10 Paus yang Menyerukan Perang Salib: Shalahuddin Al Ayyubi Bebaskan Baitul Maqdis
loading...
A
A
A
Pasukan Salib akhirnya menuju ke Konstantinopel terlibat konflik internal di kerajaan tersebut. Perang Salib IV tidak menghasilkan apa-apa mengenai pembebasan Yerusalem namun membuat Kerajaaan Byzantium menjadi terpecah menjadi dua.
5. Paus Honorius III menyerukan Perang Salib V.
Seruan Paus Honorius III dijawab dengan positif dari raja-raja di Eropa Barat. Hampir semua raja-raja di Eropa Barat yang beraliran Katolik mengikuti Perang Salib V. Perintah dari Honorius cukup jelas yaitu merebut Yerusalem yang ditaklukkan Shalahuddin tahun 1187. Kenyataanya Pasukan Salib menyerang Mesir pada Perang Salib V.
6. Paus Gregory IX adalah Paus pada masa Perang Salib VI.
Paus Gregory IX menjadi Paus menggantikan Paus Honorius III. Perang Salib VI tidak terjadi karena perjanjian damai disepakati oleh Frederick II dengan Sultan al-Kamil pada tahun 1229.
Perjanjian tersebut menyepakati bahwa Yerusalem diberikan kepada Pasukan Salib selama 15 tahun dan diberikan kepada Dinasti Ayyubiah pada tahun 1244. Walaupun tidak terjadi perang, kehadiran Frederick II dengan pasukannya di Timur Tengah juga atas izin Paus Gregoy IX sebagai pemimpin tertinggi Kristen Katolik.
7. Paus Inosentius IV.
Ia menjadi Paus ketika Perang Salib VII yang dipimpin oleh Louis IX pada tahun 1248-1254. Paus Inosentius menyerukan Perang Salib VII dan memutuskan Louis IX sebagai pemimpinnya pada tahun 1245 di Konsili Lyon.
Seruan Paus Inosentius IV tidak ditanggapi dengan baik oleh kerajaan-kerajaan lain di Eropa karena bertentangan dengan perjanjian penyerahan Yerusalem pada tahun 1244. Oleh sebab itu Perang Salib VII hanya diikuti Pasukan Salib dari Perancis.
8. Perang Salib VIII gagal karena kematian Louis IX di Tunis.
Pada tahun 1268-1271, jabatan Paus di Roma kosong karena konflik antar kardinal dalam pemilihan Paus. Jadi Perang Salib VIII murni gagasan dari Louis IX ketika Kepausan di Roma sedang mempunyai masalah internal.
9. Perang Salib IX merupakan lanjutan dari Perang Salib VIII.
Pasukan Salib yang telah berada di Tunis bergerak menuju Yerusalem setelah kematian Louis IX. Pada tahun yang sama yaitu 1271, Paus bari telah terpilih yaitu Paus Gregory X.
Melanjutkan perjuangan Louis IX merupakan tujuan Perang Salib IX. Jadi Paus Gregory IX juga tidak pernah menyerukan Perang Salib.
10. Perang Salib X lebih diwarnai kepentingan perdagangan daripada kepentingan Kekristenan apalagi gagasan dalam merebut Yerusalem. Republik Genoa dan Kerajaan Siprus menyerbu Alexandria, kota pelabuhan Dinasti Mamlukiah. Pertempuran Alexandria tersebut terjadi pada tahun 1365 dan Paus Ubanus V tidak mempunyai hubungan politik dengan hal tersebut karena tidak pernah menyerukan menyerang Dinasti Mamlukiah.
Jati Pamungkas mengatakan dari data-data tersebut dapat diketahui bahwa Perang Salib yang melibatkan peran Paus di Roma adalah Perang Salib I hingga Perang Salib VII.
Perang Salib VIII dan IX tidak ada perintah Paus karena Kepausan di Roma mengalami konflik internal. Perang Salib X merupakan gagasan Republik Venesia dan Kerajaan Siprus tanpa melibatkan Paus Urbanus V.
5. Paus Honorius III menyerukan Perang Salib V.
Seruan Paus Honorius III dijawab dengan positif dari raja-raja di Eropa Barat. Hampir semua raja-raja di Eropa Barat yang beraliran Katolik mengikuti Perang Salib V. Perintah dari Honorius cukup jelas yaitu merebut Yerusalem yang ditaklukkan Shalahuddin tahun 1187. Kenyataanya Pasukan Salib menyerang Mesir pada Perang Salib V.
6. Paus Gregory IX adalah Paus pada masa Perang Salib VI.
Paus Gregory IX menjadi Paus menggantikan Paus Honorius III. Perang Salib VI tidak terjadi karena perjanjian damai disepakati oleh Frederick II dengan Sultan al-Kamil pada tahun 1229.
Perjanjian tersebut menyepakati bahwa Yerusalem diberikan kepada Pasukan Salib selama 15 tahun dan diberikan kepada Dinasti Ayyubiah pada tahun 1244. Walaupun tidak terjadi perang, kehadiran Frederick II dengan pasukannya di Timur Tengah juga atas izin Paus Gregoy IX sebagai pemimpin tertinggi Kristen Katolik.
7. Paus Inosentius IV.
Ia menjadi Paus ketika Perang Salib VII yang dipimpin oleh Louis IX pada tahun 1248-1254. Paus Inosentius menyerukan Perang Salib VII dan memutuskan Louis IX sebagai pemimpinnya pada tahun 1245 di Konsili Lyon.
Seruan Paus Inosentius IV tidak ditanggapi dengan baik oleh kerajaan-kerajaan lain di Eropa karena bertentangan dengan perjanjian penyerahan Yerusalem pada tahun 1244. Oleh sebab itu Perang Salib VII hanya diikuti Pasukan Salib dari Perancis.
8. Perang Salib VIII gagal karena kematian Louis IX di Tunis.
Pada tahun 1268-1271, jabatan Paus di Roma kosong karena konflik antar kardinal dalam pemilihan Paus. Jadi Perang Salib VIII murni gagasan dari Louis IX ketika Kepausan di Roma sedang mempunyai masalah internal.
9. Perang Salib IX merupakan lanjutan dari Perang Salib VIII.
Pasukan Salib yang telah berada di Tunis bergerak menuju Yerusalem setelah kematian Louis IX. Pada tahun yang sama yaitu 1271, Paus bari telah terpilih yaitu Paus Gregory X.
Melanjutkan perjuangan Louis IX merupakan tujuan Perang Salib IX. Jadi Paus Gregory IX juga tidak pernah menyerukan Perang Salib.
10. Perang Salib X lebih diwarnai kepentingan perdagangan daripada kepentingan Kekristenan apalagi gagasan dalam merebut Yerusalem. Republik Genoa dan Kerajaan Siprus menyerbu Alexandria, kota pelabuhan Dinasti Mamlukiah. Pertempuran Alexandria tersebut terjadi pada tahun 1365 dan Paus Ubanus V tidak mempunyai hubungan politik dengan hal tersebut karena tidak pernah menyerukan menyerang Dinasti Mamlukiah.
Jati Pamungkas mengatakan dari data-data tersebut dapat diketahui bahwa Perang Salib yang melibatkan peran Paus di Roma adalah Perang Salib I hingga Perang Salib VII.
Perang Salib VIII dan IX tidak ada perintah Paus karena Kepausan di Roma mengalami konflik internal. Perang Salib X merupakan gagasan Republik Venesia dan Kerajaan Siprus tanpa melibatkan Paus Urbanus V.