Tamparan Keras Ulama Sufi Abu Yazid Al-Busthami kepada Muridnya

Jum'at, 23 Oktober 2020 - 21:40 WIB
loading...
Tamparan Keras Ulama Sufi Abu Yazid Al-Busthami kepada Muridnya
Ulama sufi Abu Yazid Al-Busthami ketika memberi nasihat kepada muridnya. Foto Ilustrasi/dok dakwah islamiyyah
A A A
Kisah Abu Yazid Al-Busthami ulama sufi berkebangsaan Persia (lahir tahun 188 Hijriyah) dengan seorang muridnya dapat dijadikan pelajaran berharga. Al-Busthami sendiri adalah nisbah (ditujukan) pada daerah kelahirannya Bistami, Qumis, di daerah tenggara Laut Kaspia, Iran.

Beliau dikenal sebagai ulam alim dan pengajar tasawuf. Di antara jamaahnya, ada seorang murid yang rajin mengikuti pengajiannya. Suatu hari, muridnya itu mengadu kepada Abu Yazid . "Guru, aku sudah beribadah tiga puluh tahun lamanya. Aku salat setiap malam dan puasa setiap hari, dan aku tinggalkan syahwatku. Tapi anehnya, aku belum menemukan pengalaman ruhani yang Guru ceritakan. Aku belum pernah saksikan apa pun yang Guru gambarkan."(Baca Juga: Kisah Ulama Sufi Abu Yazid dan Seekor Anjing)

Abu Yazid menjawab: "Sekiranya kau puasa dan beribadah selama tiga ratus tahun pun, kau takkan mencapai satu butir pun dalam ilmu ini."

Murid itu pun heran: "Mengapa, ya Tuan Guru?"

"Karena kau tertutup oleh dirimu," kata Abu Yazid .

"Apakah ini ada obatnya, agar hijab ini tersingkap?" tanya sang murid.

"Boleh, tapi engkau takkan melakukannya." "Tentu saja akan aku lakukan," sanggah murid itu.( )

"Baiklah kalau begitu. Sekarang pergilah ke tukang cukur, cukurlah (rambut) kepalamu dan jenggotmu, tanggalkan pakaianmu, pakailah baju yang lusuh dan compang-camping."

"Kemudian gantungkan di lehermu kantung berisi kacang. Pergilah kau ke pasar, kumpulkan sebanyak mungkin anak-anak kecil di sana. Katakan pada mereka dengan lantang 'Hai anak-anak, barangsiapa di antara kalian yang mau menampar aku satu kali, aku beri satu kantung kacang. Lalu datangilah (juga) pasarmu (di mana) jamaah kamu sering mengagumimu," kata Abu Yazid .

"Subhanallah, engkau mengatakan ini padaku wahai Guru, apakah ini baik untuk kulakukan?" tanya murid itu terkejut.

Abu Yazid berkata: "Ucapan tasbihmu itu adalah syirik." Murid itu keheranan, "Mengapa bisa begitu?"

Abu Yazid menjawab, "Karena kelihatannya kau sedang memuji Allah 'Azza wa Jalla, padahal sebenarnya kau sedang memuji dirimu."

Murid itu berkata, "Aku tidak mampu melakukannya, tunjukkan aku cara lain yang bisa kulakukan."

Abu Yazid berkata: "Mulailah dengan hal ini sebelum yang lain, sampai perasaan agungmu hilang, dan dirimu merasa rendah, lalu akan kuberitahu apa apa yang baik bagimu."

Sang murid menjawab: "Aku tidak mampu melakukannya." Abu Yazid berkata: "Kau memang takkan mampu melakukannya!"

Cerita ini menyimpan hikmah dan pelajaran yang amat berharga, di antaranya:
1. Abu Yazid mengajarkan bahwa orang yang sering beribadah mudah terkena penyakit ujub dan takabur.
2. Abu Yazid menganjurkan muridnya berlatih menjadi orang hina agar ego dan keinginan untuk menonjol dan dihormati segera hilang, yang tersisa adalah perasaan tawadhu dan kerendah-hatian.
3. Ujub seringkali terjadi di kalangan orang yang banyak beribadah. Orang sering merasa ibadah yang ia lakukan sudah lebih dari cukup sehingga ia menuntut Tuhan agar membayar pahala amal yang ia lakukan.
4. Orang yang gemar beribadah banyak biasa jatuh pada perasaan tinggi diri. Ibadah dijadikan cara untuk meningkatkan statusnya di tengah masyarakat. Orang itu akan kecewa bila tidak diberikan tempat yang memadai statusnya.

( )

Sumber:
Kitab Taqdiisul Asykhosh Fil Fikris Shufiy Jilid 1
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2368 seconds (0.1#10.140)