Hukum Tajwid Surat Luqman Ayat 6-10, Lengkap dengan Penjelasan dan Cara Membacanya
loading...
A
A
A
Surat Luqman adalah surat ke-31 di dalam Al-Qur'an yang memuat nasihat berharga mengenai pilihan hidup manusia serta peringatan untuk mengenali kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Pada ayat keenam hingga kesepuluh, Allah memperingatkan manusia tentang bahaya melalaikan peringatan-peringatan-Nya dengan menyibukkan diri pada hal-hal yang sia-sia dan tidak membawa manfaat. Orang-orang yang lebih senang mendengar kisah-kisah kosong dan hiburan yang menjauhkan mereka dari agama, disebut akan menghadapi azab yang pedih di akhirat. Allah mencela mereka yang bersikap sombong dan berpaling ketika ayat-ayat-Nya dibacakan, seolah-olah telinga mereka tersumbat.
Sebaliknya, Allah menjanjikan surga yang penuh kenikmatan bagi mereka yang beriman, yang menjauhi perbuatan tercela, dan yang menjalankan amal-amal saleh sebagai wujud ketulusan kepada Allah. Ayat-ayat ini juga menampilkan tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan alam semesta, seperti langit yang kokoh tanpa tiang, gunung-gunung sebagai pasak yang menstabilkan bumi, binatang yang beraneka ragam, serta hujan yang membawa kehidupan bagi makhluk-makhluk-Nya.
Melalui ayat-ayat Al Qur'an ini, Allah mengajarkan bahwa kehidupan yang mengikuti petunjuk-Nya membawa kedamaian dan ketenangan bagi setiap muslim, sementara aturan-aturan agama yang diciptakan-Nya adalah bukti cinta dan kebijaksanaan, dimaksudkan untuk memudahkan manusia mencapai kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.
Wa minan-nâsi may yasytarî lahwal-ḫadîtsi liyudlilla ‘an sabîlillâhi bighairi ‘ilmiw wa yattakhidzahâ huzuwâ, ulâ'ika lahum ‘adzâbum muhîn
Artinya: Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan percakapan kosong untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.
Wa idzâ tutlâ ‘alaihi âyâtunâ wallâ mustakbirang ka'al lam yasma‘hâ ka'anna fî udzunaihi waqrâ, fa basysyir-hu bi‘adzâbin alîm
Artinya: Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya, maka gembirakanlah dia dengan azab yang pedih.
Innalladzîna âmanu wa ‘amilush-shâliḫâti lahum jannâtun na‘îm
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat surga-surga yang penuh kenikmatan,
Khâlidîna fîhâ, wa‘dallâhi ḫaqqâ, wa huwal-‘azîzul-ḫakîm
Artinya: mereka kekal di dalamnya, sebagai janji Allah yang benar. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
Khalaqas-samâwâti bighairi ‘amadin taraunahâ wa alqâ fil-ardli rawâsiya an tamîda bikum wa batstsa fîhâ ming kulli dâbbah, wa anzalnâ minas-samâ'i mâ'an fa ambatnâ fîhâ ming kulli zaujing karîm
Artinya : Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
1. Alif lam syamsiyah, terdapat alif lam menghadapi huruf nun bertasydid, sehingga saat dibaca huruf lam-nya diabaikan atau tidak dibaca.
2. Ghunnah, terdapat nun bertasydid. Dibaca dengung serta ditahan 2-3 harakat sebelum menyebut jelas huruf nun-nya.
3. Mad thabi’i, terdapat alif mati setelah huruf bertanda fathah, sehingga dibaca 1 alif atau setara dengan 2 harakat.
1. Idgham bighunnah, terdapat nun mati yang berhadapan dengan huruf ya, maka nun mati dileburkan dengan huruf ya dan ditahan 2 harakat. Jadi dibaca Mayyasytarii.
2. Mad thabi’i, terdapat ya mati setelah kasrah, sehingga dibaca 1 alif atau setara dengan 2 harakat.
1. Alif lam Qomariyah, terdapat alif lam yang bertemu huruf ha bertanda sukun, sehingga huruf lam tetap dibaca dengan jelas.
2. Mad thabi’i, terjadi karena ada huruf ya mati setelah kasrah. Dibaca panjang selama 2 harakat.
1. Ikhfa, terdapat nun mati yang bertemu huruf sin, maka bunyi huruf nun-nya dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
2. Mad thabi’i, terjadi karena ada huruf ya mati setelah kasrah. Dibaca panjang selama 2 harakat.
3. Tarqiq (tipis), terdapat lam jalalah didahului harakat kasrah, sehingga dibaca tipis.
1. Idgham bighunnah, terdapat tanwin bertemu dengan huruf wau, maka huruf mim bertanwin dileburkan ke wau seolah-olah tidak dibaca dan sambil didengungkan sekitar 2 harakat.
2. Mad thabi’i, terdapat Alif mati setelah fathah. Dibaca panjang selama 2 harakat.
3. Mad ‘Iwadl, terdapat tanwin fathah (an) di akhir kalimat dibaca waqaf. Cara membacanya sama seperti mad Thabi’i yaitu huzuwaa. Panjang mad ‘iwadl adalah 1 alif atau 2 harakat.
1. Mad Wajib Muttashil, terdapat mad ashli yang menghadapi Hamzah dalam 1 kata, sehingga dibaca panjang selama 5 harakat atau 2 alif setengah.
1. Idzhar syafawi, Terjadi karena mim mati bertemu dengan huruf ‘Ain. Dalam idzhar syafawi, huruf mim dibaca jelas tanpa dengung.
2. Mad thabi’i, terdapat alif mati setelah fathah pada kata "عَذَابٌ". Huruf alif ini dibaca panjang 1 alif atau 2 harakat.
3. Idgham bighunnah, terdapat tanwin dhommah bertemu dengan huruf mim, maka tanwin dhommah dileburkan dengan huruf mim, dibaca dengan dengung selama 2 harakat.
4. Mad ‘Aridl Lissukun, Terjadi karena setelah mad thabi’i, terdapat huruf hidup (di sini huruf Mim pada "مُّهِينٌ") sebelum waqaf. Bacaan mad ‘aridl lissukun ini dapat dipanjangkan antara 2 hingga 6 harakat saat waqaf.
1. Mad Badal, terjadi karena Hamzah bertemu dengan huruf mad, yaitu alif dengan fathah yang berdiri. Panjang bacaan mad badal adalah 1 alif atau 2 harakat.
2. Mad Ashli, terjadi karena terdapat fathah berdiri (selain alif) di awal kata dan alif mati setelah fathah. Bacaan mad ashli ini juga dipanjangkan menjadi 1 alif atau 2 harakat.
1. Ikhfa, sebab tanwin fathah pada kata "مُسْتَكْبِرًا" bertemu dengan huruf Kaf. Dalam ikhfa, bunyi tanwin dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
2. Idgham Bila Ghunnah, terdapat nun mati pada kata "كَأَنْ" bertemu dengan huruf Lam pada kata "لَّمْ". Dalam idgham bila ghunnah, bunyi nun dileburkan dengan huruf Lam seolah-olah huruf N di nun mati tidak dibaca tanpa didengungkan, serta ditahan sekitar 1-2 harakat.
3. Idhar syafawi, terdapat mim mati pada kata "يَسْمَعْهَا" bertemu dengan huruf Sin. Dalam idzhar syafawi, huruf Mim dibaca jelas tanpa dengung.
4. Mad Thabi’i, terdapat alif mati setelah fathah pada kata "يَسْمَعْهَا". Bacaan mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
Ghunnah, terdapat nun bertasydid. Dibaca dengung serta ditahan 2-3 harakat sebelum menyebut jelas huruf nun-nya.
1. Mad jaiz munfashil, terdapat mad thabi’i yang diikuti oleh hamzah pada kata yang berbeda. Panjang bacaan mad jaiz munfashil ini dapat dipanjangkan antara 2 hingga 5 harakat.
2. Huruf lin, terjadi karena huruf ya yang mati setelah fathah pada kata "اُذُنَيْهِ". Dalam hal ini, huruf Ya dibaca dengan suara lembut.
1. Qalqalah sughra (qalqalah kecil), Terjadi karena ada huruf Qaf yang bertanda sukun asli. Dalam alqalah sughra, suara huruf Qaf dibaca dengan getaran ringan saat waqaf.
2. Mad ‘Iwadl, terjadi karena alif pada tanwin fathah di akhir kata. Ketika dibaca waqaf, tanwin ini diubah menjadi bacaan alif panjang, sehingga dibaca seperti mad thabi’i.
1. Mad thabi’i, terdapat alif mati setelah fathah pada kata "بِعَذَابٍ". Bacaan mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau dua harakat.
2. Idzhar Halqi, terjadi ketika tanwin kasrah pada kata "عَذَابٍ" bertemu dengan huruf ‘Ain. Dalam idzhar halqi, bunyi tanwin dibaca dengan jelas tanpa dengung.
3. Mad ‘aridl lissukun, terjadi karena mad thabi’i pada kata "أَلِيمٍ" diikuti oleh huruf hidup dan kemudian dibaca waqaf. Bacaan mad ‘aridl lissukun ini dapat dipanjangkan antara 2 hingga 6 harakat saat waqaf.
1. Ghunnah, terdapat nun bertasydid. Dibaca dengung serta ditahan 2-3 harakat sebelum menyebut jelas huruf nun-nya.
2. Mad thabi’i, terdapat ya mati setelah huruf bertanda fathah, sehingga dibaca 1 alif atau setara dengan 2 harakat.
1. Mad Badal, Terjadi karena Hamzah bertemu dengan huruf mad (yaitu alif yang dibaca panjang). Bacaan mad badal ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
2. Mad Thabi’i, terdapat wau mati setelah dhommah. Bacaan mad thabi’i ini juga dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
Alif lam syamsiyah, alif lam pada kata "الصَّالِحَاتِ" bertemu dengan huruf shad. Dalam alif lam syamsiyah, huruf lam tidak dibaca, sehingga huruf shad dibaca jelas.
Mad ashli, terjadi pada kata "عَمِلُوا" karena ada fathah berdiri. Dalam hal ini, mad ashli dibaca panjang 1 alif atau 2 harakat.
1. Idzhar syafawi, terdapat mim mati pada kata "لَهُمْ" bertemu dengan huruf jim pada kata "جَنَّاتُ". Dalam idzhar syafawi, huruf mim dibaca jelas tanpa dengung.
2. Ghunnah, terjadi pada huruf nun yang ditasydid pada kata "جَنَّاتُ". Dibaca dengung serta ditahan 2-3 harakat sebelum menyebut jelas huruf nun-nya.
3. Mad ashli, terdapat fathah berdiri pada kata "النَّعِيمِ". Mad ashli ini dibaca panjang 1 alif atau 2 harakat.
4. Alif lam syamsiyah, terdapat alif lam yang bertemu dengan huruf nun pada kata "النَّعِيمِ", sehingga huruf lam tidak dibaca dan huruf nun dibaca jelas.
5. Mad aridl lissukun, terjadi pada kata "النَّعِيمِ" setelah mad thabi’i yang diikuti oleh huruf hidup, kemudian dibaca waqaf. Bacaan mad ‘aridl lissukun ini dapat dipanjangkan antara 2 hingga 6 harakat saat waqaf.
1. Mad thabi’i, terjadi karena terdapat fathah berdiri pada kata "خَالِدِينَ". Selain itu, ada juga Ya yang mati setelah kasrah dalam "خَالِدِينَ" dan Alif yang mati setelah fathah pada kata "فِيْهَا". Bacaan mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat di setiap kondisi tersebut.
1. Tafkhim (Tebal), terjadi pada lam jalalah (اللّٰهِ) yang didahului oleh harakat fathah. Dalam hal ini, suara Lam dibaca tebal.
2. Mad ‘Iwadl, terjadi pada kata "حَقًّا" karena alif pada tanwin fathah di akhir kata tersebut dibaca waqaf. Ketika dibaca waqaf, tanwin ini diubah menjadi bacaan panjang seperti mad thabi’i.
3. Idgham Bighunnah, Jika kalimat ini disambung (wasal), hukum tajwidnya berubah menjadi idgham bighunnah. Ini terjadi karena ada tanwin yang bertemu dengan wau pada "حَقًّا".
4. Alif lam qomariyah, terjadi pada kata "الْعَزِيزُ" dan "الْحَكِيمُ" ketika alif lam bertemu dengan huruf ‘ain dan Ha. Dalam alif lam qomariyah, huruf lam dibaca jelas.
5. Mad Thabi’i, terdapat huruf ya yang mati pada kata "الْعَزِيزُ" setelah harakat kasrah. Bacaan mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
6. Mad ‘aridl lissukun, terjadi pada kata "الْحَكِيمُ" setelah mad thabi’i yang diikuti oleh huruf hidup dan kemudian dibaca waqaf. Bacaan mad ‘aridl lissukun ini dapat dipanjangkan antara 2 hingga 6 harakat saat waqaf.
1. Alif lam syamsiyah, terdapat alif lam yang bertemu dengan huruf sin. Dalam alif lam syamsiyah, huruf lam tidak dibaca, sehingga huruf sin dibaca jelas.
2. Mad Ashli, terjadi pada kata "خَلَقَ" karena ada fathah berdiri. Mad ashli ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
1. Huruf lin, terjadi pada kata "بِغَيْرِ" dan "عَمَدٍ" karena huruf ya dan wau mati setelah fathah. Dalam hal ini, huruf-huruf tersebut dibaca dengan suara lembut.
2. Ikhfa, terjadi pada kata "عَمَدٍ" karena tanwin kasrah bertemu dengan huruf ta pada kata "تَرَوْنَهَا". Dalam ikhfa, bunyi tanwin dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
3. Mad thabi’i, terjadi pada kata "عَمَدٍ" karena ada alif yang mati setelah fathah. Mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
1. Mad ashli, terjadi pada kata "وَأَلْقَى" karena ada fathah berdiri. Mad ashli ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
2. Alif lam qomariyah, terdapat alif lam bertemu dengan huruf Hamzah pada kata "الْأَرْضِ". Dalam alif lam qomariyah, huruf lam dibaca jelas.
1. Mad thabi’i, ada alif mati setelah fathah dan ya mati setelah harakat kasrah. Mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
2. Ikhfa, terjadi pada kata "أَنْ" karena Nun mati bertemu dengan huruf ta. Dalam ikhfa, huruf nun-nya dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
1. Idzhar syafawi, terdapat pada kata "بِكُمْ" karena Mim mati bertemu dengan huruf Wawu pada kata "وَبَثَّ". Dalam idzhar syafawi, huruf Mim dibaca jelas tanpa dengung.
2. Mad thabi’i, terdapat pada kata "بَثَّ" dan "فِيْهَا"
Pada "بَثَّ", ada ya yang mati setelah harakat kasrah.
Pada "فِيْهَا", terdapat alif yang mati setelah harakat fathah. Mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
1. Ikhfa, pada kata "مِنْ" karena nun mati bertemu dengan huruf kaf pada kata. Dalam ikhfa, huruf nun-nya dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
2. Mad lazim mutsaqqal kilmi, terjadi pada kata "دَآبَّةٍ" karena mad thabi’i bertemu dengan huruf yang bertasydid. Panjang Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi ini adalah 6 harakat. Cara membaca Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi ini adalah dengan memanjangkan huruf Dal selama 6 harakat, kemudian melanjutkan dengan menggabungkannya ke huruf Ba yang bertasydid.
1. Ikhfa, terdapat nun mati bertemu dengan huruf za dalam kata. Dalam ikhfa, huruf nun-nya dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
2. Mad thabi’i, terjadi karena ada alif mati setelah harakat fathah pada kata. Mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
1. Alif lam syamsiyah, terdapat alif lam bertemu dengan huruf sin. Dalam alif lam syamsiyah, huruf lam tidak dibaca, sehingga suara sin dibaca jelas.
2. Mad wajib muttashil, terjadi pada kata "السَّمَاءِ" karena ada mad thabi’i yang bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kata. Dalam mad wajib muttashil, bacaan ini harus dipanjangkan menjadi 4-5 harakat.
1. Mad wajib muttashil, terjadi pada kata "مَآءً" karena mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kata. Dalam mad wajib muttashil, bacaan ini harus dipanjangkan menjadi 4-5 harakat.
2. Ikhfa, terjadi pada kata "فَأَنْبَتْنَا" karena tanwin fathah pada "مَآءً" bertemu dengan huruf fa. Dalam ikhfa, suara tanwin-nya dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
3. Iqlab (Mengganti), karena Nun mati bertemu dengan huruf Ba. Dalam iqlab, bunyi Nun atau tanwin diganti menjadi bunyi Mim dalam pengucapan.
4. Mad thabi’i, terjadi pada kata "فِيْهَا" karena ada alif mati setelah harakat fathah dan ya mati setelah harakat kasrah. Mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
1. Ikhfa, terdapat nun mati bertemu dengan tanwin kasrah. Dalam ikhfa, huruf nun-nya dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
2. Mad ‘aridl lissukun, terjadi pada kata "كَرِيْمٍ" karena mad thabi’i (yaitu Alif mati setelah fathah) menghadapi huruf hidup (huruf Mim). Dalam hukum mad ‘aridl lissukun, bacaan ini dipanjangkan antara 2-6 harakat saat dibaca waqaf.
Itulah penjelasan tentang hukum tajwid surat Luqman ayat 6 sampai 10 yang perlu dipahami oleh setiap muslim. Semoga artikel ini dapat membantu dan memberikan pencerahan.MG/Nabila Yasmin
Baca juga: Khasiat Surah Luqman, Salah Satunya Menghentikan Pendarahan
Lihat Juga: Denny Sumargo Fasih Bacakan Surat Al Fatihah dan Al Ikhlas, Netizen: Tinggal Nunggu Login
Pada ayat keenam hingga kesepuluh, Allah memperingatkan manusia tentang bahaya melalaikan peringatan-peringatan-Nya dengan menyibukkan diri pada hal-hal yang sia-sia dan tidak membawa manfaat. Orang-orang yang lebih senang mendengar kisah-kisah kosong dan hiburan yang menjauhkan mereka dari agama, disebut akan menghadapi azab yang pedih di akhirat. Allah mencela mereka yang bersikap sombong dan berpaling ketika ayat-ayat-Nya dibacakan, seolah-olah telinga mereka tersumbat.
Sebaliknya, Allah menjanjikan surga yang penuh kenikmatan bagi mereka yang beriman, yang menjauhi perbuatan tercela, dan yang menjalankan amal-amal saleh sebagai wujud ketulusan kepada Allah. Ayat-ayat ini juga menampilkan tanda-tanda kebesaran Allah dalam penciptaan alam semesta, seperti langit yang kokoh tanpa tiang, gunung-gunung sebagai pasak yang menstabilkan bumi, binatang yang beraneka ragam, serta hujan yang membawa kehidupan bagi makhluk-makhluk-Nya.
Melalui ayat-ayat Al Qur'an ini, Allah mengajarkan bahwa kehidupan yang mengikuti petunjuk-Nya membawa kedamaian dan ketenangan bagi setiap muslim, sementara aturan-aturan agama yang diciptakan-Nya adalah bukti cinta dan kebijaksanaan, dimaksudkan untuk memudahkan manusia mencapai kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.
Surat Luqman Ayat 6-10
وَمِنَ النَّاسِ مَنۡ يَّشۡتَرِىۡ لَهۡوَ الۡحَدِيۡثِ لِيُضِلَّ عَنۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٍۖ وَّيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ؕ اُولٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ مُّهِيۡنٌ
Wa minan-nâsi may yasytarî lahwal-ḫadîtsi liyudlilla ‘an sabîlillâhi bighairi ‘ilmiw wa yattakhidzahâ huzuwâ, ulâ'ika lahum ‘adzâbum muhîn
Artinya: Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan percakapan kosong untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.
وَاِذَا تُتۡلٰى عَلَيۡهِ اٰيٰتُنَا وَلّٰى مُسۡتَكۡبِرًا كَاَنۡ لَّمۡ يَسۡمَعۡهَا كَاَنَّ فِىۡۤ اُذُنَيۡهِ وَقۡرًاۚ
فَبَشِّرۡهُ بِعَذَابٍ اَلِيۡمٍ
فَبَشِّرۡهُ بِعَذَابٍ اَلِيۡمٍ
Wa idzâ tutlâ ‘alaihi âyâtunâ wallâ mustakbirang ka'al lam yasma‘hâ ka'anna fî udzunaihi waqrâ, fa basysyir-hu bi‘adzâbin alîm
Artinya: Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya, maka gembirakanlah dia dengan azab yang pedih.
اِنَّ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا وَعَمِلُوۡا الصّٰلِحٰتِ لَهُمۡ جَنّٰتُ النَّعِيۡمِۙ
Innalladzîna âmanu wa ‘amilush-shâliḫâti lahum jannâtun na‘îm
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat surga-surga yang penuh kenikmatan,
خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا ؕ وَعۡدَ اللّٰهِ حَقًّا ؕ وَهُوَ الۡعَزِيۡزُ الۡحَكِيۡمُ
Khâlidîna fîhâ, wa‘dallâhi ḫaqqâ, wa huwal-‘azîzul-ḫakîm
Artinya: mereka kekal di dalamnya, sebagai janji Allah yang benar. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
خَلَقَ السَّمٰوٰتِ بِغَيۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَهَا وَاَ لۡقٰى فِى الۡاَرۡضِ رَوَاسِىَ اَنۡ تَمِيۡدَ بِكُمۡ وَبَثَّ فِيۡهَا مِنۡ كُلِّ دَآ بَّةٍ ؕ وَاَنۡزَلۡنَا مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَنۡۢبَتۡنَا فِيۡهَا مِنۡ كُلِّ زَوۡجٍ كَرِيۡمٍ
Khalaqas-samâwâti bighairi ‘amadin taraunahâ wa alqâ fil-ardli rawâsiya an tamîda bikum wa batstsa fîhâ ming kulli dâbbah, wa anzalnâ minas-samâ'i mâ'an fa ambatnâ fîhâ ming kulli zaujing karîm
Artinya : Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
Hukum Tajwid Surat Luqman Ayat 6-10
Tajwid Ayat 6
وَمِنَ النَّاسِ
1. Alif lam syamsiyah, terdapat alif lam menghadapi huruf nun bertasydid, sehingga saat dibaca huruf lam-nya diabaikan atau tidak dibaca.
2. Ghunnah, terdapat nun bertasydid. Dibaca dengung serta ditahan 2-3 harakat sebelum menyebut jelas huruf nun-nya.
3. Mad thabi’i, terdapat alif mati setelah huruf bertanda fathah, sehingga dibaca 1 alif atau setara dengan 2 harakat.
مَنۡ يَّشۡتَرِىۡ
1. Idgham bighunnah, terdapat nun mati yang berhadapan dengan huruf ya, maka nun mati dileburkan dengan huruf ya dan ditahan 2 harakat. Jadi dibaca Mayyasytarii.
2. Mad thabi’i, terdapat ya mati setelah kasrah, sehingga dibaca 1 alif atau setara dengan 2 harakat.
لَهۡوَ الۡحَدِيۡثِ
1. Alif lam Qomariyah, terdapat alif lam yang bertemu huruf ha bertanda sukun, sehingga huruf lam tetap dibaca dengan jelas.
2. Mad thabi’i, terjadi karena ada huruf ya mati setelah kasrah. Dibaca panjang selama 2 harakat.
لِيُضِلَّ عَنۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ
1. Ikhfa, terdapat nun mati yang bertemu huruf sin, maka bunyi huruf nun-nya dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
2. Mad thabi’i, terjadi karena ada huruf ya mati setelah kasrah. Dibaca panjang selama 2 harakat.
3. Tarqiq (tipis), terdapat lam jalalah didahului harakat kasrah, sehingga dibaca tipis.
عِلۡمٍۖ وَّيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۗ
1. Idgham bighunnah, terdapat tanwin bertemu dengan huruf wau, maka huruf mim bertanwin dileburkan ke wau seolah-olah tidak dibaca dan sambil didengungkan sekitar 2 harakat.
2. Mad thabi’i, terdapat Alif mati setelah fathah. Dibaca panjang selama 2 harakat.
3. Mad ‘Iwadl, terdapat tanwin fathah (an) di akhir kalimat dibaca waqaf. Cara membacanya sama seperti mad Thabi’i yaitu huzuwaa. Panjang mad ‘iwadl adalah 1 alif atau 2 harakat.
اُولٰٓٮِٕكَ
1. Mad Wajib Muttashil, terdapat mad ashli yang menghadapi Hamzah dalam 1 kata, sehingga dibaca panjang selama 5 harakat atau 2 alif setengah.
اُولٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ مُّهِيۡنٌ
1. Idzhar syafawi, Terjadi karena mim mati bertemu dengan huruf ‘Ain. Dalam idzhar syafawi, huruf mim dibaca jelas tanpa dengung.
2. Mad thabi’i, terdapat alif mati setelah fathah pada kata "عَذَابٌ". Huruf alif ini dibaca panjang 1 alif atau 2 harakat.
3. Idgham bighunnah, terdapat tanwin dhommah bertemu dengan huruf mim, maka tanwin dhommah dileburkan dengan huruf mim, dibaca dengan dengung selama 2 harakat.
4. Mad ‘Aridl Lissukun, Terjadi karena setelah mad thabi’i, terdapat huruf hidup (di sini huruf Mim pada "مُّهِينٌ") sebelum waqaf. Bacaan mad ‘aridl lissukun ini dapat dipanjangkan antara 2 hingga 6 harakat saat waqaf.
Tajwid Ayat 7
اٰيٰتُنَا وَلّٰى
1. Mad Badal, terjadi karena Hamzah bertemu dengan huruf mad, yaitu alif dengan fathah yang berdiri. Panjang bacaan mad badal adalah 1 alif atau 2 harakat.
2. Mad Ashli, terjadi karena terdapat fathah berdiri (selain alif) di awal kata dan alif mati setelah fathah. Bacaan mad ashli ini juga dipanjangkan menjadi 1 alif atau 2 harakat.
مُسۡتَكۡبِرًا كَاَنۡ لَّمۡ يَسۡمَعۡهَا
1. Ikhfa, sebab tanwin fathah pada kata "مُسْتَكْبِرًا" bertemu dengan huruf Kaf. Dalam ikhfa, bunyi tanwin dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
2. Idgham Bila Ghunnah, terdapat nun mati pada kata "كَأَنْ" bertemu dengan huruf Lam pada kata "لَّمْ". Dalam idgham bila ghunnah, bunyi nun dileburkan dengan huruf Lam seolah-olah huruf N di nun mati tidak dibaca tanpa didengungkan, serta ditahan sekitar 1-2 harakat.
3. Idhar syafawi, terdapat mim mati pada kata "يَسْمَعْهَا" bertemu dengan huruf Sin. Dalam idzhar syafawi, huruf Mim dibaca jelas tanpa dengung.
4. Mad Thabi’i, terdapat alif mati setelah fathah pada kata "يَسْمَعْهَا". Bacaan mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
كَاَنَّ فِىۡۤ
Ghunnah, terdapat nun bertasydid. Dibaca dengung serta ditahan 2-3 harakat sebelum menyebut jelas huruf nun-nya.
فِيْۤ اُذُنَيْهِ
1. Mad jaiz munfashil, terdapat mad thabi’i yang diikuti oleh hamzah pada kata yang berbeda. Panjang bacaan mad jaiz munfashil ini dapat dipanjangkan antara 2 hingga 5 harakat.
2. Huruf lin, terjadi karena huruf ya yang mati setelah fathah pada kata "اُذُنَيْهِ". Dalam hal ini, huruf Ya dibaca dengan suara lembut.
وَقۡرًاۚ
1. Qalqalah sughra (qalqalah kecil), Terjadi karena ada huruf Qaf yang bertanda sukun asli. Dalam alqalah sughra, suara huruf Qaf dibaca dengan getaran ringan saat waqaf.
2. Mad ‘Iwadl, terjadi karena alif pada tanwin fathah di akhir kata. Ketika dibaca waqaf, tanwin ini diubah menjadi bacaan alif panjang, sehingga dibaca seperti mad thabi’i.
فَبَشِّرۡهُ بِعَذَابٍ اَلِيۡمٍ
1. Mad thabi’i, terdapat alif mati setelah fathah pada kata "بِعَذَابٍ". Bacaan mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau dua harakat.
2. Idzhar Halqi, terjadi ketika tanwin kasrah pada kata "عَذَابٍ" bertemu dengan huruf ‘Ain. Dalam idzhar halqi, bunyi tanwin dibaca dengan jelas tanpa dengung.
3. Mad ‘aridl lissukun, terjadi karena mad thabi’i pada kata "أَلِيمٍ" diikuti oleh huruf hidup dan kemudian dibaca waqaf. Bacaan mad ‘aridl lissukun ini dapat dipanjangkan antara 2 hingga 6 harakat saat waqaf.
Tajwid Ayat 8
اِنَّ الَّذِيْنَ
1. Ghunnah, terdapat nun bertasydid. Dibaca dengung serta ditahan 2-3 harakat sebelum menyebut jelas huruf nun-nya.
2. Mad thabi’i, terdapat ya mati setelah huruf bertanda fathah, sehingga dibaca 1 alif atau setara dengan 2 harakat.
اٰمَنُوا
1. Mad Badal, Terjadi karena Hamzah bertemu dengan huruf mad (yaitu alif yang dibaca panjang). Bacaan mad badal ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
2. Mad Thabi’i, terdapat wau mati setelah dhommah. Bacaan mad thabi’i ini juga dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
وَعَمِلُوۡا الصّٰلِحٰتِ
Alif lam syamsiyah, alif lam pada kata "الصَّالِحَاتِ" bertemu dengan huruf shad. Dalam alif lam syamsiyah, huruf lam tidak dibaca, sehingga huruf shad dibaca jelas.
Mad ashli, terjadi pada kata "عَمِلُوا" karena ada fathah berdiri. Dalam hal ini, mad ashli dibaca panjang 1 alif atau 2 harakat.
لَهُمْ جَنّٰتُ النَّعِيْمِ
1. Idzhar syafawi, terdapat mim mati pada kata "لَهُمْ" bertemu dengan huruf jim pada kata "جَنَّاتُ". Dalam idzhar syafawi, huruf mim dibaca jelas tanpa dengung.
2. Ghunnah, terjadi pada huruf nun yang ditasydid pada kata "جَنَّاتُ". Dibaca dengung serta ditahan 2-3 harakat sebelum menyebut jelas huruf nun-nya.
3. Mad ashli, terdapat fathah berdiri pada kata "النَّعِيمِ". Mad ashli ini dibaca panjang 1 alif atau 2 harakat.
4. Alif lam syamsiyah, terdapat alif lam yang bertemu dengan huruf nun pada kata "النَّعِيمِ", sehingga huruf lam tidak dibaca dan huruf nun dibaca jelas.
5. Mad aridl lissukun, terjadi pada kata "النَّعِيمِ" setelah mad thabi’i yang diikuti oleh huruf hidup, kemudian dibaca waqaf. Bacaan mad ‘aridl lissukun ini dapat dipanjangkan antara 2 hingga 6 harakat saat waqaf.
Tajwid Ayat 9
خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا ؕ
1. Mad thabi’i, terjadi karena terdapat fathah berdiri pada kata "خَالِدِينَ". Selain itu, ada juga Ya yang mati setelah kasrah dalam "خَالِدِينَ" dan Alif yang mati setelah fathah pada kata "فِيْهَا". Bacaan mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat di setiap kondisi tersebut.
وَعۡدَ اللّٰهِ حَقًّا ؕ وَهُوَ الۡعَزِيۡزُ الۡحَكِيۡمُ
1. Tafkhim (Tebal), terjadi pada lam jalalah (اللّٰهِ) yang didahului oleh harakat fathah. Dalam hal ini, suara Lam dibaca tebal.
2. Mad ‘Iwadl, terjadi pada kata "حَقًّا" karena alif pada tanwin fathah di akhir kata tersebut dibaca waqaf. Ketika dibaca waqaf, tanwin ini diubah menjadi bacaan panjang seperti mad thabi’i.
3. Idgham Bighunnah, Jika kalimat ini disambung (wasal), hukum tajwidnya berubah menjadi idgham bighunnah. Ini terjadi karena ada tanwin yang bertemu dengan wau pada "حَقًّا".
4. Alif lam qomariyah, terjadi pada kata "الْعَزِيزُ" dan "الْحَكِيمُ" ketika alif lam bertemu dengan huruf ‘ain dan Ha. Dalam alif lam qomariyah, huruf lam dibaca jelas.
5. Mad Thabi’i, terdapat huruf ya yang mati pada kata "الْعَزِيزُ" setelah harakat kasrah. Bacaan mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
6. Mad ‘aridl lissukun, terjadi pada kata "الْحَكِيمُ" setelah mad thabi’i yang diikuti oleh huruf hidup dan kemudian dibaca waqaf. Bacaan mad ‘aridl lissukun ini dapat dipanjangkan antara 2 hingga 6 harakat saat waqaf.
Tajwid Ayat 10
خَلَقَ السَّمٰوٰتِ
1. Alif lam syamsiyah, terdapat alif lam yang bertemu dengan huruf sin. Dalam alif lam syamsiyah, huruf lam tidak dibaca, sehingga huruf sin dibaca jelas.
2. Mad Ashli, terjadi pada kata "خَلَقَ" karena ada fathah berdiri. Mad ashli ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
بِغَيۡرِ عَمَدٍ تَرَوۡنَهَا
1. Huruf lin, terjadi pada kata "بِغَيْرِ" dan "عَمَدٍ" karena huruf ya dan wau mati setelah fathah. Dalam hal ini, huruf-huruf tersebut dibaca dengan suara lembut.
2. Ikhfa, terjadi pada kata "عَمَدٍ" karena tanwin kasrah bertemu dengan huruf ta pada kata "تَرَوْنَهَا". Dalam ikhfa, bunyi tanwin dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
3. Mad thabi’i, terjadi pada kata "عَمَدٍ" karena ada alif yang mati setelah fathah. Mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
وَاَ لۡقٰى فِى الۡاَرۡضِ
1. Mad ashli, terjadi pada kata "وَأَلْقَى" karena ada fathah berdiri. Mad ashli ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
2. Alif lam qomariyah, terdapat alif lam bertemu dengan huruf Hamzah pada kata "الْأَرْضِ". Dalam alif lam qomariyah, huruf lam dibaca jelas.
رَوَاسِىَ اَنۡ تَمِيۡدَ
1. Mad thabi’i, ada alif mati setelah fathah dan ya mati setelah harakat kasrah. Mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
2. Ikhfa, terjadi pada kata "أَنْ" karena Nun mati bertemu dengan huruf ta. Dalam ikhfa, huruf nun-nya dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
بِكُمۡ وَبَثَّ فِيۡهَا
1. Idzhar syafawi, terdapat pada kata "بِكُمْ" karena Mim mati bertemu dengan huruf Wawu pada kata "وَبَثَّ". Dalam idzhar syafawi, huruf Mim dibaca jelas tanpa dengung.
2. Mad thabi’i, terdapat pada kata "بَثَّ" dan "فِيْهَا"
Pada "بَثَّ", ada ya yang mati setelah harakat kasrah.
Pada "فِيْهَا", terdapat alif yang mati setelah harakat fathah. Mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
مِنۡ كُلِّ دَآ بَّةٍ ؕ
1. Ikhfa, pada kata "مِنْ" karena nun mati bertemu dengan huruf kaf pada kata. Dalam ikhfa, huruf nun-nya dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
2. Mad lazim mutsaqqal kilmi, terjadi pada kata "دَآبَّةٍ" karena mad thabi’i bertemu dengan huruf yang bertasydid. Panjang Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi ini adalah 6 harakat. Cara membaca Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi ini adalah dengan memanjangkan huruf Dal selama 6 harakat, kemudian melanjutkan dengan menggabungkannya ke huruf Ba yang bertasydid.
وَاَنۡزَلۡنَا
1. Ikhfa, terdapat nun mati bertemu dengan huruf za dalam kata. Dalam ikhfa, huruf nun-nya dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
2. Mad thabi’i, terjadi karena ada alif mati setelah harakat fathah pada kata. Mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
مِنَ السَّمَآءِ
1. Alif lam syamsiyah, terdapat alif lam bertemu dengan huruf sin. Dalam alif lam syamsiyah, huruf lam tidak dibaca, sehingga suara sin dibaca jelas.
2. Mad wajib muttashil, terjadi pada kata "السَّمَاءِ" karena ada mad thabi’i yang bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kata. Dalam mad wajib muttashil, bacaan ini harus dipanjangkan menjadi 4-5 harakat.
مَآءً فَاَنۡۢبَتۡنَا فِيۡهَا
1. Mad wajib muttashil, terjadi pada kata "مَآءً" karena mad thabi’i bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kata. Dalam mad wajib muttashil, bacaan ini harus dipanjangkan menjadi 4-5 harakat.
2. Ikhfa, terjadi pada kata "فَأَنْبَتْنَا" karena tanwin fathah pada "مَآءً" bertemu dengan huruf fa. Dalam ikhfa, suara tanwin-nya dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
3. Iqlab (Mengganti), karena Nun mati bertemu dengan huruf Ba. Dalam iqlab, bunyi Nun atau tanwin diganti menjadi bunyi Mim dalam pengucapan.
4. Mad thabi’i, terjadi pada kata "فِيْهَا" karena ada alif mati setelah harakat fathah dan ya mati setelah harakat kasrah. Mad thabi’i ini dipanjangkan 1 alif atau 2 harakat.
مِنۡ كُلِّ زَوۡجٍ كَرِيۡمٍ
1. Ikhfa, terdapat nun mati bertemu dengan tanwin kasrah. Dalam ikhfa, huruf nun-nya dibaca seperti huruf NG serta ditahan 2 harakat.
2. Mad ‘aridl lissukun, terjadi pada kata "كَرِيْمٍ" karena mad thabi’i (yaitu Alif mati setelah fathah) menghadapi huruf hidup (huruf Mim). Dalam hukum mad ‘aridl lissukun, bacaan ini dipanjangkan antara 2-6 harakat saat dibaca waqaf.
Itulah penjelasan tentang hukum tajwid surat Luqman ayat 6 sampai 10 yang perlu dipahami oleh setiap muslim. Semoga artikel ini dapat membantu dan memberikan pencerahan.MG/Nabila Yasmin
Baca juga: Khasiat Surah Luqman, Salah Satunya Menghentikan Pendarahan
Lihat Juga: Denny Sumargo Fasih Bacakan Surat Al Fatihah dan Al Ikhlas, Netizen: Tinggal Nunggu Login
(wid)