Takjub dengan Diri Sendiri, Dapat Membinasakan Kehidupan Manusia

Rabu, 13 Mei 2020 - 04:10 WIB
loading...
A A A
Atha, mengutip makna ucapan Ali kemudian dia mengungkapkannya di dalam hikmahnya: "Barangkali Allah membukakan pintu ketaatan tetapi tidak membukakan bagimu pintu penerimaan amalan itu; barangkali Dia menakdirkan bagimu kemaksiatan, tetapi hal itu menjadi sebab sampainya kamu kepadaNya.

Kemaksiatan yang menyebabkan dirimu terhina dan tercerai-berai adalah lebih baik daripada ketaatan yang menyebabkan dirimu berbangga dan menyombongkan diri."

Bahaya ‘Ujub
Sifat ‘ujub membawa akibat buruk dan menyeret kepada kehancuran, baik bagi pelakunya maupun bagi amal perbuatannya. Di antara dampak dari sifat ‘ujub tersebut adalah:

Pertama, membatalkan pahala. Seseorang yang merasa ‘ujub dengan amal kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan sia-sia karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya. Rasulullah s.a.w bersabda:

Kedua, menyebabkan Murka Allah.

Nabi SAW bersabda, “Seseorang yang menyesali dosanya, maka ia menanti rahmat Allah. Sedang seseorang yang merasa ‘ujub, maka ia menanti murka Allah.” (HR. Baihaqi)

Perasaan ‘ujub menyebabkan murka Allah, karena ‘ujub telah mengingkari karunia Allah yang seharusnya kita syukuri.

Ketiga, terjerumus ke dalam sikap ghurur (terperdaya) dan takabur. Orang yang kagum pada diri sendiri akan lupa melakukan instrospeksi diri. Bersamaan dengan perjalanan waktu, hal itu akan menjadi penyakit hatinya. Pada akhirnya ia terbiasa meremehkan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi daripada orang lain dan tidak mau menghormati orang lain. Itulah yang disebut takabur.

Nabi SAW bersabda, ”Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun hanya sebesar biji sawi. (HR. Nasa’i)

Keempat, menyebabkan mengumbar nafsu dan melupakan dosa-dosa. Seseorang yang mempunyai perasaan ‘ujub akan selalu menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya buruk dan serba kekurangan, sehingga ia selalu mengumbar keinginan hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya telah berbuat dosa.

Nabi bersabda, “Andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa sedikitpun, pasti aku khawatir kalau kalian berbuat dosa yang lebih besar, yaitu perasaan ujub, ” (HR. Al Bazzar).

Kelima, menyebabkan orang lain membenci pelakunya. Pada umumnya, orang tidak suka terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri sendiri, dan sombong. Oleh karena itu, orang yang ‘ujub tidak akan banyak temannya, bahkan ia akan dibenci meskipun luas ilmunya dan terpandang kedudukannya.

Syeikh Mustafa As Sibai berkata, “Separuh kepandaian yang disertai tawadhu’ lebih disenangi oleh orang banyak dan lebih bermanfaat bagi mereka daripada kepandaian yang sempurna yang disertai kecongkakan.”

Keenam, menyebabkan su’ul khotimah dan kerugian di akherat.

Nabi SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka menyebut-nyebut kembali pemberiannya, seorang yang durhaka, dan pecandu minuman keras.” (HR. Nasa’i)

Orang yang mempunyai sifat ‘ujub biasanya suka menyebut-nyebut kembali sesuatu yang sudah diberikan. Umar r.a pernah berkata,”Siapapun yang mengakui dirinya berilmu, maka ia seorang yang bodoh dan siapapun yang mengaku dirinya akan masuk surga, maka ia akan masuk neraka.”

Qatadah berkata, “Barangsiapa yang diberi kelebihan harta, atau kecantikan, atau ilmu, atau pakaian, kemudian ia tidak bersikap tawadhu’, maka semua itu akan berakibat buruk baginya pada hari kiamat.”

Ketujuh, azab dan pembalasan cepat ataupun lambat. Seorang yang terkena penyakit ujub pasti akan merasakan pembalasan atas sikapnya itu. Dalam sebuah hadits disebutkan: “Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaian yang necis, rambut tersisir rapi sehingga ia takjub pada dirinya sendiri, seketika Allah membenamkannya hingga ia terpuruk ke dasar bumi sampai hari Kiamat.” (HR. Al-Bukhari)

Maka jauhilah amal hati bernama ujub. Ibnu Sa’ad menceritakan di dalam kitabnya ath-Thabaqat, bahwasanya Umar bin Abdul Aziz apabila berkhutbah di atas mimbar kemudian dia khawatir muncul perasaan ujub di dalam hatinya, dia pun menghentikan khutbahnya.

Demikian juga apabila dia menulis tulisan dan takut dirinya terjangkit ujub maka dia pun menyobek-nyobeknya, lalu dia berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari keburukan hawa nafsuku.” (dikutip dari al-Fawa’id, hal. 146) Allahu A’lam.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1843 seconds (0.1#10.140)