Tausiyah Aa Gym tentang Kelembutan Khalifah Umar Bin Khattab

Rabu, 10 Maret 2021 - 13:45 WIB
loading...
Tausiyah Aa Gym tentang Kelembutan Khalifah Umar Bin Khattab
Aa Gym menceritakan kelembutan Khalifah Umar Bin Khattab yang jarang diketahui orang. Foto/Ist
A A A
Khalifah Umar Bin Khattab radhiyallahu 'anhu terkenal dengan watak keras dan tegas. Namun ternyata beliau memiliki hati yang lembut terhadap rakyatnya. Berikut kisahnya disampaikan oleh KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym).

Suatu malam, didampingi oleh pelayannya yang bernama Aslam, Khalifah Umar bin Khattab pergi ke sebuah tempat di pinggiran Madinah, bernama Sirar ini Umar melihat api menyala. "Hai Aslam, aku melihat para musafir tidak dapat melanjutkan perjalanan karena hari sudah malam dan udara dingin. Mari kita temui orang-orang it," kata Umar.



Setibanya di tempat yang dituju, keduanya menemui mereka. Umar kemudian mengucap salam, "Assalamu 'alaikum wahai pemilik cahaya." Umar tidak menggunakan kata-kata "Wahai pemilik api". Shahubun-Nar, secara bahasa adalah pemilik api. Tapi dia pun bermakna "pemilik neraka".

Seorang wanita dengan beberapa orang anak kecil yang tengah menangis kemudian menjawab, "Wa 'alaikumussalam." "Bolehkah aku mendekat?" tanya Umar.

"Silakan jika engkau bermaksud baik," jawab si wanita. "Apa yang terjadi?" tanya Umar.

"Kami tidak dapat melanjutkan perjalanan karena sudah larut malam dan udara sangat dingin," jawabnya kembali.

"Mengapa anak-anak itu menangis?" "Lapar", jawab wanita dengan nada sedih.

Sambil menunjuk ke arah kuali yang diletakkan di atas api, Umar bertanya lagi, "Kalau kuali itu apa isinya?"

"Air. Saya mengaja memasaknya agar mereka diam dan tertidur," kata wanita itu.

Demi Allah, Umar bertanggung jawab kepada Allah tentang kami." "Semoga Allah merahmatimu wahai Ibu. Apa Umar tidak tahu tentang hal ini?"

"Dia pemimpin kami tetapi tidak peduli kepada nasib kami," jawab wanita itu.

Wanita itu tidak tahu kalau lelaki yang ada di hadapannya adalah Amirul Mukminin Umar bin Khattab, pemimpin yang dianggapnya telah lalai mengurusi rakyatnya.

Maka, Umar pun berkata kepada Aslam, "Kita segera pulang. Kita ambil makanan dan daging!"

Setelah sampai di Baitul mal. "Taruhlah di pundakku," kata Umar. Dia menyuruh Aslam agar mengangkat makanan itu ke pundaknya. "Biar, saya saja yang memanggulnya," pinta Aslam.

"Tidak, ini tanggung jawabku di hadapan Allah pada hari Kiamat nanti," tegas Umar.

Maka, dengan memanggul karung berisi makanan, Umar bersama Aslam kembali ke tempat wanita itu berada. Setelah sampai. Umar membukanya lalu menyalakan api untuk memasak. Agar apinya besar, Umar meniup-niupnya sampai asap keluar dari sela sela jenggotnya. Selesai memasak, dia menghidangkannya seraya berkata kepada si wanita.

"Berilah makan anak-anakmu."

Dengan wajah bahagia, wanita ini berkata, "Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada engkau. Sungguh, engkau lebih baik daripada Umar."

Umar bin Khattab masih bersama mereka sehingga anak-anak itu tertidur pulas. Sebelum beranjak pergi, Umar memberi sejumlah harta sebagai bekal bagi keluarga tersebut. Kepada Aslam dia berkata, "Wahai Aslam, sesungguhnya rasa laparlah yang membuat anak-anak itu menangis dan tidak bisa tidur." (Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah: Masa Khulafaur Rasyidin, hlm. 188-9)

Hikmah
Aa Gym mengatakan, dalam kisah yang sangat masyhur ini, Umar bin Khattab mengajarkan kepada kita tentang makna menjadi seorang pemimpin Amanah kepemimpinan bukanlah alat untuk mendapatkan pelayanan, keuntungan materi, ataupun popularitas. Kepemimpinan adalah tanggung jawab dan amanah yang sangat besar lagi berat hisabnya.

Bagaimana tidak, seorang pemimpin harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya itu di hadapan Allah 'Azza wa Jalla. Maka, seorang pemimpin yang dirahmati adalah dia yang paling besar kasih sayangnya kepada yang dipimpinnya. Demi kemaslahatan orang-orang yang dipimpinnya, dia rela menderita dan berkuah peluh dalam pengorbanan.

Dia tidak menuntut rakyatnya untuk mencintai dan melimpahkan kasih kepadanya Sebaliknya, dia menuntut dirinya sendiri untuk menjadi pelimpah kasih dan jalan kebaikan bagi orang-orang yang berada dalam tanggung jawabnya.

Apabila Umar mampu menjadi pelimpah kasih bagi rakyatnya, bagaimana pula Allah Ta'ala melimpahkan kasih kepada ciptaan-Nya. Bukankah kasih sayang Allah adalah kasih sayang yang tiada berbatas? Dia adalah Ar-Ra'uf. Zat Yang Maha Pelimpah Kasih. Sehingga, apa yang dilakukan Umar bin Khathab, sesungguhnya hanyalah sepercik saja dari rahmat yang Allah Ar-Rauf simpan di dalam hatinya.



Sumber:
Asmaul Husna untuk Hidup Penuh Makna
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6109 seconds (0.1#10.140)