Kisah Makam Imam Bukhari dan Soekarno
loading...
A
A
A
Kisah makam Imam Bukhari dan Soekarno, apa hubungannya? Alkisah, pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev mengundan g Presiden Sukarno berkunjung ke negaranya. Atas undangan itu, Sukarno tak serta merta setuju.
Kala itu, Uni Soviet dan Amerika Serikat sedang berebut pengaruh. Sukarno merasa perlu berhati-hati. Sebagai penganut garis politik nonblok, ia tak ingin dicap berbelok ke kiri.
Sukarno membuat strategi dengan mengajukan syarat kepada Khrushchev: ia hanya akan memenuhi undangan jika pemimpin Soviet itu bisa “menemukan” kembali makam Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan.
Khrushchev enggan, tapi Sukarno bersikeras. Akhirnya, lokasi makam Imam Bukhari berhasil ditemukan lagi meski dalam keadaan terlantar. Untuk menyambut dan menyenangkan hati Sukarno, makam perawi hadis terkemuka itu direnovasi.
Ketika akhirnya Sukarno memenuhi undangan Khrushchev, ia menyempatkan diri berziarah ke makam tersebut.
Cerita itu tetap bertahan hingga kini, bahkan disebut sebagai salah satu sumbangan penting Sukarno untuk umat Muslim dunia.
Sampai kini nama Presiden Pertama Repubik Indonesia, Sukarno begitu sangat legendaris bagi masyarakat Uzbekistan, sebuah negara di Asia Tengah pecahan Uni Soviet yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
Hal tersebutt dikisahkan dalam buku Dunia dalam Genggaman Bung Karno (2017) karya Sigit Aris Prasetyo.
Hanya saja, sejumlah pihak meragukan kebenaran kisah itu. Nyatanya Sukarno juga tak menceritakan soal makam Imam Bukhari dalam autobiografinya yang dituturkan kepada Cindy Adams. Dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2014), lawatan Sukarno ke Uni Soviet hanya disinggung sambil lalu saja. Sumber-sumber lain pun tidak konsisten soal waktu peristiwa itu terjadi.
Dalam buku Dunia dalam Genggaman Bung Karno (2017) itu menyebut bahwa permintaan pemugaran makam Imam Bukhori itu disampaikan Sukarno kepada Khrushchev sebelum kunjungannya ke Uni Soviet pada 1956.
Keterangan ini janggal, karena saat itu Presiden Uni Soviet adalah Kliment Voroshilov dan undangan kunjungan datang darinya. Sementara Khrushchev masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Presidium Tertinggi Uni Soviet.
Sejarawan Asvi Warman Adam juga meragukan kebenaran kisah itu. Sebabnya tidak ada literasi resmi soal peristiwa tersebut. "Kadang memang ada cerita Sukarno yang dibesar-besarkan," ujar Asvi suatu ketika.
Imam Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan tahun 196 Hijriah atau 810 Masehi. Beliau diberi nama Muhammad oleh ayahnya yang bernama Ismail bin Ibrahim. Tapi akhirnya lebih dikenal sebagai Imam Bukhari, dari nama kota Bukhara.
Selama hidupnya, Imam Bukhari menghimpun sejuta hadis dari Rasulullah SAW. Dia menyaring dan mempelajari hadis-hadis tersebut untuk menentukan mana hadis yang kuat, atau lemah.
Akhirnya Imam Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami'al-Shahil yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.
Makam Imam Bukhari terletak di Samarkand, Uzbekistan dan jenazahnya berada di ruang bawah tanah dengan berselimutkan kain hitam, bertuliskan Arab.
Banyak para wisatawan dari kalangan muslim dan nonmuslim yang berasal dari berbagai nagara yang mengunjungi makam Beliau dan peziarah hanya diizinkan masuk sampai ruang atas kompleks permakaman.
Kala itu, Uni Soviet dan Amerika Serikat sedang berebut pengaruh. Sukarno merasa perlu berhati-hati. Sebagai penganut garis politik nonblok, ia tak ingin dicap berbelok ke kiri.
Sukarno membuat strategi dengan mengajukan syarat kepada Khrushchev: ia hanya akan memenuhi undangan jika pemimpin Soviet itu bisa “menemukan” kembali makam Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan.
Khrushchev enggan, tapi Sukarno bersikeras. Akhirnya, lokasi makam Imam Bukhari berhasil ditemukan lagi meski dalam keadaan terlantar. Untuk menyambut dan menyenangkan hati Sukarno, makam perawi hadis terkemuka itu direnovasi.
Ketika akhirnya Sukarno memenuhi undangan Khrushchev, ia menyempatkan diri berziarah ke makam tersebut.
Cerita itu tetap bertahan hingga kini, bahkan disebut sebagai salah satu sumbangan penting Sukarno untuk umat Muslim dunia.
Sampai kini nama Presiden Pertama Repubik Indonesia, Sukarno begitu sangat legendaris bagi masyarakat Uzbekistan, sebuah negara di Asia Tengah pecahan Uni Soviet yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
Hal tersebutt dikisahkan dalam buku Dunia dalam Genggaman Bung Karno (2017) karya Sigit Aris Prasetyo.
Hanya saja, sejumlah pihak meragukan kebenaran kisah itu. Nyatanya Sukarno juga tak menceritakan soal makam Imam Bukhari dalam autobiografinya yang dituturkan kepada Cindy Adams. Dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (2014), lawatan Sukarno ke Uni Soviet hanya disinggung sambil lalu saja. Sumber-sumber lain pun tidak konsisten soal waktu peristiwa itu terjadi.
Dalam buku Dunia dalam Genggaman Bung Karno (2017) itu menyebut bahwa permintaan pemugaran makam Imam Bukhori itu disampaikan Sukarno kepada Khrushchev sebelum kunjungannya ke Uni Soviet pada 1956.
Keterangan ini janggal, karena saat itu Presiden Uni Soviet adalah Kliment Voroshilov dan undangan kunjungan datang darinya. Sementara Khrushchev masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Presidium Tertinggi Uni Soviet.
Sejarawan Asvi Warman Adam juga meragukan kebenaran kisah itu. Sebabnya tidak ada literasi resmi soal peristiwa tersebut. "Kadang memang ada cerita Sukarno yang dibesar-besarkan," ujar Asvi suatu ketika.
Imam Bukhari lahir di Bukhara, Uzbekistan tahun 196 Hijriah atau 810 Masehi. Beliau diberi nama Muhammad oleh ayahnya yang bernama Ismail bin Ibrahim. Tapi akhirnya lebih dikenal sebagai Imam Bukhari, dari nama kota Bukhara.
Selama hidupnya, Imam Bukhari menghimpun sejuta hadis dari Rasulullah SAW. Dia menyaring dan mempelajari hadis-hadis tersebut untuk menentukan mana hadis yang kuat, atau lemah.
Akhirnya Imam Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami'al-Shahil yang dikenal sebagai Shahih Bukhari.
Makam Imam Bukhari terletak di Samarkand, Uzbekistan dan jenazahnya berada di ruang bawah tanah dengan berselimutkan kain hitam, bertuliskan Arab.
Banyak para wisatawan dari kalangan muslim dan nonmuslim yang berasal dari berbagai nagara yang mengunjungi makam Beliau dan peziarah hanya diizinkan masuk sampai ruang atas kompleks permakaman.
(mhy)