Gus Baha: Jangan Salah! Punya Istri Galak Itu Berkah

Jum'at, 23 Juli 2021 - 05:00 WIB
loading...
Gus Baha: Jangan Salah! Punya Istri Galak Itu Berkah
Ulama ahli tafsir Quran, Gus Baha mengatakan bahwa Al-Quran membahas secara detail tentang hukum suami-istri. Foto/Ist
A A A
Kali ini Gus Baha (KH Ahmad Bahauddin Nursalim) membahas tentang pasangan hidup dan cara menjalani hidup bersama. Dalam kajian bersama santrinya, Gus Baha mengatakan punya istri galak itu berkah.

Pengasuh Pesantren Tahfidz Al-Qur’an LP3IA Rembang itu kebetulan mengkaji Kitab Nashoihul Ibad Makalah 15 (BAB-V). Berikut penjelasan Gus Baha dikutip dari portal Islam iqra.id. Beliau menukil beberapa ayat dari Al-Qur'an yang Mulia:

وقال تعالى : وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

"Allah berfirman: 'Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS An-Nahl Ayat 18)



Semisal kamu punya istri kereng (galak), tapi punya dua anak. Kamu membayangkannya jangan tentang galaknya, tapi "Betapa susahnya aku jika tidak mempunyai anak".

Sehingga tidak memandang galaknya istri, tapi mempertimbangkan dari sisi punya anak. Akhirnya, nanti lama-lama kan sadar, mau bagaimanapun "Anakku itu kan dari istriku juga".

Sayang, istri galak. Tapi, segalak-galaknya istrimu tadi jika ditimbang itu tidak sebanding dengan kebahagiaanmu memiliki anak. Apalagi jika wajah anakmu tidak ada yang mirip istrimu, bisa-bisa malah tambah senang. (Hehehe)

Soalnya, biasanya kalau perempuan melihat anaknya itu nakal itu bilang, "Ancen koyo bapake.." Semua kesalahan ditimpakan kepada suami.

وقال تعالى: وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ثُمَّ اِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَاِلَيْهِ تَجْـَٔرُوْنَۚ

"Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (Surat An-Nahl Ayat 53)

Makanya, saya itu kagum dengan ulama zaman dulu. Masya Allah luar biasa. Kiyai mubalig sekarang tidak mungkin memikirkan hal itu. Orang itu kalau pidato pasti asal ngomong "Orang yang mengaji dan melihat wajah ulama adalah ibadah." Itu ya benar, tapi hukum Allah itu detail.

Termasuk yang dibahas detail itu adalah hukum suami-istri. Sampai pertengkaran suami-istri itu pun dibahas oleh Allah, karena memang potensinya itu memang ada.

Sampai Allah itu berfirman:

وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۚ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا

"....Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (Surat An-Nisa' Ayat 19)

Kadang watak yang tidak kamu suka di situ terdapat banyak kebaikan. Seperti tadi, istri yang marah karena kurang diberi uang belanja, itu bagus.

Satu, itu ekspresif. Dua, tanyakan secara medis, kalau dia menahan diri untuk tidak marah, maka efek kesehatannya buruk sekali.Anggap saja itu terapi, paham ya? (Hahaha)

"Matur nuwun gusti, tersalurkan. Nek mboten malah dadi kanker terus sepundi.Matur nuwun tenan." (Terima kasih, Gusti, bisa tersalurkan amarahnya. Jikalau tidak, terus jadi penyakit kanker nanti bagaimana… Terima kasih sekali).

Meskipun kamu juga pasti terluka ketika dimarahi. Tapi, seperti apa Tuhan membayangkan hal itu, maksudnya lafal فإن (fain) itu, di ayat tadi kan artinya andaikan kelak engkau mengalami hal ini, tapi kan sekarang kalian kan bukan "andaikan" lagi, tapi sudah nyata.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7054 seconds (0.1#10.140)