Kisah Sultan Hamid II Mencegah Zionis-Yahudi Membeli Tanah Palestina

Jum'at, 21 Mei 2021 - 13:25 WIB
loading...
A A A
Masalah ini dicatat Sultan Abdul Hamid dalam buku catatan hariannya: “Adalah sangat pantas kita mengolah tanah kosong yang menjadi milik pemerintah. Ini berarti bahwa kita bisa melakukan usaha transmigrasi khusus, Namun kami tidak melihat transmigrasi orang-orang Yahudi itu sebagai sesuatu yang pantas. Sebab tujuan kita adalah menempatkan orang-orang yang loyal terhadap agama dan tradisi nenek moyang kita hingga mereka (orang-orang Yahudi) menguasai dan menyetir urusan-urusan pemerintahan.”

Setelah usaha Herzl dengan menggunakan perantara Neolanski gagal, maka Herzl segera menuju ke istana William II, yang tak lain adalah kaisar Jerman. Apalagi dia adalah sahabat Sultan Abdul Hamid dan sekaligus sebagai satu-satunya sekutu Utsmani di Eropa.

Hanya saja usaha ini pun kandas. Seorang sejarawan Turki Nizhamuddin Nazhif dalam bukunya yang berjudul I’laan Al-Hurriyah wa Al-Sulthan Abdul Hamid Al-Tsani mengatakan: “Tatkala menolak permintaan delegasi Yahudi--yang mendapat dukungan dari kaisar William--dalam usaha memperoleh tanah tempat mereka tinggal, atau tatkala Herzl kecewa dengan usahanya maka semakin tinggilah permusuhannya terhadap istana Yaldaz.”

Dan memang inilah yang akan terjadi sebagaimana yang diperkirakan oleh Sultan Abdul Hamid. Sebab orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang memiliki seni kerja yang terorganisir. Mereka memiliki beragam kekuatan yang akan memberikan jaminan bisa berhasil dalam aksinya. Harta melimpah di tangan mereka. Mereka menguasai jaringan bisnis dunia. Media-media Eropa berada di dalam cengkeraman. Maka sangat mungkin bagi mereka untuk menebarkan angin puting beliung dalam membentuk publik opini kapan saja mereka mau... “

Kemudian sejarawan ini menambahkan, mereka kemudian memulai dengan menggerakkan media-media internasional. Setelah itu mereka menyatukan musuh-musuh Sultan Abdul Hamid yang tumbuh dalam masyaraat Utsmani yang telah bercampur baur itu.

“Kita dapatkan para pengikut demokrasi melakukan rencana yang sangat teratur dan menyerang. Sebab, sebagaimana diketahui mereka hingga saat itu masih berpencar-pencar dan bekerja tanpa organisasi yang kuat. Padahal sangatlah tidak sulit bagi mereka untuk menyatukan musuh-musuh Sultan Abdul Hamid II yang tumbuh berkembang di dalam masyarakat Utsmani yang bercampur baur,” tuturnya.

“Pemimpin puncak gerakan Freemasonry Italia adalah orang yang menggerakkan dan sekaligus bertanggung jawab untuk mengorganisir mereka, sebab dia berada di kawasan Freemasonry yang paling dekat dengan pemerintahan Utsmani. Gerakan-gerakan Freemasonry ltalia khususnya kelompok Ruzuwata yang berada di Salonika telah memainkan perannya yang demikian penting dalam tugas ini..." lanjutnya.



Di tengah kegagalan ini, Herzl menetapkan untuk menggunakan cara-cara lain untuk menarik Sultan Abdul Hamid. Melalui Neolanski, dia memberikan pengabdiannya pada Sultan dalam masalah Armenia.

Herzl mengatakan, “Sultan meminta saya untuk memberikan pengabdian padanya dengan cara menggerakkan media-media Eropa dengan tujuan untuk melakukan usaha terakhir membicarakan masalah Armenia. Media-media itu diminta untuk mengungkap masalah ini dengan ungkapan yang tidak banyak memusuhi orang-orang Turki. Saya memberitahukan pada Neolanski tentang kesiapan saya untuk melakukan tugas ini. Namun saya tegaskan, agar saya diberi pemikiran yang jelas tentang kondisi Armenia tersebut. Siapa orang-orang yang ada di London yang harus saya yakinkan tentang apa yang mereka inginkan, serta media-media mana saja yang harus diredakan serangan-serangannya terhadap pemerintahan Utsmani. Dan lain-lain.”

Atas dasar itulah, maka diplomasi Zionis-Yahudi mulai melakukan langkah-langkah agresif untuk meyakinkan orang-orang Armenia agar mereka berhenti melakukan pemberontakan.

Hasilnya adalah Herzl melakukan kontak dengan Salazapori dan para pemimpin di Inggris meminta mereka agar melakukan tekanan pada orang-orang Armenia sebagaimana orang-orang Yahudi itu juga aktif melakukan peran yang sama di kota-kota lain di Eropa, seperti Perancis dan lainnya.

Hanya saja, diplomasi yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi ini mengalami kegagalan, karena tidak adanya respon positif dari pemerintahan lnggris. Tidak adanya sambutan positif lnggris ini menandakan, bahwa lnggris memberikan dukungan pada pemerintahan Abdul Hamid II. Hal ini menimbulkan publik opini di kalangan rakyat Inggris untuk melawan pemerintah.

Pertemuan Dua Jam
Herzl berusaha untuk menemui Sultan Abdul Hamid ll, khususnya pada saat kunjungan Kaisar William II ke Istambul. Namun para petugas di istana Yaldaz melarangnya masuk Herzl dengan gigih dan penuh semangat terus berusaha untuk menemui Sultan Abdul Hamid hingga akhirnya usaha yang dia lakukan berhasil dia petik buahnya, setelah dua tahun dia tekun berusaha, yakni tahun 1899-1901 M. Ini terbukti dengan terjalinnya hubungan Herzl secara langsung dengan kalangan pejabat-pejabat istana Yaldaz.

Berkat bantuan mereka itulah, Herzl berhasil menemui Sultan selama dua jam. Pada penemuan ini Herzl mengusulkan pada Sultan untuk mendirikan bank-bank Yahudi yang kaya di Eropa dengan bantuan pemerintahan Utsmani dengan imbalan orang Yahudi bisa berdiam di Palestina.

Selain itu dia juga menjanjikan pada Sultan Abdul Hamid untuk meringankan beban utang pemerintahan Utsmani yang telah berlangsung sejak tahun 1881 M. Herzl juga berjanji pada Sultan untuk merahasiakan pembicaraan yang terjadi dengannya.

Pada saat Sultan bertemu dengan Herzl ini, Sultan lebih banyak mendengar daripada berbicara. Sultan membiarkan Herzl berbicara panjang lebar untuk memberikan kesempatan padanya mengeluarkan semua apa yang ada di dalam benaknya, baik yang berupa pemikiran, proyek dan langkah-langkah yang akan dia ambil.

Apa yang dilakukan Sultan ini membuat Herzl yakin bahwa dia telah berhasil dalam melakukan tugas dan misinya. Namun akhirnya dia sadar dan tahu bahwa dia telah gagal merayu Sultan Abdul Hamid II. Dia sadar bahwa sebenarnya dirinya sedang menempuh jalan buntu.



Setelah usaha Herzl dalam merayu Sultan Abdul Hamid gagal, Herzl mengatakan, “Jika Sultan memberikan Palestina kepada orang-orang Yahudi, kami akan menanggung semua urusan ekonomi Sultan di pundak kami. Sedangkan di Benua Eropa, maka sesungguhnya kami akan membangun semua benteng yang kuat untuk membendung Asia. Kami akan membangun sebuah peradaban yang akan mengikis semua keterbelakangan. Kami akan tetap berada di seluruh benua Eropa untuk menjaga eksistensi kami.”
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1794 seconds (0.1#10.140)