Totalitas Puasa untuk Meraih Taqwa

Sabtu, 16 Mei 2020 - 08:02 WIB
loading...
Totalitas Puasa untuk Meraih Taqwa
KH Cholil Nafis. Foto/Istimewa
A A A
KH Cholil Nafis
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI

Puasa itu arti mencegah (imsak) dan menahan. Artinya, menahan diri dari yang membatalkan puasa berupa makan, minum dan menyalurkan syahwat kepada pasangan yang sah.

Namun, bagi orang mukmin yang beriman kepada Allah SWT, puasa tidak cukup hanya perangkat zhahir tapi harus juga dilangkapi dengan puasa batin, yaitu mencegah seluruh organ tubuh dari maksiat. Seperti mencegah pandangan dari yg haram, mulut tak bicara bohong, ghibah dan fitnah, tak mendengarkan yang dilarang Allah sehingga semua organ tubuh selalu dalam taat. Bahkan hati pun berpuasa sehingga mencegah dari berkhayal dan memikirkan dunia yang menjauhkan diri dari ingat Allah SWT. (Baca: Bolak-balik Melakukan Dosa, Ini Penawarnya)

Totalitas puasa inilah yang dapat meraih takwa. Jika puasa hanya sifatnya zhahir maka puasa tak memiliki efek apapun kecuali haus dan lapar. Dan, ini hanya menggugurkan kewajiban puasa tanpa berdampak untuk mengubah kehidupan kepada yang lebih baik kecuali lapar dan haus. Inilah yang banyak dialami oleh orang yang berpuasa pada umumnya.

Karakter utama dalam menjalankan ibadah puasa adalah kejujuran. Jujur dalam menjalankan ibadah semata-mata karena Allah SWT sehingga terjalin keintiman. Dan, itu yang akan mendapat pahala tanpa tara. Jujur adalah landasan awal bagi manusia untuk meraih kebahagiaan karena karena jujur yang melahirkan ketenangan.

Sifat pelaksanaan puasa adalah rahasia makhluk dengan khalik. Dalam ibadah puasa seorang manusia rela meninggalkan sesuatu yang dihalalkan demi mendapat ridhanya. Berpuasa itu merupakan latihan untuk menjadi hamba yang sebenarnya. Jika sesuatu yang halal dapat ditinggalkan demi ridha-Nya apalagi sesuatu yang diharamkan. (Baca juga: MUI Bolehkan Salat Idul Fitri di Rumah Tanpa Khutbah)

Makanya saat berpuasa tak layak dan tak ada guna puasanya jika masih menggunjing, memfitnah dan mengadudomba orang. Baik perbuatan itu secara langsung atau melalui coretan jempol di medsos. Mari kita berpuasa dari makanan, minuman dan syahwat juga puasa dari maksiat serta puasa dari kesibukan duniawi yang dapat melalaikan dzikir kepada Allah SWT demi menggapai takwa.
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4479 seconds (0.1#10.140)