Obat Bagi Semua Penyakit Hati Manusia adalah Ilmu

Sabtu, 09 Januari 2021 - 05:00 WIB
loading...
A A A
Orang-orang yang telah kaku hatinya susah menerima kebenaran. Setan melontarkan syubhat yang syubhat ini berpengaruh bagi orang-orang yang punya penyakit di hatinya. Karena orang-orang yang bersih hatinya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjaga dengan penjagaan yang sempurna dari sisiNya. Maka ini menggambarkan kepada kita tentang bahayanya penyakit hati yang namanya syubhat. Karena dia bisa menjadi sebab hati itu tertutup tidak bisa menerima kebenaran sama sekali –na’udzubillahi min dzalik– sebagaimana keadaannya orang-orang munafik.

Inilah tiga ayat di dalam Al-Qur’an dan yang dimaksud dengan “penyakit hati” di tiga ayat ini adalah penyakit kebodohan dan syubhat (kerancuan memahami agama/tidak memahami agama dengan benar/kesalahpahaman dalam memahami agama).

(Baca juga : Ada 3.692 Pengaduan Konsumen Selama Pandemi 2020, Jasa Keuangan Mendominasi )

Jadi jelas sekali bahwa ini penyakit yang ada pada orang-orang munafik, orang-orang yang akan mudah termakan tipu daya setan dan orang-orang yang tidak bisa mengambil pelajaran dari ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan di tiga ayat ini.

Oleh karena itu ini sangat-sangat berbahaya dan orang-orang yang beriman wajib memberikan perhatian besar untuk melindungi dirinya dari penyakit ini dengan selalu memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2. Penyakit syahwat

Adapun penyakit syahwat adalah keinginan jiwa manusia yang berhubungan dengan ambisi untuk mendapatkan harta dan memuaskan keinginannya meskipun dari hal-hal yang tidak halal. Hal ini berhubungan dengan syahwat, kemaluan dan mulut.

Penyakit syahwat ini juga disebutkan juga di dalam beberapa ayat Al-Qur’an, di antaranya:

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاءِ ۚ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا ﴿٣٢﴾

“Wahai istri-istri Nabi, kalian tidak seperti sala seorang di kalangan perempuan yang lain. Maka jika kalian bertakwa kepada Allah, janganlah kalian melunakkan suara ketika berbicara sehingga menjadikan orang yang punya penyakit di hatinya berkeinginan…” (QS. Al-Ahzab : 32)

(Baca juga: Anak-anak di Video Deklarasi Jundullah Diberikan Trauma Healing )

Ini jelas keinginan syahwat. Sehingga ketika mendengarkan suara perempuan yang dilembut-lembutkan akan membangkitkan syahwat. Makanya dilarang ketika perempuan berbicara menggunakan bahasa-bahasa yang dilunakkan/dilembutkan. Ini bisa menjadi pemicu atau pemancing syahwat.

Disebutkan di ayat ini jelas tentang orang yang ada penyakit syahwat di hatinya akan bisa berhasrat ketika mendengarkan suara yang lembut ini.

Ini penyakit jenis kedua yang selalu menggerogoti hati manusia, yaitu penyakit syahwat. Oleh karena itu para ulama mengatakan bahwa kalau seorang perempuan berbicara dengan laki-laki yang bukan makhramnya, maka sepantasnya untuk dia tidak melembutkan suaranya dan mengeraskannya. Jadi jangan dijadikan lunak, dijadikan lembut, dia harus istilahnya mengkasarkan atau membesarkan suaranya. Jangan menjadikannya terlalu lirih karena ini menjauhkan dia dari keragu-raguan dan hasrat laki-laki kepadanya.

Ini termasuk adab yang penting dan ini termasuk pengajaran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan jin dan manusia. Allah Maha Mengetahui tentang penyakit hati dan cara untuk mengobatinya. Oleh karena itu tidak boleh ada yang mengatakan “Ah, tidak mengapa bicara biasa saja, saya akan bisa menjaga diri,” ini lancang terhadap petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasuNya. Allah Yang Maha Mengetahui yang merintahkan seperti ini, menunjukkan kalau ini dilanggar akan berpotensi menimbulkan kerusakan.

(Baca juga: PSBMK Kota Bogor Diperpanjang Sampai 25 Januari 2021 )

Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam petunjuknya yang sempurna mencegah jalan-jalan terjadinya fitnah sebelum terjadi fitnah tersebut. Maka inilah anjuran yang diperintahkan bagi seorang perempuan ketika berbicara kepada laki-laki yang bukan mahramnya.

Memang hati mempunyai penyakit-penyakit lain seperti riya’, sombong, ‘ujub, selalu dengki, merasa kagung terhadap diri sendiri, ambisi menjadi pemimin, tapi penyakit hati ini tidak lepas dari dua asal penyakit tadi. Penyakit-penyakit ini merupakan komplikasi dari penyakit syubhat dan syahwat. ketika bercampur dua penyakit ini akan menimbulkan penyakit yang lebih parah karena masing-masingnya sudah parah.

Dan penyakit ini secara keseluruhan lahirnya dari kebodohan. Berarti tidak adanya ilmu adalah sebab utama penyakit hati yang merusak manusia lahir dan batin. Hal ini karena tidak belajar Al-Qur’an yang merupakan sebaik-baik petunjuk untuk mengobati penyakit hati manusia.

Dalilnya disebutkan dalam hadis yang shahih ketika ada seorang sahabat yang ditimpa luka parah di tubuhnya kemudian dia bertanya kepada para sahabat yang lain yang kemudian mereka menyuruhnya tetap untuk mandi wajib ketika sedang junub. Akhirnya menyebabkan sahabat ini meninggal dunia karena mandi dalam keadaan dia luka parah.

(Baca juga : Setelah US Capitol Diserbu, Kini Para Politisi Israel yang Ketakutan )

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam ketika mendengar berita ini disampaikan, beliau berkata:

‏ قَتَلُوهُ قَتَلَهُمُ اللَّهُ أَلاَّ سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ

“Mereka telah membunuhnya, celakalah mereka. Mengapa mereka tidak berusaha menanyakan kepada orang yang faham ketika tidak mengetahui satu permasalahan? Sesungguhnya obat dari ketidaktahuan adalah dengan cara bertanya.” (HR. Abu Dawud)

Yang menjadi poin perhatian di sini adalah “Sesungguhnya obat dari ketidaktahuan adalah dengan cara bertanya.” Artinya mencari ilmu dan mencari ilmu adalah obat, mencari ilmu adalah penyembuh dari penyakit jahil yang akan membinasakan manusia. Karena penyakit jahil ini merupakan pangkal dari dua penyakit utama yang selalu menyerang hati manusia, yaitu syubhat dan syahwat.

Wallahu A'lam
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1084 seconds (0.1#10.140)