3 Contoh Khotbah Hari Raya Idulfitri 2024 yang Penuh Arti

Selasa, 09 April 2024 - 14:21 WIB
loading...
3 Contoh Khotbah Hari Raya Idulfitri 2024 yang Penuh Arti
Khotbah Hari Raya Idulfitri 2024 yang dibacakan setelah Salat Id selalu mengandung banyak pesan dan nilai yang dapat dipetik oleh setiap muslim dalam rangka meningkatkan ketaqwaan. Foto ilustrasi/SINDOnews
A A A
Khotbah Hari Raya Idulfitri 2024 yang dibacakan setelah Salat Ied selalu mengandung banyak pesan dan nilai yang dapat dipetik oleh setiap muslim dalam rangka meningkatkan ketakwaan.

Setelah menunaikan salat sunnah Idulfitri, umat Islam memang tidak diperkenankan untuk langsung beranjak dari tempatnya karena rangkaian salat belumlah selesai. Terdapat khutbah yang harus didengarkan terlebih dahulu setelah sholat ied.

Umumnya khotbah Hari Raya Idulfitri ini mengangkat tema tentang hari kemenangan dan hari yang dinanti-nanti. Sebagai referensi berikut ini contoh khutbah Hari Raya Idulfitri 2024.

3 Contoh Khotbah Hari Raya Idulfitri 2024

اَللهُ أكبر ×9 لا الهَ الا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد،الله أكبر، هذَا الْيَوْمُ يَوْمُ الْعِيْدِ، جَعَلَ اللهُ الْعَوْدَ وَالصُّعُوْدَ إِلَى مَرْضَاتِ اللهِ الْمَحْبُوْبِ. اللهُ أكبر، اَلَّذِىْ قَدْ أَوْجَبَ فِيْهِ لِعِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ زَكَاةَ الْفِطْرِ تَزْكِيَّةً لِلنَّفْسِ وَتَنْمِيَةً لِعَمَلِهَا الْمَرْغُوْبِ. اَللهُ أكبر. الَّذِىْ جَعَلَ يَوْمَ عِيْدِ الْفِطْرِ ضِيَافَةً لِعِبَادِهِ وَسُرُوْرًا لَهُمْ بِجِهَادِ أَنْفُسِهِمْ وَقْتَ الصِّيَامِ الْمَغْلُوْبِ. أَحَلَّ اللهُ الطَّعَامَ وَحَرَّمَ الصِّيَامَ الْمَسْلُوْبَ.

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ قُلُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بَهْجَةً وَسُرُوْرًا بِاتِّبَاعِ النَّبِيِّ الْمُرْسَلِ تَبْشِيْرًا وَتَنْذِيْرًا. وَدَاعِيًا إِلَى اللهِ سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إلَهَ إِلَّا اللهُ الَّذِىْ جَعَلَ الْجَنَّةَ ضِيَافَةَ الْكُبْرَى وَلَهُ الْآمِرُ بِالتَّوْبَةِ الصَّادِقَةِ بَاطِنًا وَظَاهِرًا. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْآمِرُ لِأُمَّتِهِ عَنِ التَّحَافُظِ قَبِيْحًا وَزُوْرًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ الَّذِيْنَ كَانُوْا لِبَعْضِهِمْ ظَهِيْرًا. اَمَّا بَعْدُ :
اُوْصِيْنِىْ نَفْسِيْ وَاِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى وَقَدْ خَابَ مَنْ طَغَى. اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ


اَللهُ أكبر ولله الحمد, اَللهُ أكبر, اَللهُ أكبر.

1. Makna Kemenangan

Mengawali khutbah di hari yang bahagia ini, khatib senantiasa mengajak kita untuk selalu mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah. Kita dapat berkumpul dan datang berbondong-bondong, berkumpul di tempat ibadah ini, semua merupakan nikmat Allah yang wajib disyukuri.

Bulan Ramadan, selain disebut bulan pengampunan dan ladang amal serta pahala bagi yang kita yang melaksanakan ibadah di dalamnya, juga juga merupakan bulan pendidikan bagi kita umat. Ia juga merupakan bulan pendidikan atau disebut Madrasah ramadhan.

Dalam madrasah Ramadan, kita tidak hanya dididik dididik untuk memperbaiki hubungan dengan Allah Ta’ala. Tapi juga dilatih untuk memperbaiki hubungan dengan sesama manusia dan bahkan sesama makhluk dialam dunia.

Pada hari ini, di hari raya ini, kita semestinya merayakan kemenangan sebagai orang-orang yang berhasil melewati berbagai rintangan selama menjalani pendidikan di madrasah Ramadan. Kita rayakan keberhasilan dalam menundukkan hawa nafsu. Kita rayakan kesuksesan dalam mengalahkan tipu daya setan. Kita rayakan kemenangan karena telah melewati Ramadan dengan berbagai ibadah dan kebaikan. Di hari raya ini, kita juga semestinya merayakan kelulusan dari madrasah Ramadhan dengan meraih predikat sebagai orang-orang yang bertakwa.

Perlu kita ingat dan pahami dan pertanyakan juga sebaliknya, jika keluar dari madrasah Ramadan kita belum menjadi pribadi yang bertakwa, belum berhasil menundukkan hawa nafsu dan masih kalah dengan tipu daya setan, pantaskah di hari yang fitri ini kita merayakan kemenangan? Layakkah kita berhari raya pada hari? Sejatinya pula, apa yang kita rayakan pada hari raya ini jika kita belum benar-benar menjadi orang-orang yang bertakwa?

Ramadan tiada lain adalah salah satu madrasah yang menempa diri kita menjadi pribadi yang lebih baik. Yaitu pribadi yang memenuhi hak Allah dan hak sesama hamba. Pribadi yang melakukan kewajiban kepada sesama hamba dan kewajiban kepada Allah subhanahu wa Ta’ala.

Ketika menjalani pendidikan dan pelatihan di madrasah Ramadan, kita ditempa untuk menerima berbagai pelajaran. Di antaranya, takwa, ikhlas, sabar, mujahadah, menjaga lisan, mengendalikan amarah, serta mengokohkan tali silaturahmi dan silaturahim.

Itulah beberapa poin di antara sekian banyak pelajaran dari madrasah Ramadan. Jika seluruh pelajaran itu sudah berhasil kita terapkan di bulan Ramadhan, marilah kita mempertahankannya setelah kita meninggalkan Ramadan.

Demikian khutbah Idulfitri pada pagi hari yang penuh keberkahan ini. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kemampuan dan kekuatan untuk mengamalkan berbagai pelajaran dari madrasah Ramadan dalam kehidupan kita sehari-hari.

2. Persaudaraan di Idulfitri

Setelah sebulan lamanya kita berpuasa, maka sekarang tiba-lah masanya kita tumpahkan rasa senang dan rasa haru. Kita ungkapkan sepenuh hati rasa gembira dan rasa syahdu, sembari mengagungkan Nama Allah Azza wa Jalla. “Allahu Akbar x 3 wa lillahil hamd”.

Betapa huranya kita, sebab Allah SWT telah menciptakan bulan Ramadan khusus untuk kita, umatnya Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya ada 1 malam, yakni malam Lailatul Qadar, yang lebih utama daripada 1.000 bulan. Satu kali melakukan ibadah fardhu, maka pahalanya seperti mengerjakan 70 ibadah fardhu. Kita melakukan ibadah sunnah-pun dicatat pahalanya seperti mengerjakan ibadah fardhu.

Dalam sebuah hadits dinyatakan:

يا أيُّها النَّاسُ قد أظلَّكم شهرٌ عظيمٌ ، شهرٌ فيهِ لَيلةٌ خَيرٌ من ألفِ شهرٍ ، جعلَ اللَّهُ صيامَهُ فريضةً ، وقيامَ لَيلِهِ تطَوُّعًا ، ومَن تقرَّبَ فيهِ بخَصلةٍ منَ الخيرِكانَ كمَن أدَّى فريضةً فيما سِواهُ ، ومَن أدَّى فريضةً كانَ كمَن أدَّى سبعينَ فريضةً فيما سِواهُ


Saudaraku, kaum muslimin dan muslimat! Wajar saja kalau kita punya rasa haru dan syahdu. Kita yang bergelimang doa ini, oleh Allah SWT masih diberikan kesempatan langka untuk menghirup dan bernafas di bulan yang suci. Sekalipun sepenuh hati kita mengakui, bahwa kita belum bisa memanfaatkan waktu siang dan malam bulan Ramadan secara maksimal.

Kita bermunajat untuk mengetuk bilik-bilik rahmat-Nya Allah SWT. Pada hari Sabtu tanggal 1 Syawal 1444 Hijriyah ini, kita rayakan lebaran bersama-sama penuh suka cita dengan mengumandangkan takbir: “Allohu Akbar x3 wa lillahil hamd”.

Selain kita bertekad untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah Yang Maha Pencipta, pada momen Idulfitri kali ini, kita selayaknya juga memperbagus hubungan saudara, pertalian kerabat, dan interaksi sosial bermasyarakat. Dalam ajaran Islam telah diatur bahwa menjalin hubungan baik “Hablum minannas” sama pentingnya dengan “Hablum minallah”

Sebagai manusia yang tak luput dari salah dan alpa, baik kesalahan kita disengaja maupun tidak disengaja. Baik kepada keluarga, saudara, tetangga, maupun teman dan kerabat. Marilah kita perbaiki dengan bermaaf-maafan. Allah SWT telah berfirman dalam Surat An-Nuur ayat 22:

وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ


“…Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Pada prinsipnya dengan merayakan Idulfitri, kita bersama-sama diajarkan untuk kembali kepada jati diri manusia. Kita ini makhluk yang sangat lemah, sehingga kita membutuhkan Allah Swt untuk bersandar di mana saja dan kapan saja.

Sebagai makhluk sosial, kita juga sangat butuh kerjasama dan bantuan sesama manusia, khususnya orang-orang terdekat kita. Marilah kita lapangkan dada kita agar kita semua menjadi golongan orang-orang yang kembali fitri dan menjadi orang-orang yang hidupnya bahagia.

3. Hakikat Kemenangan

Segala puji milik Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan kita kenikmatan jasmani maupun rohani, berupa kesehatan fisik, kemantapan iman dan Islam, serta keberkahan hidup, sehingga kita dapat melaksanakan shalat Idulfitri pada April 2024 ini dengan keadaan penuh ketenangan, ketentraman dan rasa aman.

Tepat pada hari ini, 1 Syawal, kita semua merayakan Hari Raya Idulfitri, hari kemenangan dan hari yang suci bagi hamba-hamba Allah yang telah berjuang selama satu bulan penuh, dengan berpuasa di siang hari dan memperbanyak ibadah di malam hari.

Kemenangan tersebut bukan diraih dengan biasa-biasa saja, melainkan dengan susah payah dan penuh pengorbanan, seperti menahan makan, minum dan syahwat di siang hari, kemudian memperbanyak tadarus Al-Qur’an, tarawih, tahajud, hajat dan witir di malam hari. Serta menghindari segala sesuatu yang sia-sia dan tidak berguna seperti nggibah, nanimah, fitnah dan sebagainya.

Idulfitri merupakan hari di mana seharusnya kita semua telah mencapai kematangan spiritual, baik berupa hubungan kita kepada Allah maupun hubungan kita kepada sesama manusia dan alam sekitar. Selama sebulan penuh kita telah ditempa dan dididik di madrasah bernama Ramadan.

Dari penempaan Ramadan tersebut dengan berbagai ritual keagamaan, maka akan menjadikan umat Muslim menjadi hamba yang bertakwa, karena sesungguhnya puncak dari puasa Ramadan adalah menjadikan manusia yang sempurna dengan takwanya. Terkait hal ini, Allah swt telah menegaskan dalam firman-Nya, surat Al-Baqarah ayat 183:

يٰٓـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الصِّيَامُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِکُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُوۡنَ


Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al-Baqarah: 183).

Ketika Ramadan telah usai, kita seyogyanya tetap istiqomah dengan amalan-amalan baiknya, dan meninggalkan maksiat seperti ketika di bulan tersebut. Seperti tidak makan dan minum dari sesuatu yang haram dan tetap bangun malam untuk melaksanakan ibadah shalat sunnah lainnya.

Selain itu, kita juga harus khawatir, jangan-jangan sesuatu yang kita anggap kemenangan selama Ramadan justru amal kita tidak diterima oleh Allah swt. Maka dengan itu seharusnya kita tetap istiqomah beribadah dan berbaik sangka dengan Allah SWT. Karena dengan mempertahankan ibadah setelah Ramadan bisa menjadi penyempurna dari Ramadan tersebut.

Salah satu amalan yang baik dan wajib kita teruskan di bulan-bulan selanjutnya adalah rasa empati yang tinggi kepada orang lain, ikut merasakan lapar bagi orang yang kelaparan. Dan menyedekahkan harta semampunya kepada orang-orang yang membutuhkan, sebagaimana kita mengeluarkan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Dengan rasa seperti ini kita akan merasakan nasib saudara-saudara kita yang hidupnya berkekurangan harta. Untuk mencari sesuap nasi saja harus memeras keringat di bawah sengatan terik matahari, bahkan ada yang harus bekerja sepanjang malam.

Barangkali lapar dan haus yang kita rasakan akan berakhir di waktu maghrib tiba, tetapi saudara kita yang hidup dengan ekonomi sangat rendah boleh jadi merasakan lapar sepanjang hayat masih dikandung badan. Bahkan untuk makan esok harinya saja masih bingung harus mencari kemana lagi.

Di hari raya ini, maka terimalah saudara-saudara kita yang datang ke rumah, berilah mereka perjamuan makanan dan minuman yang enak dan lezat. Salurkan zakat yang kita keluarkan kepada orang yang benar-benar berhak dan sangat membutuhkan.

Demikianlah khutbah hari raya ini, semoga bisa menjadi evaluasi ibadah kita selama bulan Ramadan dan juga bisa menjadikan kita untuk istiqomah tetap memperbanyak ibadah dan amal kebajikan di bulan-bulan selain Ramadhan.

Itulah sejumlah khutbah Hari Raya Idulfitri 2024 yang dapat dijadikan referensi. Dari beberapa contoh tersebut umat muslim dapat memetik banyak hikmah dan pelajaran untuk dijadikan modal dalam meningkatkan ketaqwaan pada Allah SWT.



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1956 seconds (0.1#10.140)