Bacalah Ayat-ayat Al-Qur'an agar Diberi Kelapangan Hati, Yuk Amalkan!
loading...
A
A
A
Doa dari ayat-ayat Al-Qur'an untuk memohon dan diberi kelapangan hati ini, seyogyanya dapat diamalkan oleh setiap muslim. Karena seorang muslim tentu mendambakan kebahagiaan dalam menjalani hidup, seperti dilapangkan dadanya oleh Sang Pencipta dan dijauhkan dari hal hal yang bisa mempersempit dada sang pemiliknya.
Oleh karena itu, di antara sekian banyak kenikmatan yang Allah Ta’ala karuniakan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nikmat dilapangkan dada -nya.
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman :
“Bukankah kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?” (QS. Al Insyirah:1)
Kemudian, lihatlah kisah Nabi Musa ‘alaihissalam. Ketika beliau diangkat menjadi seorang Nabi sekaligus sebagai Rasul utusan Allah Yang Maha Kuasa, lantas apa yang diminta Nabi Musa pada Allah ketika itu? Pertama kali Nabi Musa alaihissalam meminta kelapangan, sembari berkata dan ini menjadi doanya:
“Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, Lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku” (QS. Thoha: 25-26).
Di antara sebab terbesar seseorang dilapangkan dadanya oleh Allah Yang Maha Pemurah adalah dijadikannya ia sebagai seorang muslim sejati. Seorang muslim yang mengikuti ajaran Islam dengan benar dan berpegang teguh dengannya.
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az-Zumar: 22).
Di dalam ayat lain, Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am: 125).
Maka dengan beragama Islam secara benar dan baik, maka ini adalah modal besar menghadapi ‘sempitnya dunia itu’. Menjaga diri dari segala macam bentuk praktek kesyirikan kepada Sang Pencipta, entah itu syirik dalam rububiyyah (Perbuatan Allah Ta’ala Yang Maha Sempurna), uluhiyyah (Hak Allah Ta’ala sebagai satu-satunya yang berhak disembah di atas muka bumi ini), maupun asma dan sifat (Nama-nama Allah Yang Maha Indah Dan sifat-sifatNya Yang Maha Agung).
Manfaat yang bisa diraih ketika menjauhkan diri dari dosa-dosa yang paling besar tersebut, agar menjadikan hidup terasa lebih bermakna dan jauh dari kesempitan.
Allah Ta’ala berfirman:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itu lah yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82).
Lain halnya dengan mereka, orang-orang kafir yang selalu melakukan kesyirikan. Hakikat kehidupan mereka diumpamakan bagaikan orang yang memiliki dada yang sempit, sehingga berujung pada kesengsaraan hidup.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31).
Wallahu A'lam
Oleh karena itu, di antara sekian banyak kenikmatan yang Allah Ta’ala karuniakan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nikmat dilapangkan dada -nya.
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman :
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
“Bukankah kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?” (QS. Al Insyirah:1)
Kemudian, lihatlah kisah Nabi Musa ‘alaihissalam. Ketika beliau diangkat menjadi seorang Nabi sekaligus sebagai Rasul utusan Allah Yang Maha Kuasa, lantas apa yang diminta Nabi Musa pada Allah ketika itu? Pertama kali Nabi Musa alaihissalam meminta kelapangan, sembari berkata dan ini menjadi doanya:
قَالَ رَبِّ ٱشْرَحْ لِى صَدْرِى * وَيَسِّرْ لِىٓ أَمْرِى
“Dia (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, Lapangkanlah dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku” (QS. Thoha: 25-26).
Di antara sebab terbesar seseorang dilapangkan dadanya oleh Allah Yang Maha Pemurah adalah dijadikannya ia sebagai seorang muslim sejati. Seorang muslim yang mengikuti ajaran Islam dengan benar dan berpegang teguh dengannya.
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
أَفَمَن شَرَحَ ٱللَّهُ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَٰمِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِۦ ۚ فَوَيْلٌ لِّلْقَٰسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Az-Zumar: 22).
Di dalam ayat lain, Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman:
فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهْدِيَهُۥ يَشْرَحْ صَدْرَهُۥ لِلْإِسْلَٰمِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُۥ يَجْعَلْ صَدْرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى ٱلسَّمَآءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجْسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am: 125).
Maka dengan beragama Islam secara benar dan baik, maka ini adalah modal besar menghadapi ‘sempitnya dunia itu’. Menjaga diri dari segala macam bentuk praktek kesyirikan kepada Sang Pencipta, entah itu syirik dalam rububiyyah (Perbuatan Allah Ta’ala Yang Maha Sempurna), uluhiyyah (Hak Allah Ta’ala sebagai satu-satunya yang berhak disembah di atas muka bumi ini), maupun asma dan sifat (Nama-nama Allah Yang Maha Indah Dan sifat-sifatNya Yang Maha Agung).
Manfaat yang bisa diraih ketika menjauhkan diri dari dosa-dosa yang paling besar tersebut, agar menjadikan hidup terasa lebih bermakna dan jauh dari kesempitan.
Allah Ta’ala berfirman:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itu lah yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82).
Lain halnya dengan mereka, orang-orang kafir yang selalu melakukan kesyirikan. Hakikat kehidupan mereka diumpamakan bagaikan orang yang memiliki dada yang sempit, sehingga berujung pada kesengsaraan hidup.
Allah Ta’ala berfirman:
حُنَفَآءَ لِلَّهِ غَيْرَ مُشْرِكِينَ بِهِۦ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَتَخْطَفُهُ ٱلطَّيْرُ أَوْ تَهْوِى بِهِ ٱلرِّيحُ فِى مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 31).
Wallahu A'lam
(wid)