Terbanyak di Dunia, Umat Islam Indonesia Antara Kuantitas dan Kualitas

Kamis, 17 Juni 2021 - 05:00 WIB
loading...
Terbanyak di Dunia,...
Jumlah jamaah haji terbanyak di luar Saudi Arabia pada Tahun 2019 adalah Indonesia yaitu 221 ribu jamaah. Foto/Dok Al Jazeera
A A A
Umat Islam Indonesia boleh berbangga karena pernah mencatat sejarah sebagai jamaah Haji terbanyak pada Tahun 2019 yaitu 221 ribu ditambah kuota 10 ribu jamaah. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat pemeluk Islam terbesar di dunia adalah negara Indonesia.

Dari hampir dua miliar jumlah umat muslim di muka bumi, paling banyak disumbangkan oleh Indonesia. Lebih dari 221 juta jumlahnya. Itu berarti lebih dari 10-15% dari muslimin sedunia adalah orang Indonesia.



"Seandainya (ini hanya seandainya) di masa sekarang ini Nabi Muhammad SAW masih hidup dan melihat grafik jumlah pemeluk agama Islam di berbagai negara seperti grafik berikut ini, pastilah Beliau SAW bangga dengan kita bangsa Indonesia," kata Pengasuh Rumah Fiqih Indonesia Ustaz Ahmad Sarwat dalam catatan yang dipublishnya lewat media sosial.

Ustaz Ahmad Sarwat merilis grafik daftar jatah kuota haji yang disepakati negara-negara anggota Koferensi Islam (OKI), dimana tiap negara hanya boleh mengirimkan 1/1000 dari jumlah penduduk muslimnya. Dan yang jadi juara bertahan dalam meraih jumlah kuota haji tertinggi selalu Indonesia. Angkanya sangat fantastis yaitu 221 ribu jamaah.

Para pesaingnya nampaknya sulit mengejar ketertinggalan. Pakistan berada di peringkat kedua dengan jumlah 179 ribu jamaah, India di nomor tiga dengan jumlah 170 ribu. Bangladesh di nomor empat 127 ribu dan Mesir di peringkat lima dengan jumlah 108 ribu jamaah saja.

Jumlah pemeluk Islam memang tidak selalu harus terkait dengan kualitasnya. Bisa saja jumlahnya banyak tapi kualitasnya rendah atau sebaliknya, jumlahnya sedikit tapi kualitasnya bagus.

"Namun bukan berarti kita tidak boleh berbangga dengan jumlah yang besar. Toh, Nabi SAW sendiri pun tetap ingin jumlah pemeluk Islam sebagai agama yang dibawanya dipeluk oleh lebih banyak manusia," terang Ustaz Sarwat.

Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Beliau SAW memang termasuk berlomba untuk memperbanyak umatnya dari umat lain. Misalnya anjuran Beliau untuk menikahi wanita yang subur:

تَزَوَّجُوا الوَدُودَ الوَلُودَ، فَإنِّي مُكاثِرٌ بِكُمُ الأنْبِياءَ يَوْمَ القِيامَةِ

"Nikahilah wanita yang penyayang dan subur, karena Aku berlomba banyak pengikut dengan para Nabi lain di hari kiamat." (HR. Al-Baihaqi : As-Sunan Al-Kubra 7/131)

Juga terdapat Hadits lain dengan redaksi berbeda dan lewat jalur periwayatan berbeda, namun tetap mengusung tema yang sama tentu cukup banyak jumlahnya.

Kata Ustaz Sarwat, tugas kita bukan mengkafirkan pemeluk Islam yang masih bermasalah dari sisi kualitasnya. Kalau sedikit-sedikit kita tuding mereka sebagai kafir, murtad dan musyrik (KMM), tentu jumlah umat Islam menciut jadi sedikit sekali.

Pentingnya Belajar Agama
Tugas kita justru harus meng-upgrade mereka agar kualitasnya bisa naik. Dan untuk mengupgrade itu ada tools dan prosedurnya, bukan asal teriak, tuduh sana, tuding sini, vonis ini, hajar itu.

Upgrade itu lewat jalur taklim alias induksi lewat jalur ilmu. Ilmu-ilmu keislaman yang selama ini minus dan nyaris sekarat, karena kebanyakan diforsir, itulah yang harus diperkaya dengan intensif.

"Menurut saya akan jauh lebih menarik apabila proses induksi keilmuan itu bisa seiring sejalan dengan kuota haji. Selama ini pakai sistem siapa cepat siapa dapat. Dan itu sudah bagus serta berjalan dengan baik," papar Dai lulusan Universitas Islam Imam Muhammad Ibnu Suud LIPIA, Fakultas Syariah Jurusan Perbandingan Mazhab.

Tapi alangkah baiknya kalau ke depan lebih dipikirkan lagi kriterianya, siapa yang lebih tinggi dan lebih paham ilmu-ilmu keislaman maka dia dapat prioritas.

Sehingga akan memotivasi orang untuk belajar agama Islam. Misalnya, dari pada nunggu antrian 20 tahun, kenapa tidak ikut program kuliah ilmu-ilmu keislaman saja. Misalnya programnya 4 tahun dan kalau lulus dengan nilai tertentu, bisa langsung dapat jatah kuota haji.

Tentu program ini bukan sekedar formalitas macam orang bikin SIM yang bisa nembak. Program ini harus original, jujur, profesional, dan diawasi oleh pihak dalam dan luar negeri.

Di situlah para calon jamaah haji jadi serius belajar agama. Mulai dari belajar dasar-dasar bahasa Arab, seperti Nahwu, Sharaf, Adab, Balaghah, Bayan, Badi dan Manthiq.

Juga dilandasi dengan ilmu fiqih sebagai pondasi dasar praktek peribadatan. Belajar yang benar dari awal bab-bab fiqih, seperti Thaharah, Sholat, Puasa, Zakat, Haji, Muamalah, Pernikahan, dan seterusnya.

Tentu juga belajar Al-Qur'an baik dari segi bacaan (tahsinut-tilawah), juga hafalan (tahfizh), dan juga ilmu-ilmu Al-Quran seperti tafsir dan lainnya. Ilmu hadits pun penting juga untuk dipelajari, biar tidak asal comot hadits seenaknya lalu dicocokologikan dengan selera pribadi dan kelompok.

Pendeknya, kata Ustaz Sarwat, kualias umat Islam yang masih terbatas itu perlu di-upgrade. Upgradenya lewat induksi keilmuan. Dan yang paling siap untuk ikut program itu adalah para calon jamaah haji. Duitnya pun ada.

Sehingga ke depan, yang kita lakukan bukan sekedar pelatihan manasik haji setengah hari, tetapi kuliah ilmu-ilmu keislaman 4 tahun alias 8 semester. Ada hari-hari perkuliahannya. Ada tugas-tugas baca buku keislaman dan meringkas. Ada kewajiban bikin makalah. Ada Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) di masing-masing dari delapan semester itu.

Lulus kuliah langsung haji. Dapat prioritas karena Allah SWT yang pastikan bahwa orang berilmu itu memang lebih tinggi derajatnya.

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah : 11)

Juga sebagaimana sabda Nabi dalam memuliakan orang berilmu :

مَن سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إلى الجَنَّةِ

"Orang yang menelusuri jalan demi mencari ilmu agama, maka Allah SWT mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Ahmad: Musnad Imam Ahmad 14/66)

Program Percepatan Antrean Haji
Ustaz Ahmad Sarwat menyampaikan beberapa usulan dalam rangka percepatan antrean haji. Di antaranya:
1. Program ini bukan screening, bukan fit and proper test juga bukan syarat pergi haji. Tapi program ini adalah program percepatan antrean haji. Yang ikut program ini bisa dapat kesempatan haji lebih cepat. "Daripada nunggu 40 tahun, mau nggak nunggunya cuma 4 tahun saja? Kalau tidak mau ya tidak apa-apa," katanya.

2. Di zaman serba online ini, pendidikan bisa diselenggarakan secara online. Sehingga tidak butuh banyak fasilitas aneh-aneh.Dan itu berarti tidak butuh terlalu banyak biaya juga.

3. Untuk memastikan kualitas para lulusannya, maka program ini tentu harus ada tes di tiap semester. "Usulan saya ada tes lisan yang sifatnya live streaming sehingga bisa ditonton seluruh bangsa Indonesia. Jadi semua akan tahu kayak apa kualitas lulusannya," paparnya.

4. Kalau program ini berjalan baik, kita bisa lobi pemerintah Saudi untuk memberikan jatah khusus buat para lulusannya. Sehingga program ini tidak mengurangi jatah kuota aslinya. Misalnya Saudi kasih jatah tambahan 10 ribu orang. Syaratnya para peserta dites bahasa Arab dan hafalan Qur'an serta tes Fiqih, Tafsir, Hadits, Ilmu Al-Quran dan seterusnya.Dan kita mudahkan jalannya menuju Baitullah. Aamien.



Terbanyak di Dunia, Umat Islam Indonesia Antara Kuantitas dan Kualitas

Ustaz Ahmad Sarwat Lc MA. Foto/dok iNews
(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2171 seconds (0.1#10.140)