Kisah Abdullah bin Mubarak, Ulama yang Batal Berangkat Haji demi Sedekah ke Keluarga Miskin

Jum'at, 10 Mei 2024 - 14:11 WIB
loading...
Kisah Abdullah bin Mubarak, Ulama yang Batal Berangkat Haji demi Sedekah ke Keluarga Miskin
Kisah Abdullah bin Mubarak sosok ulama yang batalkan berangkat haji demi sedekah ke keluarga miskin ini, banyak hikmah dan pelajaran bagi kaum muslim. Foto ilustrasi/SINDOnews
A A A
Kisah Abdullah bin Mubarak sosok ulama yang batal berangkat haji demi sedekah ke keluarga miskin ini, banyak hikmah dan pelajaran bagi kaum muslim. Siapa sebenarnya Abdullah bin Mubarak ini dan bagaimana kisah lengkapnya?

Kisah ini ada dalam kitab An-Nawadir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi. Abdullah bin Mubarak sendiri merupakan seorang ulama besar yang terkenal dengan ahli fiqih dan hadis. Ia lahir di Marwa pada 118 H dan wafat pada 181 H saat kembali dari medan perang. Semasa hidupnya, ia adalah ulama terkemuka pada masanya.

Alkisah, suatu ketika seorang ulama zuhud Abdullah bin Mubarak berangkat menuju Makkah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima, yakni haji . Ketika Abdullah bin Mubarak sampai di kota Kufah, perjalanannya terhenti beberapa saat hingga batal menunaikan ibadah haji tahun tersebut.

Hal yang membuat Abdullah bin Mubarak menghentikan perjalanannya adalah kondisi miris seorang perempuan di kota Kufah yang terpaksa mengonsumsi bangkai itik. Perempuan itu mengajak juga anak-anaknya memakan bangkai itik sebagai santapan keluarga.

Abdullah bin Mubarak sempat menegur perempuan itu beberapa kali bahwa konsumsi semacam itu haram menurut agama Islam. Nasihat ini gagal, hingga Abdullah bin Mubarak terkejut dengan kenyataan bahwa keluarga tersebut memakan bangkai karena alasan keterpaksaan.

Ternyata, perempuan dan beberapa anaknya sudah tiga hari tidak mendapat makanan. Untuk mempertahankan hidup, satu keluarga miskin tersebut menelan apa saja yang bisa dimakan.

Hati Abdullah bin Mubarak menangis, kemudian menyedekahkan keledai tunggangannya, beserta barang-barang bawaannya, termasuk makanan dan pakaian bekal dia melaksanakan ibadah haji kepada perempuan dan anak-anaknya yang kelaparan.

Akibatnya, Abdullah bin Mubarak kini tidak memiliki bekal untuk melanjutkan perjalannya ke Tanah Suci. Perjalanannya tertunda beberapa lama di kota Kufah sampai musim haji lewat dan Abdullah bin Mubarak gagal melaksanakan haji tahun tersebut.

Ketika pulang ke kampung halaman, alangkah kagetnya Abdullah bin Mubarak karena mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat sebagai orang yang baru datang dari ibadah haji.

Abdullah bin Mubarak pun protes campur malu, dan berterus terang bahwa kali ini ia gagal pergi ke Tanah Suci.

"Sungguh aku tidak menunaikan haji tahun ini," kata Abdullah bin Mubarak meyakinkan orang-orang yang menyambutnya.

Namun, teman-temannya yang berhaji menyampaikan testimoni yang membuat Abdullah bin Mubarak semakin bingung. Mereka mengaku berada di Makkah dan membantu teman-temannya itu membawakan bekal, memberi minum, atau membelikan sejumlah barang.

Setelah peristiwa yang membingungkan itu, Abdullah bin Mubarak pada malam harinya mendapat jawaban melalui mimpi.

Dalam tidurnya, Abdullah bin Mubarak mendengar suara, "Hai Abdullah, Allah telah menerima amal sedekahmu dan mengutus malaikat menyerupai sosokmu, menggantikanmu menunaikan ibadah haji."

Apa yang dilakukan ulama sufi tersebut adalah prioritas dalam beribadah. Haji adalah ibadah, sedekah juga merupakan ibadah. Namun, Abdullah bin Mubarak mendahulukan yang kedua karena sedekahnya sangat dibutuhkan.

Abdullah bin Mubarak tidak sedang meremehkan ibadah haji. Ia hanya mendahulukan apa yang seharusnya didahulukan.

Abdullah bin Mubarak sedang mengatasi masalah yang sangat mendesak, yakni menyangkut kebutuhan dasar orang lain, dengan menunda ibadah haji tahun itu. Sebab haji yang tertunda masih mungkin dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya. Perbuatan ini selaras pula dengan kaidah fiqih.

المُتَعَدِّيْ أَفْضَلُ مِنَ القَاصِرِ


“Ibadah sosial lebih utama ketimbang ibadah individual.”

Kaidah ini tidak berbicara tentang mana yang penting dan mana yang tidak penting
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1706 seconds (0.1#10.140)