Apakah Kita Sudah Benar-benar Mencintai Rasulullah SAW?
loading...
A
A
A
Mencintai Baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم merupakan kewajiban bagi orang-orang beriman sebagaimana sabda beliau: "Tidak beriman seseorang di antara kalian sebelum aku lebih dicintainya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia." (HR. Al-Bukhari-Muslim)
Pertanyaannya, apakah kita sudah benar-benar mencintai Baginda Rasulullah صلى الله عليه وسلم? Saat ini dunia dihebohkan dengan penerbitan karikatur Nabi yang mulia oleh majalah Prancis. Kejadian ini pun menyulut kemarahan umat Islam di dunia termasuk di Indonesia. Gelombang unjuk rasa terjadi di mana-mana. ( )
Menyikapi ini, ada pesan menarik disampaikan Ulama kelahiran Madinah Syaikh Ali Jaber saat Maulid Nabi di Kantor DPP PKS Jakarta, Minggu (1/11/2020). Beliau mengatakan akan ada hikmah besar yang Allah hadirkan terkait penerbitan karikatur Baginda Rasulullah tersebut.
Syaikh Ali Jaber menceritakan bagaimana sikap Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika dihina dan dicacimaki, beliau tidak pernah membalas cacian itu. Terkait dengan diri Nabi sendiri beliau tidak pernah mengunggulkan dirinya. Justru beliau bersikap murah hati dan merendahkan hati. Itulah salah satu kelebihan Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
"Jika betul-betul membela dan mencintai Nabi Muhammad , ayo buktikan dengan meneladani akhlak beliau. Jangan biarkan emosi menguasai diri kita. Kita harus sebarkan akhlak mulia Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Sebab, akhlak seseorang diuji ketika ia tertekan dalam ujian, tertekan dengan kehinaan dan musibah," kata Syeikh Ali Jaber.
Membangkitkan akhlak Rasulullah adalah bukti cinta dan pembelaan yang sesungguhnya. Mohon maaf mungkin kita tidak sadar telah menyakiti diri kita atau mungkin kita tidak sadar telah menyakiti Rasulullah صلى الله عليه وسلم karena tidak mengindahkan ajarannya.
Sebelumnya, Pimpinan Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid An-Nabawi Syaikh Abdul Rahman As-Sudais dalam khutbahnya mengatakan, hendaklah kaum muslimin bersikap tenang dan tenteram dalam menghadapi gelembung yang cepat berlalu, karena ia tidak akan memudharatkan kecuali pelakunya sendiri. Allah berfirman: "Jika kamu tidak menolongnya ( Muhammad ), sesungguhnya Allah telah menolongnya." [QS at-Taubah: 40]
Ulama kharismatik berkebangsaan Uni Emirat Arab Al-Habib Ali Al-Jufri juga memberi tanggapan terkait penerbitan karikatur Nabi yang dianggap telah menghina Islam . Habib Ali menjagak umat Islam untuk introspeksi diri, bukan marah dan memaki-maki sebagaimana dilakukan beberapa orang.
Menurut Habib Ali Al-Jufri , orang yang menggambar Nabi sejatinya mereka bukan menggambar Nabi, melainkan menggambar perbuatan kita yang tidak seperti ajaran dan akhlak Nabi. "Duhai Rasulullah , orang-orang bodoh yang menggambarmu, sejatinya bukan menggambarmu, melainkan menggambar apa yang mereka lihat pada diri kami, yang bertentangan dengan ajaran yang engkau bawa," kata Habib Ali Al-Jufri dikutip dari bincangsyariah.com.
Pernyataan Habib Ali Al-Jufri ini juga senada dengan tausiyah Ulama besar Yaman Al-Habib Umar bin Hafizh . Menurut Habib Umar, perbuatan semacam ini merupakan tindakan orang-orang bodoh yang tidak mengenal Islam dengan baik dan benar. Hal ini tentu menjadi PR bagi seluruh umat Islam untuk menebarkan citra Islam yang baik kepada semua orang. Kita bisa mengenalkan ajaran Islam yang baik dan ramah melalui akhlak dan keseharian kita. ( )
Belajar dari Sahabat Nabi
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dalam kitab shahih-nya, dari Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslamiy radhiallahu 'anhu, ia berkata: "Saya bermalam bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم (tidur depan pintu Nabi), lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya, maka beliau bersabda kepadaku, 'Mintalah kepadaku.' Maka aku berkata, 'Aku meminta kepadamu agar aku menemanimu di surga'.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bertanya: 'Adakah selain itu'. Aku menjawab, "Itu saja". Maka beliau menjawab, "Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (shalat)".
Rabi'ah bin Ka'ab adalah seorang penghuni ahli shuffah dari kalangan sahabat yang hijrah dan tidak memiliki sanak keluarga di Madinah. Ia menjadi pelayan Nabi صلى الله عليه وسلم di setiap kondisi baik ketika di Madinah maupun ketika bepergian jauh. Keistimewaan Rabi’ah Al-Aslamiy dikenal memiliki keimanan kuat dan tidak tergiur dengan kenikmatan dunia yang fana.
Cinta sahabat kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم bukan sebatas ucapan. Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu (pembawa sendal Nabi): " Rasulullah صلى الله عليه وسلم masuk masjid bersama dengan Abu Bakr dan Umar. Sementara Ibnu Mas'ud sedang melaksanakan shalat di dalam masjid dengan membaca Surat An-Nisaa' hingga selesai ayat keseratus. Kemudian Ibnu Mas'ud berdoa dalam keadaan berdiri shalat, beliau lalu bersabda: "Mintalah niscaya engkau akan diberi, mintalah niscaya engkau akan diberi."
Kemudian beliau bersabda: "Barangsiapa ingin membaca Al-Qur'an sebagaimana ia diturunkan, hendaklah ia membaca dengan qira'ah Ibnu Ummi 'Abd." Ketika tiba waktu pagi, Abu Bakr pergi menemui Abdullah bin Mas'ud untuk menyampaikan kabar gembira tersebut. Abu Bakr lalu bertanya, "Apa yang kamu minta kepada Allah tadi malam?"
Ibnu Mas'ud menjawab, "Aku mengucapkan: 'Ya Allah, aku meminta kepadamu keimanan yang tidak akan murtad, kenikmatan yang tidak akan hilang, bisa menemani Nabi Muhammad di surga yang tinggi dan kekal."
Umar lalu datang, lantas dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya Abu Bakr telah mendahuluimu." Maka Umar pun berkata, "Semoga Allah merahmati Abu Bakr, tidaklah aku berlomba dengannya dalam kebaikan kecuali ia mendahuluiku." (Musnad Imam Ahmad)
Apakah kita sudah benar-benar mencintai Nabi صلى الله عليه وسلم ? Lihatlah bagaimana sahabat membuktikan kecintaannya dengan menghidupkan ajaran dan sunnah beliau. Para sahabat berlomba-lomba dalam kebaikan, semuanya ingin menyenangkan Nabi. Mereka menjaga kemuliaan Islam , menebarkan akhlak yang indah sehingga membuat Rasulullah صلى الله عليه وسلم bangga kepada mereka.
( )
Wallahu A'lam
Pertanyaannya, apakah kita sudah benar-benar mencintai Baginda Rasulullah صلى الله عليه وسلم? Saat ini dunia dihebohkan dengan penerbitan karikatur Nabi yang mulia oleh majalah Prancis. Kejadian ini pun menyulut kemarahan umat Islam di dunia termasuk di Indonesia. Gelombang unjuk rasa terjadi di mana-mana. ( )
Menyikapi ini, ada pesan menarik disampaikan Ulama kelahiran Madinah Syaikh Ali Jaber saat Maulid Nabi di Kantor DPP PKS Jakarta, Minggu (1/11/2020). Beliau mengatakan akan ada hikmah besar yang Allah hadirkan terkait penerbitan karikatur Baginda Rasulullah tersebut.
Syaikh Ali Jaber menceritakan bagaimana sikap Rasulullah صلى الله عليه وسلم ketika dihina dan dicacimaki, beliau tidak pernah membalas cacian itu. Terkait dengan diri Nabi sendiri beliau tidak pernah mengunggulkan dirinya. Justru beliau bersikap murah hati dan merendahkan hati. Itulah salah satu kelebihan Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
"Jika betul-betul membela dan mencintai Nabi Muhammad , ayo buktikan dengan meneladani akhlak beliau. Jangan biarkan emosi menguasai diri kita. Kita harus sebarkan akhlak mulia Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Sebab, akhlak seseorang diuji ketika ia tertekan dalam ujian, tertekan dengan kehinaan dan musibah," kata Syeikh Ali Jaber.
Membangkitkan akhlak Rasulullah adalah bukti cinta dan pembelaan yang sesungguhnya. Mohon maaf mungkin kita tidak sadar telah menyakiti diri kita atau mungkin kita tidak sadar telah menyakiti Rasulullah صلى الله عليه وسلم karena tidak mengindahkan ajarannya.
Sebelumnya, Pimpinan Umum Urusan Masjidil Haram dan Masjid An-Nabawi Syaikh Abdul Rahman As-Sudais dalam khutbahnya mengatakan, hendaklah kaum muslimin bersikap tenang dan tenteram dalam menghadapi gelembung yang cepat berlalu, karena ia tidak akan memudharatkan kecuali pelakunya sendiri. Allah berfirman: "Jika kamu tidak menolongnya ( Muhammad ), sesungguhnya Allah telah menolongnya." [QS at-Taubah: 40]
Ulama kharismatik berkebangsaan Uni Emirat Arab Al-Habib Ali Al-Jufri juga memberi tanggapan terkait penerbitan karikatur Nabi yang dianggap telah menghina Islam . Habib Ali menjagak umat Islam untuk introspeksi diri, bukan marah dan memaki-maki sebagaimana dilakukan beberapa orang.
Menurut Habib Ali Al-Jufri , orang yang menggambar Nabi sejatinya mereka bukan menggambar Nabi, melainkan menggambar perbuatan kita yang tidak seperti ajaran dan akhlak Nabi. "Duhai Rasulullah , orang-orang bodoh yang menggambarmu, sejatinya bukan menggambarmu, melainkan menggambar apa yang mereka lihat pada diri kami, yang bertentangan dengan ajaran yang engkau bawa," kata Habib Ali Al-Jufri dikutip dari bincangsyariah.com.
Pernyataan Habib Ali Al-Jufri ini juga senada dengan tausiyah Ulama besar Yaman Al-Habib Umar bin Hafizh . Menurut Habib Umar, perbuatan semacam ini merupakan tindakan orang-orang bodoh yang tidak mengenal Islam dengan baik dan benar. Hal ini tentu menjadi PR bagi seluruh umat Islam untuk menebarkan citra Islam yang baik kepada semua orang. Kita bisa mengenalkan ajaran Islam yang baik dan ramah melalui akhlak dan keseharian kita. ( )
Belajar dari Sahabat Nabi
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dalam kitab shahih-nya, dari Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslamiy radhiallahu 'anhu, ia berkata: "Saya bermalam bersama Rasulullah صلى الله عليه وسلم (tidur depan pintu Nabi), lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya, maka beliau bersabda kepadaku, 'Mintalah kepadaku.' Maka aku berkata, 'Aku meminta kepadamu agar aku menemanimu di surga'.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bertanya: 'Adakah selain itu'. Aku menjawab, "Itu saja". Maka beliau menjawab, "Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (shalat)".
Rabi'ah bin Ka'ab adalah seorang penghuni ahli shuffah dari kalangan sahabat yang hijrah dan tidak memiliki sanak keluarga di Madinah. Ia menjadi pelayan Nabi صلى الله عليه وسلم di setiap kondisi baik ketika di Madinah maupun ketika bepergian jauh. Keistimewaan Rabi’ah Al-Aslamiy dikenal memiliki keimanan kuat dan tidak tergiur dengan kenikmatan dunia yang fana.
Cinta sahabat kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم bukan sebatas ucapan. Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu (pembawa sendal Nabi): " Rasulullah صلى الله عليه وسلم masuk masjid bersama dengan Abu Bakr dan Umar. Sementara Ibnu Mas'ud sedang melaksanakan shalat di dalam masjid dengan membaca Surat An-Nisaa' hingga selesai ayat keseratus. Kemudian Ibnu Mas'ud berdoa dalam keadaan berdiri shalat, beliau lalu bersabda: "Mintalah niscaya engkau akan diberi, mintalah niscaya engkau akan diberi."
Kemudian beliau bersabda: "Barangsiapa ingin membaca Al-Qur'an sebagaimana ia diturunkan, hendaklah ia membaca dengan qira'ah Ibnu Ummi 'Abd." Ketika tiba waktu pagi, Abu Bakr pergi menemui Abdullah bin Mas'ud untuk menyampaikan kabar gembira tersebut. Abu Bakr lalu bertanya, "Apa yang kamu minta kepada Allah tadi malam?"
Ibnu Mas'ud menjawab, "Aku mengucapkan: 'Ya Allah, aku meminta kepadamu keimanan yang tidak akan murtad, kenikmatan yang tidak akan hilang, bisa menemani Nabi Muhammad di surga yang tinggi dan kekal."
Umar lalu datang, lantas dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya Abu Bakr telah mendahuluimu." Maka Umar pun berkata, "Semoga Allah merahmati Abu Bakr, tidaklah aku berlomba dengannya dalam kebaikan kecuali ia mendahuluiku." (Musnad Imam Ahmad)
Apakah kita sudah benar-benar mencintai Nabi صلى الله عليه وسلم ? Lihatlah bagaimana sahabat membuktikan kecintaannya dengan menghidupkan ajaran dan sunnah beliau. Para sahabat berlomba-lomba dalam kebaikan, semuanya ingin menyenangkan Nabi. Mereka menjaga kemuliaan Islam , menebarkan akhlak yang indah sehingga membuat Rasulullah صلى الله عليه وسلم bangga kepada mereka.
( )
Wallahu A'lam
(rhs)