Teguran-Teguran Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
loading...
A
A
A
Di dalam al-Quran tersirat bahwaapa yang diperoleh oleh Nabi Muhammad SAW melebihi apa yang diperoleh oleh Nabi Musa as maupun nabi lainnya. Namun, itu bukan berarti bahwa Nabi Muhammad SAW dimanjakan oleh Allah, sehingga beliau tidak akan ditegur apabila melakukan sesuatu yang kurang wajar sebagai manusia pilihan.
Prof Dr Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran,Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" menyebutkandari Al-Quran ditemukan sekian banyak teguran-teguran Allah kepada beliau, dari yang sangat tegas hingga yang lemah lembut
Perhatikan teguran firman Allah ketika beliau memberi izin kepada beberapa orang munafik untuk tidak ikut berperang. "Allah telah memaafkan kamu. Mengapa engkau mengizinkan mereka? (Seharusnya izin itu engkau berikan) setelah terbukti bagimu siapa yang berbohong dalam alasannya, dan siapa pula yang berkata benar ( QS Al-Taubah [9] : 43)
Menurut Quraish, dalam ayat tersebut Allah mendahulukan penegasan bahwa beliau telah dimaafkan, baru kemudian disebutkan "kekeliruannya."
Teguran keras baru akan diberikan kepada beliau terhadap ucapan yang mengesankan bahwa beliau mengetahui secara pasti orang yang diampuni Allah, dan yang akan disiksa-Nya, maupun ketika beliau merasa dapat menetapkan siapa yang berhak disiksa.
"Engkau tidak mempunyai sedikit urusan pun. (Apakah) Allah menerima tobat mereka atau menyiksa mereka ( QS Ali 'Imran [3] : 128).
Perhatikan teguran Allah dalam surat 'Abasa ayat 1-2 kepada Nabi Muhammad SAW, yang tidak mau melayani orang buta yang datang meminta untuk belajar pada saat Nabi Saw. sedang melakukan pembicaraan dengan tokoh-tokoh kaum musyrik di Makkah: "Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya..."
Teguran ini dikemukakan dengan rangkaian sepuluh ayat, dan diakhiri dengan: "Sekali-kali jangan (demikian). Sesungguhnya ajaran-ajaran Allah adalah suatu peringatan" ( QS 'Abasa [80] : 11).
Nabi berpaling dan sekadar bermuka masam ketika seseorang mengganggu konsentrasi dan pembicaraan serius pada saat rapat; hakikatnya dapat dinilai sudah sangat baik bila dikerjakan oleh manusia biasa. Namun karena Muhammad Saw. adalah manusia pilihan, sikap dernikian itu dinilai kurang tepat, yang dalam istilah Al-Quran disebut zanb (dosa).
Dalam hal ini ulama memperkenalkan kaidah: Hasanat al-abrar, sayyiat al-muqarrabin, yang berarti "kebajikan-kebajikan yang dilakukan oleh orang-orang baik, (dapat dinilai sebagai) dosa (bila diperbuat oleh) orang-orang yang dekat kepada Tuhan."
Prof Dr Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "Wawasan Al-Quran,Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" menyebutkandari Al-Quran ditemukan sekian banyak teguran-teguran Allah kepada beliau, dari yang sangat tegas hingga yang lemah lembut
Perhatikan teguran firman Allah ketika beliau memberi izin kepada beberapa orang munafik untuk tidak ikut berperang. "Allah telah memaafkan kamu. Mengapa engkau mengizinkan mereka? (Seharusnya izin itu engkau berikan) setelah terbukti bagimu siapa yang berbohong dalam alasannya, dan siapa pula yang berkata benar ( QS Al-Taubah [9] : 43)
Menurut Quraish, dalam ayat tersebut Allah mendahulukan penegasan bahwa beliau telah dimaafkan, baru kemudian disebutkan "kekeliruannya."
Teguran keras baru akan diberikan kepada beliau terhadap ucapan yang mengesankan bahwa beliau mengetahui secara pasti orang yang diampuni Allah, dan yang akan disiksa-Nya, maupun ketika beliau merasa dapat menetapkan siapa yang berhak disiksa.
"Engkau tidak mempunyai sedikit urusan pun. (Apakah) Allah menerima tobat mereka atau menyiksa mereka ( QS Ali 'Imran [3] : 128).
Perhatikan teguran Allah dalam surat 'Abasa ayat 1-2 kepada Nabi Muhammad SAW, yang tidak mau melayani orang buta yang datang meminta untuk belajar pada saat Nabi Saw. sedang melakukan pembicaraan dengan tokoh-tokoh kaum musyrik di Makkah: "Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya..."
Teguran ini dikemukakan dengan rangkaian sepuluh ayat, dan diakhiri dengan: "Sekali-kali jangan (demikian). Sesungguhnya ajaran-ajaran Allah adalah suatu peringatan" ( QS 'Abasa [80] : 11).
Nabi berpaling dan sekadar bermuka masam ketika seseorang mengganggu konsentrasi dan pembicaraan serius pada saat rapat; hakikatnya dapat dinilai sudah sangat baik bila dikerjakan oleh manusia biasa. Namun karena Muhammad Saw. adalah manusia pilihan, sikap dernikian itu dinilai kurang tepat, yang dalam istilah Al-Quran disebut zanb (dosa).
Dalam hal ini ulama memperkenalkan kaidah: Hasanat al-abrar, sayyiat al-muqarrabin, yang berarti "kebajikan-kebajikan yang dilakukan oleh orang-orang baik, (dapat dinilai sebagai) dosa (bila diperbuat oleh) orang-orang yang dekat kepada Tuhan."
(mhy)