Gambaran Kehancuran Yahudi dan Bebasnya Masjid Al-Aqsa yang Tercantum dalam Surat Al Isra
loading...
A
A
A
Dalam Al-Qur’an , Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan semua solusi yang diperlukan oleh manusia sepanjang hidupnya.
Allah juga memberikan pemecahan yang paling sempurna dan paling logis untuk memberi petunjuk kepada manusia dalam menghadapi semua masalah yang muncul. Termasuk salah satunya masalah yang sedang hangat yakni perang Yahudi dan Palestina .
Menurut Sayyid Quthb dalam “Fi Dzilalil Qur’an” menyatakan bahwa peristiwa Isra yang disebut dalam surat Al-Isra’ adalah mengabarkan tentang tumbangnya kejayaan Bani Israil. Peristiwa Isra merupakan tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sebuah perjalanan yang menakjubkan dalam ukuran empirik manusia.
Masjid Al-Aqsa yang menjadi ujung perjalanan adalah pusat tanah yang mulia (Asy-Syarif). Tempat yang ditentukan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk Bani Israel, lalu Dia mengusir mereka dari negeri itu karena kemaksiatan yang mereka lakukan.
Surat Al-Isra’ secara umum berisi tentang akhir perjalanan hidup dan kejayaan bangsa Yahudi, juga mengungkapkan hubungan langsung antara tumbangnya kejayaan suatu bangsa dengan maraknya kemaksiatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hal ini sejalan dengan sunnatullah yang disebutkan pada ayat 16:
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Q.S. Al-Isra’ : 16)
Imaam Yakhsyallah Mansur, pembina utama Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) menjelaskan, jika kita melihat surat Al-Isra’ dengan metode tafsir analitik, disimpulkan bahwa terdapat dua janji Allah Subhanahu wa Ta’ala
tentang kehancuran bangsa Yahudi ;
“Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.” (Q.S. Al-Isra’ : 5)
Kemaksiatan yang paling besar ialah karena mereka menyembah berhala dan membunuh para nabi. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mendatangkan Raja Nebukadnezar ke Yerusalem lalu dihancurkanlah negeri itu dan “dia merajalela di kampung-kampung” dengan meruntuhkan dan meratakan dengan tanah seluruh bangunannya. Anak-anak dibunuh dan beribu-ribu tawanan dibawa ke Babilonia.
Kehancuran bangsa Yahudi ini terjadi 500 tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah dan sebelum adanya Isra’ dan Mi’raj.
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Q.S. Al-Isra’ : 7)
Inilah jaminan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Bani Israil bahwa apabila mereka berbuat baik, maka kebaikan itu akan kembali kepada diri mereka sendiri, dan apabila mereka berbuat jahat maka hasil kejahatan itu akan menimpa diri mereka sendiri.
Sebelumnya, pada ayat keenam disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan berbagai anugerah kepada bangsa Yahudi (Israil) dengan mengembalikan negeri mereka setelah dirampas oleh bangsa Persia ditambah dengan limpahan kekayaan dan memberikan banyak anak laki-laki yang kuat serta pasukan yang tangguh.
Dalam konteks kekinian, menurut Muhammad Ar-Rasyid, ayat ke-6 ini dapat dipahami sebagai berikut:
“Allah memberikan kembali tanah mereka yang kedua kali dari musuhmu.” Berdirinya negara Israel tahun 1948, yaitu setelah mengalahkan musuh-musuhnya (pasukan Arab).
“Membantu dengan harta kekayaan yang melimpah.” Berupa bantuan dari Amerika dan donatur-donatur lainnya.
“Memberikan anak laki-laki yang kuat.” Terbukti bahwa sejak kedatangan Israel ke Palestina, populasi penduduk lebih banyak laki-laki daripada perempuan.
“Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.” Terbukti pada perang tahun 1948 dan 1967, tentara Israel tiga kali lipat lebih banyak dibanding tentara Arab.
Selanjutnya pada ayat 104, Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:
“Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil: “Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur (dengan musuhmu)”. (Q.S. Al-Isra : 104)
Ayat ini dapat dipahami setelah kehancuran karena serangan musuh-musuhnya, bangsa Yahudi kemudian bercerai berai (diaspora) ke seluruh penjuru dunia dan kembalinya bangsa Yahudi ke Palestina pada tahun 1948 adalah berasal dari bermacam-macam suku dan ras yang ada di dunia.
Dengan kembali dan berkumpulnya bangsa Yahudi di Palestina saat ini berarti tanda kehancuran mereka yang kedua sudah dekat. Mereka sedang menunggu “orang yang akan menyuramkan muka mereka dan memasuki Masjid Al-Aqsa serta menghancurkan mereka sehancur-hancurnya.”
Allah juga memberikan pemecahan yang paling sempurna dan paling logis untuk memberi petunjuk kepada manusia dalam menghadapi semua masalah yang muncul. Termasuk salah satunya masalah yang sedang hangat yakni perang Yahudi dan Palestina .
Menurut Sayyid Quthb dalam “Fi Dzilalil Qur’an” menyatakan bahwa peristiwa Isra yang disebut dalam surat Al-Isra’ adalah mengabarkan tentang tumbangnya kejayaan Bani Israil. Peristiwa Isra merupakan tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sebuah perjalanan yang menakjubkan dalam ukuran empirik manusia.
Masjid Al-Aqsa yang menjadi ujung perjalanan adalah pusat tanah yang mulia (Asy-Syarif). Tempat yang ditentukan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk Bani Israel, lalu Dia mengusir mereka dari negeri itu karena kemaksiatan yang mereka lakukan.
Surat Al-Isra’ secara umum berisi tentang akhir perjalanan hidup dan kejayaan bangsa Yahudi, juga mengungkapkan hubungan langsung antara tumbangnya kejayaan suatu bangsa dengan maraknya kemaksiatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Hal ini sejalan dengan sunnatullah yang disebutkan pada ayat 16:
وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Q.S. Al-Isra’ : 16)
Imaam Yakhsyallah Mansur, pembina utama Lembaga Kemanusiaan Aqsa Working Group (AWG) menjelaskan, jika kita melihat surat Al-Isra’ dengan metode tafsir analitik, disimpulkan bahwa terdapat dua janji Allah Subhanahu wa Ta’ala
tentang kehancuran bangsa Yahudi ;
1. Kehancuran Pertama
فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدً مَفْعُولًا
“Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.” (Q.S. Al-Isra’ : 5)
Kemaksiatan yang paling besar ialah karena mereka menyembah berhala dan membunuh para nabi. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mendatangkan Raja Nebukadnezar ke Yerusalem lalu dihancurkanlah negeri itu dan “dia merajalela di kampung-kampung” dengan meruntuhkan dan meratakan dengan tanah seluruh bangunannya. Anak-anak dibunuh dan beribu-ribu tawanan dibawa ke Babilonia.
Kehancuran bangsa Yahudi ini terjadi 500 tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah dan sebelum adanya Isra’ dan Mi’raj.
2. Kehancuran Kedua
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (Q.S. Al-Isra’ : 7)
Inilah jaminan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Bani Israil bahwa apabila mereka berbuat baik, maka kebaikan itu akan kembali kepada diri mereka sendiri, dan apabila mereka berbuat jahat maka hasil kejahatan itu akan menimpa diri mereka sendiri.
Sebelumnya, pada ayat keenam disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan berbagai anugerah kepada bangsa Yahudi (Israil) dengan mengembalikan negeri mereka setelah dirampas oleh bangsa Persia ditambah dengan limpahan kekayaan dan memberikan banyak anak laki-laki yang kuat serta pasukan yang tangguh.
Dalam konteks kekinian, menurut Muhammad Ar-Rasyid, ayat ke-6 ini dapat dipahami sebagai berikut:
“Allah memberikan kembali tanah mereka yang kedua kali dari musuhmu.” Berdirinya negara Israel tahun 1948, yaitu setelah mengalahkan musuh-musuhnya (pasukan Arab).
“Membantu dengan harta kekayaan yang melimpah.” Berupa bantuan dari Amerika dan donatur-donatur lainnya.
“Memberikan anak laki-laki yang kuat.” Terbukti bahwa sejak kedatangan Israel ke Palestina, populasi penduduk lebih banyak laki-laki daripada perempuan.
“Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar.” Terbukti pada perang tahun 1948 dan 1967, tentara Israel tiga kali lipat lebih banyak dibanding tentara Arab.
Selanjutnya pada ayat 104, Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:
وَقُلْنَا مِنۢ بَعْدِهِۦ لِبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ ٱسْكُنُوا۟ ٱلْأَرْضَ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ ٱلْءَاخِرَةِ جِئْنَا بِكُمْ لَفِيفًا
“Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil: “Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur (dengan musuhmu)”. (Q.S. Al-Isra : 104)
Ayat ini dapat dipahami setelah kehancuran karena serangan musuh-musuhnya, bangsa Yahudi kemudian bercerai berai (diaspora) ke seluruh penjuru dunia dan kembalinya bangsa Yahudi ke Palestina pada tahun 1948 adalah berasal dari bermacam-macam suku dan ras yang ada di dunia.
Dengan kembali dan berkumpulnya bangsa Yahudi di Palestina saat ini berarti tanda kehancuran mereka yang kedua sudah dekat. Mereka sedang menunggu “orang yang akan menyuramkan muka mereka dan memasuki Masjid Al-Aqsa serta menghancurkan mereka sehancur-hancurnya.”