Iman kepada Malaikat Mencegah Tindak Korupsi, Begini Penjelasannya
loading...
A
A
A
Orang yang beriman semestinya akan mengindari diri dari perbuatan kotor seperti korupsi . Pertama, beriman kepada Allah SWT memiliki urgensitas dan pengaruh kuat dan besar bagi kehidupan manusia, dan bagi penanggulangan korupsi, sebab beriman kepada Allah SWT akan memberikan bekas dan pengaruh dalam perilaku seorang muslim .
Ali Fikri Noor dalam desertasinya berjudul "Penanggulangan Korupsi melalui Pendekatan Teologis Berbasis al-Quran" memaparkan kedua, yakni iman kepada Malaikat . "Pengaruh dari beriman kepada para malaikat adalah ia akan melahirkan sifat istikamah pada diri seorang beriman atas perintah Allah SWT," tulisnya.
Seseorang yang di dalam hatinya merasakan keberadaan para malaikat, dan beriman bahwa mereka itu selalu mencatat dan mengawasinya atas seluruh perilaku, dan ucapannya, para malaikat itu selalu menyaksikan apa saja yang keluar dari pribadi seorang muslim.
Itu sebabnya dipastikan ia akan merasa malu kepada Allah dan malaikat-malaikat-Nya. Dengan begitu orang tersebut tidak akan melanggar perintah-Nya dan bermaksiat kepada-Nya, baik di dalam kesendirian ataupun keramaian.
"Hal ini dikarenakan keimanannya bahwa setiap perilaku dan ucapannya itu akan selalu diawasi, dicatat dan disaksikan oleh-Nya dan oleh malaikat Nya," ujarnya.
Dalil yang melandasi hal ini adalah firman-Nya:
Mā yalfiẓu ming qaulin illā ladaihi raqībun 'atīd
Artinya: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. ( QS Qaf/50 :18).
Pengertian lafaz yang keluar dari mulut seorang manusia, di mana malaikat turut mencatatnya- sebagaimana dituturkan oleh Imam Ibnu Katsir dari riwayat Ibnu Abbas - adalah: “ditulis setiap ucapan yang dibicarakan seseorang dari ucapan kebaikan atau keburukan, sehingga ucapannya itu seperti: “aku telah makan”, “telah minum”, “telah pergi”, “telah datang”, “telah melihat”.
Menurut Ibnu Katsir, juga ditulis oleh malaikat, sampai jika datang hari Kamis, maka diperlihatkan oleh Allah SWT ucapan seseorang manusia dan perbuatannya itu, lalu ditetapkan dari orang tersebut semua yang baik atau yang buruk, dan dibuang yang selainnya.
Selanjutnya, Ibnu Katsir dalam menafsirkan QS ar-Ra'd/13:11 bahwa bagi setiap hamba itu terdapat para malaikat yang bergantian menyertai mereka sebagai penjagaan untuknya di waktu malam dan siang. Mereka memeliharanya dari segala keburukan dan kejadian-kejadian.
Sebagaimana juga terdapat para malaikat lainnya yang bergantian menjaga amalan-amalan baik dan buruk, yaitu para malaikat di malam hari dan para malaikat di siang hari. Dua malaikat di sebelah kanan dan di sebelah kiri, yang keduanya bertugas mencatat amal perbuatan.
Malaikat sebelah kanan mencatat kebaikan dan sebelah kiri mencatat keburukan. Dan terdapat dua malaikat lagi yang bertugas menjaga dan memeliharanya. Satu di belakangnya dan satu di depannya.
Maka setiap anak manusia itu dijaga oleh empat malaikat yang di waktu siang, dan empat malaikat lainnya lagi di waktu malam. Yaitu selain dua malaikat penjaga dan penulis (Rokib dan Atid), seperti yang disebutkan di dalam hadis Sahih:
“Silih bergantian di tengah-tengah kalian malaikat-malaikat di malam hari dan malaikat-malaikat di siang hari, dan mereka berkumpul pada salat Subuh dan Salat Ashar, maka para malaikat yang menginap bersama kalian itu naik kepada-Nya, lalu Allah bertanya dan Dia lebih mengetahui dengan kalian, bagaimana kalian meninggalkan hambahamba Ku?
Mereka berkata: kami menjumpai mereka, dan mereka sedang salat dan kami meninggalkan mereka dan mereka sedang salat”.
Juga hadis: “sesungguhnya bersama kalian adalah orang yang tidak akan meninggalkan kalian kecuali di saat orang itu berada di tempat buang kotoran (toilet) dan berjima, maka itu malulah kalian kepada mereka, dan muliakanlah mereka..."
Ali Fikri Noor dalam desertasinya berjudul "Penanggulangan Korupsi melalui Pendekatan Teologis Berbasis al-Quran" memaparkan kedua, yakni iman kepada Malaikat . "Pengaruh dari beriman kepada para malaikat adalah ia akan melahirkan sifat istikamah pada diri seorang beriman atas perintah Allah SWT," tulisnya.
Seseorang yang di dalam hatinya merasakan keberadaan para malaikat, dan beriman bahwa mereka itu selalu mencatat dan mengawasinya atas seluruh perilaku, dan ucapannya, para malaikat itu selalu menyaksikan apa saja yang keluar dari pribadi seorang muslim.
Itu sebabnya dipastikan ia akan merasa malu kepada Allah dan malaikat-malaikat-Nya. Dengan begitu orang tersebut tidak akan melanggar perintah-Nya dan bermaksiat kepada-Nya, baik di dalam kesendirian ataupun keramaian.
"Hal ini dikarenakan keimanannya bahwa setiap perilaku dan ucapannya itu akan selalu diawasi, dicatat dan disaksikan oleh-Nya dan oleh malaikat Nya," ujarnya.
Dalil yang melandasi hal ini adalah firman-Nya:
مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Mā yalfiẓu ming qaulin illā ladaihi raqībun 'atīd
Artinya: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. ( QS Qaf/50 :18).
Pengertian lafaz yang keluar dari mulut seorang manusia, di mana malaikat turut mencatatnya- sebagaimana dituturkan oleh Imam Ibnu Katsir dari riwayat Ibnu Abbas - adalah: “ditulis setiap ucapan yang dibicarakan seseorang dari ucapan kebaikan atau keburukan, sehingga ucapannya itu seperti: “aku telah makan”, “telah minum”, “telah pergi”, “telah datang”, “telah melihat”.
Menurut Ibnu Katsir, juga ditulis oleh malaikat, sampai jika datang hari Kamis, maka diperlihatkan oleh Allah SWT ucapan seseorang manusia dan perbuatannya itu, lalu ditetapkan dari orang tersebut semua yang baik atau yang buruk, dan dibuang yang selainnya.
Selanjutnya, Ibnu Katsir dalam menafsirkan QS ar-Ra'd/13:11 bahwa bagi setiap hamba itu terdapat para malaikat yang bergantian menyertai mereka sebagai penjagaan untuknya di waktu malam dan siang. Mereka memeliharanya dari segala keburukan dan kejadian-kejadian.
Sebagaimana juga terdapat para malaikat lainnya yang bergantian menjaga amalan-amalan baik dan buruk, yaitu para malaikat di malam hari dan para malaikat di siang hari. Dua malaikat di sebelah kanan dan di sebelah kiri, yang keduanya bertugas mencatat amal perbuatan.
Malaikat sebelah kanan mencatat kebaikan dan sebelah kiri mencatat keburukan. Dan terdapat dua malaikat lagi yang bertugas menjaga dan memeliharanya. Satu di belakangnya dan satu di depannya.
Maka setiap anak manusia itu dijaga oleh empat malaikat yang di waktu siang, dan empat malaikat lainnya lagi di waktu malam. Yaitu selain dua malaikat penjaga dan penulis (Rokib dan Atid), seperti yang disebutkan di dalam hadis Sahih:
“Silih bergantian di tengah-tengah kalian malaikat-malaikat di malam hari dan malaikat-malaikat di siang hari, dan mereka berkumpul pada salat Subuh dan Salat Ashar, maka para malaikat yang menginap bersama kalian itu naik kepada-Nya, lalu Allah bertanya dan Dia lebih mengetahui dengan kalian, bagaimana kalian meninggalkan hambahamba Ku?
Mereka berkata: kami menjumpai mereka, dan mereka sedang salat dan kami meninggalkan mereka dan mereka sedang salat”.
Juga hadis: “sesungguhnya bersama kalian adalah orang yang tidak akan meninggalkan kalian kecuali di saat orang itu berada di tempat buang kotoran (toilet) dan berjima, maka itu malulah kalian kepada mereka, dan muliakanlah mereka..."
(mhy)