5 Ayat Al Quran tentang Kepahlawanan, Bisa Diterapkan dalam Kehidupan Sehari-hari
loading...
A
A
A
Ayat-ayat Al Qur'an tentang kepahlawanan ini mengajarkan setiap muslim untuk menjunjung tinggi sikap rela berkorban untuk menjaga keutuhan ukhuwah Islamiyah dan juga semangat nasionalisme.
Tujuan diciptakannya umat manusia dalam kepercayaan Islam adalah sebagai khalifah di Bumi, bukan menjadi makhluk perusak, melainkan menjadi pelindung perdamaian. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al Baqarah ayat 30, Allah SWT berfirman :
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Sebagai penjaga dan pelindung di bumi, sudah sepantasnya umat muslim memiliki sifat rela berkorban demi menjaga keutuhan bangsa dan negara yang ditempati. Hal tersebut bisa menunjukkan sikap kepahlawanan yang dimiliki oleh setiap muslim, dimana sikap tersebut telah beberapa kali dijelaskan dalam Al Qur'an.
Artinya: “Janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan (jangan pula) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui(-nya).” (QS Al-Baqarah: 42).
Ayat tersebut menjelaskan jika sebagai seorang muslim tidak sepantasnya untuk memilah dan memilih mana yang hak (kebenaran sejati) dan mana yang batil serta paham mana kebenaran yang akan diperjuangkan dan kezaliman yang harus dimusnahkan.
Artinya: Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah: 122)
Ayat tersebur mengisyaratkan tanah air membutuhkan orang yang berjuang dengan pedang (senjata), dan juga orang yang berjuang dengan argumentasi dan dalil. Sehingga tidak semua perjuangan dan sikap kepahlawanan ditempuh melalui jalur perang.
Artinya: “Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.” (QS As Saffat: 102).
Ayat tersebut menjelaskan tentang pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS yang harus menyembelih anaknya sendiri yakni Ismail AS. Dimana keduanya merasa tidak keberatan sama sekali karena perintah tersebut datang dari Allah SWT.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertemu orang-orang kafir yang akan menyerangmu, janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur). Siapa yang mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, dia pasti akan kembali dengan membawa kemurkaan Allah. Tempatnya adalah (neraka) Jahanam dan (itulah) seburuk-buruk tempat kembali."
Menjelaskan jika umat muslim tidak boleh mundur jika agama-nya diinjak-injak oleh orang kafir. Bahkan umat muslim yang mundur di kondisi seperti itu, mereka akan mendapatkan murka dari Allah SWT.
Artinya: “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran: 104)
Menjelaskan jika dakwah penuh keberanian ini harus dilakukan yang secara terus-menerus dengan mengedepankan akhlak, perilaku dan nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Itulah beberapa ayat dalam Al Qur'an tentang kepahlawanan yang ditandai dengan sikap rela berkorban dan nasionalisme. Dengan adanya ayat ini, sudah sepantasnya umat muslim untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Wallahu A'lam
Tujuan diciptakannya umat manusia dalam kepercayaan Islam adalah sebagai khalifah di Bumi, bukan menjadi makhluk perusak, melainkan menjadi pelindung perdamaian. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al Baqarah ayat 30, Allah SWT berfirman :
وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً ؕ قَالُوۡٓا اَتَجۡعَلُ فِيۡهَا مَنۡ يُّفۡسِدُ فِيۡهَا وَيَسۡفِكُ الدِّمَآءَۚ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَؕ قَالَ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Sebagai penjaga dan pelindung di bumi, sudah sepantasnya umat muslim memiliki sifat rela berkorban demi menjaga keutuhan bangsa dan negara yang ditempati. Hal tersebut bisa menunjukkan sikap kepahlawanan yang dimiliki oleh setiap muslim, dimana sikap tersebut telah beberapa kali dijelaskan dalam Al Qur'an.
Ayat Al Quran tentang Kepahlawanan
1. Surat Al Baqarah ayat 42
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan (jangan pula) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui(-nya).” (QS Al-Baqarah: 42).
Ayat tersebut menjelaskan jika sebagai seorang muslim tidak sepantasnya untuk memilah dan memilih mana yang hak (kebenaran sejati) dan mana yang batil serta paham mana kebenaran yang akan diperjuangkan dan kezaliman yang harus dimusnahkan.
2. Surat At Taubah ayat 122
وَما كانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya: Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah: 122)
Ayat tersebur mengisyaratkan tanah air membutuhkan orang yang berjuang dengan pedang (senjata), dan juga orang yang berjuang dengan argumentasi dan dalil. Sehingga tidak semua perjuangan dan sikap kepahlawanan ditempuh melalui jalur perang.
3. Surat As Saffat ayat 102
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: “Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.” (QS As Saffat: 102).
Ayat tersebut menjelaskan tentang pengorbanan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS yang harus menyembelih anaknya sendiri yakni Ismail AS. Dimana keduanya merasa tidak keberatan sama sekali karena perintah tersebut datang dari Allah SWT.
4. Surat Al Anfal ayat 15-16
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا لَقِيْتُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوْهُمُ الْاَدْبَارَۚ وَمَنْ يُّوَلِّهِمْ يَوْمَىِٕذٍ دُبُرَهٗٓ اِلَّا مُتَحَرِّفًا لِّقِتَالٍ اَوْ مُتَحَيِّزًا اِلٰى فِئَةٍ فَقَدْ بَاۤءَ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَمَأْوٰىهُ جَهَنَّمُ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertemu orang-orang kafir yang akan menyerangmu, janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur). Siapa yang mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, dia pasti akan kembali dengan membawa kemurkaan Allah. Tempatnya adalah (neraka) Jahanam dan (itulah) seburuk-buruk tempat kembali."
Menjelaskan jika umat muslim tidak boleh mundur jika agama-nya diinjak-injak oleh orang kafir. Bahkan umat muslim yang mundur di kondisi seperti itu, mereka akan mendapatkan murka dari Allah SWT.
5. Surat Ali Imran ayat 104
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Artinya: “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran: 104)
Menjelaskan jika dakwah penuh keberanian ini harus dilakukan yang secara terus-menerus dengan mengedepankan akhlak, perilaku dan nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama.
Itulah beberapa ayat dalam Al Qur'an tentang kepahlawanan yang ditandai dengan sikap rela berkorban dan nasionalisme. Dengan adanya ayat ini, sudah sepantasnya umat muslim untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga
Wallahu A'lam
(wid)