Fadhilah Doa Terkait dengan Kelahiran Anak

Jum'at, 11 Desember 2020 - 06:02 WIB
loading...
Fadhilah Doa Terkait dengan Kelahiran Anak
Doa kebaikan bagi anak kita adalah sebaik-baik sedekah yang bisa kita berikan kepada mereka. Foto ilustrasi/ist
A A A
Memperlakukan dan tata cara merawat bayi lahir ada yang tergolong sunnah ada juga yang tergolong wajib dilakukan untuk para bayi yang baru lahir. Dalam islam, saat bayi lahir tentu membutuhkan penanganan secara tepat karena bisa saja hal itu mempengaruhi kelak besarnya si bayi.

(Baca juga : Mengatasi Problem Rumah Tangga dengan Tuntunan Rasulullah )

Di antara yang menjadi syariat dalam Islam adalah mendoakan bayi bahkan sebelum masa kelahirannya tiba. Contohnya ialah doa Nabiyullah Zakaria ‘alaihissallam. Dengan sebab doa tersebut, Allah subhanahu wa ta’ala mengaruniakan Yahya ‘alaihissallam kepada beliau ‘alaihissallam.

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُۥۖ قَالَ رَبِّ هَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةٗ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ ٣٨ فَنَادَتۡهُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَهُوَ قَآئِمٞ يُصَلِّي فِي ٱلۡمِحۡرَابِ أَنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحۡيَىٰ مُصَدِّقَۢا بِكَلِمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَسَيِّدٗا وَحَصُورٗا وَنَبِيّٗا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

"Di sanalah Zakaria mendoa kepada Rabbnya seraya berkata, “Ya Rabbku, berilah aku dari sisi-Mu seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa. ”Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, ketika ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab. (Katanya), “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.” (QS. Ali Imran: 38—39)

(Baca juga : Taubat Sebagai Jalan Keluar Masalah

Contoh lain ialah doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat seorang suami hendak menggauli istrinya, Jika salah seorang di antara kalian ingin menggauli istrinya. Berdoalah :

بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan nama Allah, ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkan setan dari yang Engkau karuniakan kepada kami.”
Apabila dari hubungan mereka berdua ditakdirkan tercipta seorang anak, niscaya setan tidak akan mampu membahayakannya selamanya. (HR. Muttafaqun alaih)

(Baca juga : Waspada, Perbuatan Dosa yang Terlalu Dianggap Biasa )

Asy-Syaikh Abdullah al-Bukhari hafizhahullah menjelaskan, “Ini adalah suatu hal yang jelas. Pengikut sunnah dalam urusan ini termasuk hal yang agung, karena merupakan realisasi terhadap peribadatan dan memurnikan ittiba’ atau mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tidak ada keraguan bahwa seorang hamba tentu benar-benar bersemangat untuk menjauh dari setan, dan dirinya dia serta anak-anaknya dijauhkan dari berbagai tipu daya setan. Dia memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari setan dan tipu dayanya.

(Baca juga : Berubahnya Kebiasaan Masyarakat dalam Mencari Berita )

Dalam kitab Huququl Aulad, muslimin memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar menjauhkan anak yang dikaruniakan kepadanya dari tipu daya setan. itu adalah bimbingan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia ini. Sudah selayaknya seorang hamba mengikuti sunnah sampai pun dalam hal seperti ini. Mengikuti sunnah adalah kebaikan.”

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَأَصۡلِحۡ لِي فِي ذُرِّيَّتِيٓۖ إِنِّي تُبۡتُ إِلَيۡكَ

“Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu.” (QS : Al-Ahqaf: 15)

(Baca juga : Habib Rizieq Tersangka, Pakar Hukum: Penegakan Hukum yang Ambyar atau Tebang Pilih )

Doa kebaikan bagi anak kita adalah sebaik-baik sedekah yang bisa kita berikan kepada mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ

“Ucapan yang baik adalah sedekah.” (HR. Muslim)

Demikian pula, itu adalah salah satu bukti kecintaan kita kepada mereka karena Allah subhanahu wa ta’ala. Kita menginginkan keselamatan dan kebahagiaan.

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لَِأخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. al-Bukhari dari Anas radhiallahu ‘anhu)

(Baca juga : Titah Kiai Ma'ruf: Ayo Konsisten Selamatkan UMKM dari Dampak Pandemi )

Orang tua tidak boleh mendoakan kejelekan bagi anak-anaknya dalam kondisi apa pun, baik senang maupun susah, taat maupun maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ لَا تُوَافِقُوا مِنْ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ

“Jangan kalian mendoakan kejelekan atas diri kalian. Jangan kalian mendoakan kejelekan atas anak-anak kalian. Jangan kalian mendoakan kejelekan atas harta kalian. Jangan sampai kalian menepati suatu waktu yang pada waktu itu Allah subhanahu wa ta’ala diminta sesuatu lantas Dia kabulkan bagi kalian.” (HR. Muslim).

(Baca juga : Waspada Potensi Penularan Covid-19, Terapkan Hal Ini Saat Pilkada )

Dikisahkan, ada seseorang yang datang kepada Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah. Dia mengeluhkan kelakuan sebagian anak-anaknya kepada beliau. Beliau rahimahullah balik bertanya, “Apakah kamu pernah mendoakan kejelekan atasnya?”
Dia menjawab, “Ya.”

Beliau rahimahullah berkata, “Engkau telah merusaknya (dengan doamu).”

Wallahu 'Alam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1317 seconds (0.1#10.140)