dan siapapun yang menunaikannya maka kemuliaan untuknya."

Lihatlah, Nabi termulia yaitu Nabi Muhammad ﷺ bergelar Al-Amiin, Malaikat termulia yaitu Malaikat Jibril 'alaihissalam juga bergelar (Ar-Ruuh) Al-Amiin. Keduanya mendapat gelar kemuliaan Al-Amin dari Allah SWT karena keduanya adalah profil hamba paripurna yang dapat dipercaya dan mampu mengemban amanat Allah SWT secara tuntas dan sempurna.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah!
Adalah wajib hukumnya untuk menjaga dan menunaikan semua jenis amanah. Tentu teramat berat memikul sekian banyak amanat tersebut. Saking beratnya, bahkan langit, bumi dan gunung-gunung yang sedemikian besar itu pun enggan untuk memikulnya, sebagaimana firman Allah SWT:

اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُ ۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًا

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh." (QS Al-Ahzab Ayat 72)

Saat kita yang diminta untuk mengemban suatu amanat, apapun jenisnya, maka pastikanlah bahwa kita memang memiliki kapasitas dan komitmen moral untuk menunaikannya. Di sisi lain, saat amanat dari kita dibutuhkan oleh orang lain, maka pastikanlah bahwa kita memberikan amanat tersebut kepada orang yang tepat, yang memiliki kapasitas dan komitmen moral untuk dapat menunaikan amanat kita tersebut.

Jangan sampai barometer yang kita gunakan baik untuk memberi atau menerima amanat hanyalah standar-standar duniawi semata, seperti media untuk menaikkan popularitas dan gengsi sosial, atau karena membawa cuan demi keuntungan pribadi. Karena, amanah bukanlah hanya urusan duniawi yang fana dan sementara.

Amanah adalah urusan ukhrawi yang abadi dan berefek selamanya. Rasulullah ﷺ menegaskan hal itu dalam wejangannya:

عَنْ َأَبِي ذَرّ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ الله، أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي؟ قَالَ: فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِي، ثُمَّ قَالَ: يَا أَبَا ذَرّ، إِنَكَ ضَعِيفٌ، وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ، وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا، وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيْهَا (رواه مسلم)

Dari Abi Dzar, dia berkata, "Aku berkata, "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau akan menggunakanku (dalam suatu jabatan)? Abu Dzar (kembali) berkata: Beliau (Rasulullah) kemudian menepuk bahuku dengan tangannya, lalu ia bersabda: "Wahai Aba Dzar, engkau adalah sosok yang lemah, adapun ia (jabatan itu) adalah sebuah amanah. Ia hanya akan menjadi kenistaan dan penyesalan di hari Kiamat kelak, kecuali bagi yang menerimanya dengan haknya dan ia tunaikan kewajiban amanat yang ada padanya itu." (HR Muslim)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1339 seconds (0.1#10.140)