Beda Pendapat Tentang Nabi Ilyas Adalah Nabi Idris
loading...
A
A
A
Dan para ulama berbeda pendapat tentang arti Ba’i menjadi beberapa pendapat: Ba’i adalah nama berhala yang mereka sembah.
Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan, “Pendapat ini lebih mendekati kebenaran”.
Dia adalah nama seorang wanita yang bernama Ba’i yang mereka sembah.
Sedang Mujahid menuturkan, “Ba’i artinya adalah Rabb”. Pendapat ini yang dipegang oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya.
Dan pendapat yang benar dari pendapat-pendapat di atas adalah pendapat pertama sebagaimana diisyaratkan oleh Ibnu Katsir.
Sesungguhnya mereka dahulu menyembah berhala yang bernama Ba’i. Maka Ilyas menyeru mereka untuk mentauhidkan Allah Ta’ala dan melarang dari peribadatan kepada selain Allah Shubhanahu wa Ta’alla. Yang mana sebelumnya Raja mereka telah beriman namun kemudian murtad, selanjutnya mereka terus menerus di atas kesesatan dan tidak ada seorangpun yang beriman kepada Ilyas. Maka nabi Ilyas ‘Alaih sallam berdoa kepada Allah SWT untuk menimpakan keburukan pada mereka, sehingga Allah Shubhanahu wa Ta’alla menahan hujan untuk mereka selama tiga tahun.
Lantas mereka memohon kepada Ilyas agar dihilangkan kesusahannya, dan berjanji akan beriman kepada Ilyas apabila hujan turus di negeri mereka. Selanjutnya nabi Ilyas ‘Alaihi sallam berdoa kepada Allah Shubhanahu wa Ta’alla, dan turunlah hujan. Akan tetapi mereka menjadi lebih buruk dari kekufuran yang mereka perbuat sebelumnya. Maka Ilyas memohon kepada Allah SWT agar mewafatkannya.
Al-Hafidz Ibnu Jarir ath-Thabariy menyebutkan dalam tafsirnya kisah-kisah yang lain, kebanyakannya berasal dari Israiliyat. Dari jalan Muhammad bin Ishaq dan Wahb bin Munabbih, dan tidak diketahui keshahihannya. Oleh karena itu lebih sempurna untuk berpaling dari hal tersebut.
Artinya, bahwa kaumnya nabi Ilyas AS menyembah sesembahan selain Allah Ta’alla. Mereka berbuat kesyirikan kepada -Nya dalam uluhiyah-Nya dan peribadahan kepada -Nya. Maka Allah Ta’alla mengutus nabi Ilyas kepada mereka untuk menyeru kepada tauhid.
Allah Ta’ala di dalam firman-Nya setelah menceritakan kisah nabi Harun dan Musa AS, berfirman:
قال الله تعالى : وَإِنَّ إِلۡيَاسَ لَمِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ ١٢٣ إِذۡ قَالَ لِقَوۡمِهِۦٓ أَلَا تَتَّقُونَ ١٢٤ أَتَدۡعُونَ بَعۡلا وَتَذَرُونَ أَحۡسَنَ ٱلۡخَٰلِقِينَ ١٢٥ ٱللَّهَ رَبَّكُمۡ وَرَبَّ ءَابَآئِكُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ ١٢٦ فَكَذَّبُوهُ فَإِنَّهُمۡ لَمُحۡضَرُونَ
“Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul. (ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu tidak bertakwa. Patutkah kamu menyembah Ba´i dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta. (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?. Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke dalam neraka). [QS ash-Shafaat/37: 123-127]
Demikian pula Allah SWT jelaskan di dalam ayat yang lain:
وَزَكَرِيَّا وَيَحۡيَىٰ وَعِيسَىٰ وَإِلۡيَاسَۖ كُلّ مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
“Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh”. [QS al-An’aam/6 : 75]
Dalam sebuah riwayat, kaum Nabi Ilyas beriman kemudian kufur, dan dalam riwayat yang lain, bahwasanya mereka beriman kemudian kufur, kemudian beriman ketika melihat kebenaran yang dikatakan oleh nabinya.
Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan, “Pendapat ini lebih mendekati kebenaran”.
Dia adalah nama seorang wanita yang bernama Ba’i yang mereka sembah.
Sedang Mujahid menuturkan, “Ba’i artinya adalah Rabb”. Pendapat ini yang dipegang oleh Imam Bukhari dalam kitab shahihnya.
Dan pendapat yang benar dari pendapat-pendapat di atas adalah pendapat pertama sebagaimana diisyaratkan oleh Ibnu Katsir.
Sesungguhnya mereka dahulu menyembah berhala yang bernama Ba’i. Maka Ilyas menyeru mereka untuk mentauhidkan Allah Ta’ala dan melarang dari peribadatan kepada selain Allah Shubhanahu wa Ta’alla. Yang mana sebelumnya Raja mereka telah beriman namun kemudian murtad, selanjutnya mereka terus menerus di atas kesesatan dan tidak ada seorangpun yang beriman kepada Ilyas. Maka nabi Ilyas ‘Alaih sallam berdoa kepada Allah SWT untuk menimpakan keburukan pada mereka, sehingga Allah Shubhanahu wa Ta’alla menahan hujan untuk mereka selama tiga tahun.
Lantas mereka memohon kepada Ilyas agar dihilangkan kesusahannya, dan berjanji akan beriman kepada Ilyas apabila hujan turus di negeri mereka. Selanjutnya nabi Ilyas ‘Alaihi sallam berdoa kepada Allah Shubhanahu wa Ta’alla, dan turunlah hujan. Akan tetapi mereka menjadi lebih buruk dari kekufuran yang mereka perbuat sebelumnya. Maka Ilyas memohon kepada Allah SWT agar mewafatkannya.
Al-Hafidz Ibnu Jarir ath-Thabariy menyebutkan dalam tafsirnya kisah-kisah yang lain, kebanyakannya berasal dari Israiliyat. Dari jalan Muhammad bin Ishaq dan Wahb bin Munabbih, dan tidak diketahui keshahihannya. Oleh karena itu lebih sempurna untuk berpaling dari hal tersebut.
Artinya, bahwa kaumnya nabi Ilyas AS menyembah sesembahan selain Allah Ta’alla. Mereka berbuat kesyirikan kepada -Nya dalam uluhiyah-Nya dan peribadahan kepada -Nya. Maka Allah Ta’alla mengutus nabi Ilyas kepada mereka untuk menyeru kepada tauhid.
Allah Ta’ala di dalam firman-Nya setelah menceritakan kisah nabi Harun dan Musa AS, berfirman:
قال الله تعالى : وَإِنَّ إِلۡيَاسَ لَمِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ ١٢٣ إِذۡ قَالَ لِقَوۡمِهِۦٓ أَلَا تَتَّقُونَ ١٢٤ أَتَدۡعُونَ بَعۡلا وَتَذَرُونَ أَحۡسَنَ ٱلۡخَٰلِقِينَ ١٢٥ ٱللَّهَ رَبَّكُمۡ وَرَبَّ ءَابَآئِكُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ ١٢٦ فَكَذَّبُوهُ فَإِنَّهُمۡ لَمُحۡضَرُونَ
“Dan sesungguhnya Ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul. (ingatlah) ketika ia berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu tidak bertakwa. Patutkah kamu menyembah Ba´i dan kamu tinggalkan sebaik-baik Pencipta. (yaitu) Allah Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu?. Maka mereka mendustakannya, karena itu mereka akan diseret (ke dalam neraka). [QS ash-Shafaat/37: 123-127]
Demikian pula Allah SWT jelaskan di dalam ayat yang lain:
وَزَكَرِيَّا وَيَحۡيَىٰ وَعِيسَىٰ وَإِلۡيَاسَۖ كُلّ مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
“Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shaleh”. [QS al-An’aam/6 : 75]
Dalam sebuah riwayat, kaum Nabi Ilyas beriman kemudian kufur, dan dalam riwayat yang lain, bahwasanya mereka beriman kemudian kufur, kemudian beriman ketika melihat kebenaran yang dikatakan oleh nabinya.
(mhy)