Muhasabah Diri Setiap Hari
loading...
A
A
A
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa maksudmu, Hanzhalah?”
Lalu Hanzhalah menjelaskan, “Ya Rasulullah, ketika saya berada di sisi engkau, kemudian engkau menerangkan kepada saya tentang siksa neraka dan nikmat surga, seolah-olah saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri. Akan tetapi, ketika saya telah keluar dari sisi engkau, maka saya pun berlaku kasar kepada istri dan anak-anak saya serta sering melakukan perbuatan yang tidak berguna. Jadi saya sering Iengah.”
Mendengar pernyataan tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menasihati,
“Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya, sungguh jika kamu senantiasa menetapi apa yang kamu lakukan ketika kamu berada di sisiku dan ketika kamu berzikir, niscaya para malaikat akan menjabat tanganmu dalam setiap langkah dan perjalananmu. Tetapi, tentunya yang demikian itu dilakukan sedikit demi sedikit (dari waktu ke waktu, secara berkala, tidak spontanitas)”. Beliau pun mengulangi kata-kata itu tiga kali.
Baca Juga
Cara Muhasabah Diri
Bagaimana cara muhasabah diri? Para ulama menjelaskan, muhasabah diri dapat dilakukan dengan dua cara.
1. Muhasabah sebelum amal
Muhasabah sebelum amal dilakukan dengan menyelidiki terlebih dahulu; apakah ia mampu untuk melaksanakannya atau tidak. Kemudian melihat apakah amalan tersebut membawa manfaat dunia-akhirat atau tidak. Lalu memeriksa niat; apakah amalan ini akan dilakukan ikhlas karena Allah subhanahu wata’ala atau dilakukan demi manusia.
2. Muhasabah setelah amal
Sedangkan muhasabah setelah amal terbagi dalam tiga bentuk, yaitu :
Bentuk pertama: Muhasabah terhadap amalan yang tertinggal dan amalan yang belum sempurna. Muhasabah ini dilakukan dengan memeriksa setiap amalan yang telah dilakukan dari sisi niatnya; sudah ikhlas lillahi ta’ala atau belum. Kemudian dari segi caranya; sudah sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau belum. Kemudian dari segi pelaksanaannya; apakah ada amalan yang belum terlaksana atau lupa untuk dilaksanakan pada hari tersebut.
Bentuk kedua: Muhasabah diri terhadap amalan yang lebih baik ditinggalkan dari pada dilaksanakan. Contoh muhasabah diri bentuk ini adalah memeriksa apakah ada amalan yang seharusnya tidak dilakukan, tapi justru malah dilakukan pada hari itu. Mengingat, jika amalan tersebut dilakukan akan membuka pintu dosa dan kemaksiatan. Seperti muhasabah diri terhadap perbuatan syubhat.
Bentuk ketiga: Muhasabah diri terhadap amalan mubah. Melakukan muhasabah diri terhadap amalan-amalan mubah. Memeriksa kembali tujuan melakukan amalan mubah tersebut. Untuk apa, demi apa, manfaatnya apa, sisi negatifnya apa.
Manfaat terbesar yang dapat kita raih dari muhasabah diri adalah terjadinya peningkatan terhadap kualitas hidup kita. Dengan muhasabah diri, kita akan menemukan perbuatan-perbuatan yang berakibat buruk di dunia dan akhirat yang kita lakukan pada hari itu. Sehingga kita dapat menyadari keberadaannya untuk kemudian segera bertaubat dengan taubat nasuha.
Wallahu A'lam
(wid)