5 Dampak Penurunan Kesehatan Raja Salman bagi Masa Depan Arab Saudi
loading...
A
A
A
Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud , raja Arab Saudi sejak 2015, kembali lagi menjalani perawatan medis setelah didiagnosis mengalami radang paru-paru. Menurut pernyataan resmi dari Istana Kerajaan Arab Saudi yang dilansir Saudi Press Agency (SPA), juga melaporkan bahwa Raja Salman telah menjalani serangkaian tes kesehatan pada Minggu, 6 Oktober 2024 lalu.
Beberapa tahun terakhir, Raja Salman yang berusia 88 tahun menghadapi berbagai masalah kesehatan, terakhir menjalani operasi kandung empedu pada tahun 2020 dan kondisi serupa dalam perawatan pada Mei 2024.
Sejak 2017, MBS telah mengambil alih banyak tugas kepemimpinan setelah Raja Salman mengeluarkan dekrit kerajaan yang memungkinkan Putra Mahkota untuk menggantikannya dalam mengawasi pemerintahan.
Dekrit memberi wewenang bagi anggota tertua dari keluarga Al Saud untuk memimpin rapat kabinet jika baik Raja Salman maupun MBS tidak dapat hadir. MBS, yang juga merupakan arsitek dari program reformasi Visi 2030, telah memainkan peran sentral dalam kebijakan dalam dan luar negeri Arab Saudi.
Dengan mempromosikan pembangunan sektor non-minyak, Arab Saudi berupaya untuk menciptakan masa depan ekonomi yang lebih stabil dan tahan terhadap fluktuasi harga minyak global. Di bawah arahan MBS, berbagai sektor seperti pariwisata, teknologi, dan hiburan mulai berkembang.
Dengan kesehatan Raja Salman yang menurun, masyarakat Saudi semakin melihat MBS sebagai pemimpin yang akan menentukan nasib kerajaan di masa mendatang.
Di sisi lain, MBS juga terlibat dalam upaya diplomasi yang lebih modern, seperti menjalin hubungan dengan Israel dan menggalang kerjasama ekonomi dengan negara-negara Barat, yang mencerminkan perubahan kebijakan di bawah pemerintahannya.
Sebagai salah satu negara penghasil minyak terbesar, Arab Saudi memiliki peran krusial dalam menjaga keseimbangan pasar energi dunia. Kesehatan Raja Salman, dan transisi kekuasaan yang lebih lanjut ke MBS, diperkirakan akan mempengaruhi kebijakan minyak negara ini, baik dalam kerangka OPEC maupun hubungan bilateral dengan negara-negara produsen minyak lainnya.
MBS, yang dikenal dengan gaya kepemimpinan yang kuat dan kadang kontroversial, harus mampu menjaga keseimbangan antara modernisasi dan menjaga tradisi kerajaan yang sudah lama berlangsung. Dukungan dari keluarga kerajaan, khususnya dari faksi konservatif, serta dari masyarakat luas, akan menjadi faktor kunci dalam menentukan keberhasilan transisi ini.
Perkembangan kesehatan Raja Salman dan dinamika politik internal serta hubungan internasional akan menjadi faktor penentu arah masa depan kerajaan ini, baik dari segi stabilitas politik, ekonomi, maupun pengaruhnya di kawasan Timur Tengah dan dunia.MG/Patrick Daniel H.)
Baca juga: 4 Raja Arab Saudi dengan Masa Jabatan Terlama, Ada yang Sampai 23 Tahun
Beberapa tahun terakhir, Raja Salman yang berusia 88 tahun menghadapi berbagai masalah kesehatan, terakhir menjalani operasi kandung empedu pada tahun 2020 dan kondisi serupa dalam perawatan pada Mei 2024.
Dampak Kesehatan Raja Salman bagi Kondisi Kerajaan Arab Saudi:
1. Kesehatan Raja Salman terhadap Kepemimpinan Arab Saudi
Kesehatan Raja Salman yang menurun semakin menegaskan peran sentral Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), yang secara de facto telah memimpin kerajaan dalam beberapa tahun terakhir. MBS, yang diangkat sebagai Putra Mahkota pada 2017 setelah Raja Salman menggantikan Mohammed bin Nayef, telah mengambil alih banyak tugas kenegaraan, terutama dalam urusan kebijakan ekonomi dan luar negeri.Sejak 2017, MBS telah mengambil alih banyak tugas kepemimpinan setelah Raja Salman mengeluarkan dekrit kerajaan yang memungkinkan Putra Mahkota untuk menggantikannya dalam mengawasi pemerintahan.
Dekrit memberi wewenang bagi anggota tertua dari keluarga Al Saud untuk memimpin rapat kabinet jika baik Raja Salman maupun MBS tidak dapat hadir. MBS, yang juga merupakan arsitek dari program reformasi Visi 2030, telah memainkan peran sentral dalam kebijakan dalam dan luar negeri Arab Saudi.
2. Dampak masa depan Kebijakan Dalam Negeri Arab Saudi
Seiring dengan menurunnya kesehatan Raja Salman, peran MBS dalam menentukan arah kebijakan domestik dan internasional menjadi semakin dominan. Program Vision 2030, yang dirancang untuk mendiversifikasi perekonomian Saudi, merupakan fokus utama pemerintahan MBS.Dengan mempromosikan pembangunan sektor non-minyak, Arab Saudi berupaya untuk menciptakan masa depan ekonomi yang lebih stabil dan tahan terhadap fluktuasi harga minyak global. Di bawah arahan MBS, berbagai sektor seperti pariwisata, teknologi, dan hiburan mulai berkembang.
Dengan kesehatan Raja Salman yang menurun, masyarakat Saudi semakin melihat MBS sebagai pemimpin yang akan menentukan nasib kerajaan di masa mendatang.
3. Dampak bagi Masa Depan Kebijakan Internasional Arab Saudi
Di tingkat internasional, kesehatan Raja Salman juga berpengaruh pada dinamika hubungan Arab Saudi dengan negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat, Iran, dan negara-negara Teluk. Di bawah MBS, kebijakan luar negeri Saudi menjadi lebih aktif dan terkadang lebih konfrontatif, terutama dalam menghadapi Iran di Timur Tengah dan keterlibatan kerajaan dalam konflik Yaman.Di sisi lain, MBS juga terlibat dalam upaya diplomasi yang lebih modern, seperti menjalin hubungan dengan Israel dan menggalang kerjasama ekonomi dengan negara-negara Barat, yang mencerminkan perubahan kebijakan di bawah pemerintahannya.
Sebagai salah satu negara penghasil minyak terbesar, Arab Saudi memiliki peran krusial dalam menjaga keseimbangan pasar energi dunia. Kesehatan Raja Salman, dan transisi kekuasaan yang lebih lanjut ke MBS, diperkirakan akan mempengaruhi kebijakan minyak negara ini, baik dalam kerangka OPEC maupun hubungan bilateral dengan negara-negara produsen minyak lainnya.
4. Kebijakan yang Lebih Tegas, Stabilitas Internal Arab Saudi di Tangan MBS
Meskipun Putra Mahkota Mohammed bin Salman secara efektif telah mengendalikan kebijakan Saudi, spekulasi mengenai suksesi formal tetap menjadi topik yang penting, terutama di kalangan keluarga kerajaan dan elite politik. Stabilitas internal Arab Saudi bergantung pada transisi kekuasaan yang mulus, dan meskipun MBS sudah dikenal sebagai pemimpin de facto, pengumuman formal mengenai penyerahan kekuasaan dari Raja Salman akan menjadi momen penting dalam sejarah kerajaan.MBS, yang dikenal dengan gaya kepemimpinan yang kuat dan kadang kontroversial, harus mampu menjaga keseimbangan antara modernisasi dan menjaga tradisi kerajaan yang sudah lama berlangsung. Dukungan dari keluarga kerajaan, khususnya dari faksi konservatif, serta dari masyarakat luas, akan menjadi faktor kunci dalam menentukan keberhasilan transisi ini.
5. Arah Masa Depan Arab Saudi, Tantangan dan Peluang Menunggu
Kesehatan Raja Salman yang menurun memberikan sinyal bahwa transisi penuh kepemimpinan ke tangan Putra Mahkota Mohammed bin Salman semakin dekat. Dengan peran dominan MBS dalam pemerintahan dan reformasi ambisius yang ia dorong melalui Visi 2030, Arab Saudi tengah berada di persimpangan penting dalam sejarahnya.Perkembangan kesehatan Raja Salman dan dinamika politik internal serta hubungan internasional akan menjadi faktor penentu arah masa depan kerajaan ini, baik dari segi stabilitas politik, ekonomi, maupun pengaruhnya di kawasan Timur Tengah dan dunia.MG/Patrick Daniel H.)
Baca juga: 4 Raja Arab Saudi dengan Masa Jabatan Terlama, Ada yang Sampai 23 Tahun
(wid)