Kisah Sa'ad bin Abi Waqqas: Singa yang Masih dengan Cakarnya!
loading...
A
A
A
Sa'ad bin Abi Waqqas juga dikenal sebagai Sa'ad bin Malik. Beliau adalah salah satu dari sahabat Nabi Muhammad . Sa'ad dikatakan menjadi orang ketujuh yang memeluk Islam, yang ia lakukan di usia 17 tahun. Sa'ad terutama dikenal karena kepemimpinannya dalam Pertempuran Al-Qadisiyyah dan kunjungannya ke Tiongkok pada tahun 651.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi " Umar bin Khattab , Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (Pustaka Litera AntarNusa, 2000) menyebut ketika Khalifah Umar menanyakan kepada pembantu-pembantu dekatnya siapa yang akan dipilih memimpin pasukan itu.
Mereka menjawab: "Singa yang masih dengan cakarnya! Sa'd bin Malik!"
Kala itu, Sa'ad mengirim surat kepada khalifah mengabarkan bahwa dirinya sedang memilih 1000 orang kesatria yang berani. Setelah yang hadir mendengar isi surat itu dan Umar menanyakan siapa yang akan dicalonkan memimpin mereka, mereka menjawab: "Orang itu sudah ada!"
"Siapa?" tanya Umar. Mereka menyebut nama tokoh terpandang di Najd itu. Usul mereka disetujui oleh Umar. Ia mengutus orang memanggil Saad yang ketika itu tinggal di Najd, dan dia yang diserahi pimpinan dalam perang dengan Irak.
Pesan yang pertama diberikan kepadanya: "Sa'ad, Sa'ad Banu Wuhaib! Janganlah Anda tertipu dalam menaati perintah Allah karena Anda dikatakan masih paman Rasulullah SAW dan sahabatnya. Allah Yang Mahakuasa tidak akan menghapus kejahatan dengan kejahatan, tetapi Ia menghapus kejahatan dengan kebaikan! Antara Allah dengan siapa pun tak ada hubungan nasab kecuali dengan ketaatan. Apa yang biasa dilakukan Nabi lakukanlah, dan hendaklah Anda sabar dan tabah!"
Umar berpesan demikian karena kedudukan Sa'ad di tengah-tengah kaum Muslimin dan masih kerabat Rasulullah. Dia dari Banu Zuhrah, keluarga paman Nabi dari pihak ibu, dan termasuk Quraisy yang mula-mula masuk Islam, dalam usia 17 tahun.
Untuk itu ia pernah berkata: "Ketika saya masuk Islam Allah belum mewajibkan salat." Dan katanya lagi: "Belum ada laki-laki yang sudah masuk Islam sebelum saya selain orang yang bersamaan dengan saya masuk Islam pada hari yang sama ketika saya masuk Islam. Suatu hari pernah saya merasakan bahwa saya adalah sepertiga Islam."
Aisyah putrinya melukiskannya dengan mengatakan: "Ayahku berperawakan gemuk pendek, jari-jarinya tebal, kasar dan berbulu, menggunakan cat hitam."
Sa'ad orang kaya dan hidup senang, mengenakan pakaian sutera dan cincin emas. Karenanya hadis tentang wasiat dihubungkan kepadanya. Di masa mudanya ketika di Makkah ia pernah jatuh sakit hingga hampir mati.
Suatu hari Rasulullah menengoknya dan ia berkata kepadanya: "Rasulullah, harta saya banyak dan tak ada orang yang akan mewarisinya selain anak saya perempuan. Bolehkah saya mewasiatkan dengan sepertiganya?" Kata Rasulullah: Tidak. Kata Sa'ad: Separuhnya? Tidak, kata Rasulullah lagi. Sepertiganya? tanya Sa'ad lebih lanjut. Ketika itu Rasulullah berkata: "Sepertiga, sepertiga itu banyak. Lebih baik Anda membiarkan ahli waris itu kaya daripada membiarkan mereka menjadi beban dan meminta-minta kepada orang."
Di samping sifat-sifatnya demikian itu Sa'ad adalah kesatria dan pahlawan pemberani. Ia termasuk pemanah yang terbilang dari sahabat-sahabat Rasulullah. Dia ikut terjun dalam beberapa peperangan di Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiah, Khaibar, dalam pembebasan Makkah dan dengan semua ekspedisi bersama Rasulullah.
Dalam pembebasan Makkah dia yang membawa salah satu dari tiga bendera Muhajirin. Dalam Perang Uhud, ketika orang banyak yang berlarian, ia tetap bertahan bersama Rasulullah.
Dia melindungi Rasulullah demikian rupa sehingga Rasulullah berkata: "Sa'ad, lepaskan (anak panahmu). Kupertaruhkan ibu-bapaku untukmu!"
Dia adalah orang pertama yang melepaskan anak panah dalam Islam tatkala ia berangkat dalam satuan Ubaidah bin al-Haris ke suatu tempat mata air di Hijaz di Wadi Rabig. Ia bertemu dengan rombongan Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb. Lalu mereka menarik diri tanpa terjadi bentrokan senjata selain panah yang dilepaskan Sa'ad.
Itu sebabnya ia berkata: "Saya orang pertama di kalangan Arab yang melepaskan anak panah di jalan Allah."
Begitu itulah sifatnya. Tidak heran jika ia menjadi singa yang masih dengan cakarnya, dan secara aklamasi semua orang setuju ia diangkat menjadi komandan pasukan yang akan diberangkatkan ke Irak untuk menghadapi suatu situasi yang paling kritis yang pernah dihadapi pasukan Muslimin.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" yang diterjemahkan Ali Audah menjadi " Umar bin Khattab , Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (Pustaka Litera AntarNusa, 2000) menyebut ketika Khalifah Umar menanyakan kepada pembantu-pembantu dekatnya siapa yang akan dipilih memimpin pasukan itu.
Mereka menjawab: "Singa yang masih dengan cakarnya! Sa'd bin Malik!"
Kala itu, Sa'ad mengirim surat kepada khalifah mengabarkan bahwa dirinya sedang memilih 1000 orang kesatria yang berani. Setelah yang hadir mendengar isi surat itu dan Umar menanyakan siapa yang akan dicalonkan memimpin mereka, mereka menjawab: "Orang itu sudah ada!"
"Siapa?" tanya Umar. Mereka menyebut nama tokoh terpandang di Najd itu. Usul mereka disetujui oleh Umar. Ia mengutus orang memanggil Saad yang ketika itu tinggal di Najd, dan dia yang diserahi pimpinan dalam perang dengan Irak.
Pesan yang pertama diberikan kepadanya: "Sa'ad, Sa'ad Banu Wuhaib! Janganlah Anda tertipu dalam menaati perintah Allah karena Anda dikatakan masih paman Rasulullah SAW dan sahabatnya. Allah Yang Mahakuasa tidak akan menghapus kejahatan dengan kejahatan, tetapi Ia menghapus kejahatan dengan kebaikan! Antara Allah dengan siapa pun tak ada hubungan nasab kecuali dengan ketaatan. Apa yang biasa dilakukan Nabi lakukanlah, dan hendaklah Anda sabar dan tabah!"
Umar berpesan demikian karena kedudukan Sa'ad di tengah-tengah kaum Muslimin dan masih kerabat Rasulullah. Dia dari Banu Zuhrah, keluarga paman Nabi dari pihak ibu, dan termasuk Quraisy yang mula-mula masuk Islam, dalam usia 17 tahun.
Untuk itu ia pernah berkata: "Ketika saya masuk Islam Allah belum mewajibkan salat." Dan katanya lagi: "Belum ada laki-laki yang sudah masuk Islam sebelum saya selain orang yang bersamaan dengan saya masuk Islam pada hari yang sama ketika saya masuk Islam. Suatu hari pernah saya merasakan bahwa saya adalah sepertiga Islam."
Aisyah putrinya melukiskannya dengan mengatakan: "Ayahku berperawakan gemuk pendek, jari-jarinya tebal, kasar dan berbulu, menggunakan cat hitam."
Sa'ad orang kaya dan hidup senang, mengenakan pakaian sutera dan cincin emas. Karenanya hadis tentang wasiat dihubungkan kepadanya. Di masa mudanya ketika di Makkah ia pernah jatuh sakit hingga hampir mati.
Suatu hari Rasulullah menengoknya dan ia berkata kepadanya: "Rasulullah, harta saya banyak dan tak ada orang yang akan mewarisinya selain anak saya perempuan. Bolehkah saya mewasiatkan dengan sepertiganya?" Kata Rasulullah: Tidak. Kata Sa'ad: Separuhnya? Tidak, kata Rasulullah lagi. Sepertiganya? tanya Sa'ad lebih lanjut. Ketika itu Rasulullah berkata: "Sepertiga, sepertiga itu banyak. Lebih baik Anda membiarkan ahli waris itu kaya daripada membiarkan mereka menjadi beban dan meminta-minta kepada orang."
Di samping sifat-sifatnya demikian itu Sa'ad adalah kesatria dan pahlawan pemberani. Ia termasuk pemanah yang terbilang dari sahabat-sahabat Rasulullah. Dia ikut terjun dalam beberapa peperangan di Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiah, Khaibar, dalam pembebasan Makkah dan dengan semua ekspedisi bersama Rasulullah.
Dalam pembebasan Makkah dia yang membawa salah satu dari tiga bendera Muhajirin. Dalam Perang Uhud, ketika orang banyak yang berlarian, ia tetap bertahan bersama Rasulullah.
Dia melindungi Rasulullah demikian rupa sehingga Rasulullah berkata: "Sa'ad, lepaskan (anak panahmu). Kupertaruhkan ibu-bapaku untukmu!"
Dia adalah orang pertama yang melepaskan anak panah dalam Islam tatkala ia berangkat dalam satuan Ubaidah bin al-Haris ke suatu tempat mata air di Hijaz di Wadi Rabig. Ia bertemu dengan rombongan Quraisy di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb. Lalu mereka menarik diri tanpa terjadi bentrokan senjata selain panah yang dilepaskan Sa'ad.
Itu sebabnya ia berkata: "Saya orang pertama di kalangan Arab yang melepaskan anak panah di jalan Allah."
Begitu itulah sifatnya. Tidak heran jika ia menjadi singa yang masih dengan cakarnya, dan secara aklamasi semua orang setuju ia diangkat menjadi komandan pasukan yang akan diberangkatkan ke Irak untuk menghadapi suatu situasi yang paling kritis yang pernah dihadapi pasukan Muslimin.